BAB I.PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Untuk memenuhi pembuatan tugas kelompok ini, kami mencari bahan dari berbagai sumber, baik itu dari buku maupun dari dunia maya.

Dalam makalah ini kami membahas tentang seluk beluk kalimat. Kata-kata di dalam kalimat ada yang menyendiri dan ada yang berkelompok dengan kata-kata lain. Masing-Masing kelompok tersebut disebut kesatuan sintaksis. Kesatuan sintaksis itu ditentukan oleh permutasi atau pemindahan. Kata atau kelompok kata yang dapat dipindahkan tempatnya tanpa mengubah arti merupakan kesatuan sintaksis. Kata-kata tersebut disebut gatra. Untuk mencari gatra tersebut perlu adanya prinsip-prinsip,untuk itu kami akan membahasnya dalam makalah ini.

Didalam kalimat, ada yang disebut kalimat analitis dan kailmat sintesis.Untuk menambah wawasan kita, kami pun akan membahasnya dalam makalah ini.

2. Rumusan Masalah

Adapun Rumusan masalah dari makalah ini yaitu

a. Apa saja prinsip-prinsip dalam mencari gatra kalimat dan macam-macam
keterangan kalimat.

b. Apakah yang dimaksud kalimat analitis dan sintesis serta bagaimana variasi
susunannya.

3. Tujuan Penulisan.

Makalah ini ditulis dengan tujuan:

a. Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen yang bersangkutan.

b. Sebagai pembelajaran bagi kami agar dapat membuat karya ilmiah.

c. Untuk menerangkan prinsip-prinsip dalam mencari gatra dan menerangkan
macam-macam keterangan kalimat.

d. Untuk menerangkan tentang kalimat analitis dan sintesis serta variasi
susunannya.

BAB II .SELUK BELUK KALIMAT

1. PRINSIP-PRINSIP MENCARI GATRA DAN MACAM – MACAM KETERANGAN KALIMAT

1.1 Pengertian Gatra

Kata - kata di dalam kalimat ada yang menyendiri dan ada yang berkelompok dengan kata lain. Masing - masing kelompok kata tersebut disebut kesatuan sintaksis. Jadi hubungan antara kata satu dengan kata yang lain tidaklah sama eratnya.
Kesatuan sintaksis itu ditentukan oleh permutasi atau pemindahan. Kata atau kelompok kata yang dapat dipindahkan tempatnya tanpa mengubah arti merupakan suatu kesatuan sintaksis. Kata atau kelompok kata tersebut disebut gatra. Jadi, gatra ialah kesatuan sintaksis di dalam kalimat yang dapat diubah-ubah letaknya tanpa mengubah arti kalimat tersebut. Gatra - gatra tersebut disebut fungsi atau jabatannya. Fungsi-fungsi tersebut adalah subyek (S), predikat (P), objek (O) dan keterangan (K). Gatra subyek dan predikat dianggap sebagai gatra mutlak yang harus ada jika suatu ujaran mau disebut kalimat. Tetapi apabila sudah diketahui oleh kedua belah pihak yang berbicara, salah satu atau keduanya dapat juga tidak tidak disebutkan.

1.2 Analisis Unsur Bawahan Langsung

Untuk menentukan gatra - gatra dalam sebuah kalimat dapat dilakukan dengan teknik analisis unsur bawahan (UBL). Prosedurnya sangat sederhana, yaitu dengan menganalisis unsur - unsur pembentuknya, yaitu unsur segmental (tidak bisa dianalisis lagi) dan unsur suprasegmental (masih bisa dianalisis lagi) seperti contoh dibawah ini :

Kalimat yang akan dianalisis : Ia sudah mengerjakan soal itu dengan sungguh-sungguh.


UBL 1, kalimat di atas dapat dianalisis sebagai berikut:
Ia
Sudah mengerjakan soal itu dengan sungguh-sungguh

- UBL 2, kalimat di atas masih bisa dianalisis menjadi:
Ia
Sudah mengerjakan soal itu
Dengan sungguh-sungguh

UBL 3, yang masih bisa dianalisis dari kalimat di atas yaitu (a) sudah mengerjakan soal itu dan (b) dengan sungguh-sungguh. Sehingga menjadi:
(a)Sudah
Mengerjakan soal itu
(b)Dengan
Sungguh-sungguh
UBL 4, yang masih bisa dianalisis berikutnya adalah”mengerjakan soal itu”.
Sehingga menjadi:
Mengerjakan
Soal itu
UBL 5, yang masih bisa dianalisis berikutnya adalah “soal itu”. Sehingga menjadi:
Soal
Itu
Jadi, hasil analisisnya sebagai berikut:
Ia sudah mengerjakan soal itu dengan sungguh-sungguh
Ia/sudah mengerjakan soal itu dengan sungguh-sungguh
Ia/sudah mengerjakan soal itu/dengan sungguh-sungguh
Ia/sudah/mengerjakan soal itu/dengan/sungguh-sungguh
Ia /sudah/mengerjakan/soal / itu / dengan/sungguh-sungguh
(sampai tingkat tertentu, analisis UBL dapat digunakan sebagai dasar penentuan gatra).

1.3 Gatra Subyek
Ciri-ciri gatra subyek:
a. Subyek merupakan gatra inti yang tidak bisa dihilangkan atau dihapus.
Jika dihapus maka struktur kalimat akan kacau atau tak sempurna atau bahkan
tak mempunyai arti dan menjadi tidak baku.
b. Berdasarkan intonasinya, pada gatra subyek suara makin naik disertai nada
tertahan (jeda).
c. Subjek bisa dipindahkan posisinya tanpa mengubah makna, misalnya
mendahului predikat atau bisa diinversikan (dibuat kalimat inversi).
d. Gatra subyek bisa dipertegas dengan kata “ini” atau “itu”.
e. Gatra subyek berjenis kata benda (berupa kata atau frasa). Sebenarnya, secara
sintaksis (tata kalimat) subjek pasti berupa kata benda.
f. Karena gatra subyek termasuk kelas benda, subyek cocok untuk pertanyaan
“apa” atau “siapa” didepan gatra predikat. Jika berupa klausa, bisa didahului
kata hubung “bahwa”.

1.4 Gatra Predikat
Ciri-ciri gatra predikat adalah :
a. Karena gatra predikat merupakan gatra inti, gatra predikat tidak bisa
dihilangkan atau dihapuskan. Jika dihapus maka struktur kalimat akan kacau.
b. Berdasarkan intonasinya, suara makin merendah pada akhir gatra predikat dan
diikuti kesenyapan.
c. Gatra predikat bisa mendahului subyek (inversi) tanpa mengubah makna.
d. Dapat dipertegas dengan melekatkan partikel “lah” pada akhir gatra predikat
lebih – lebih bila predikat berjenis bukan kata/frasa kerja. Terutama bila berada
di depan subyek/inversi..
e. Cocok untuk menjawab pertanyaan dibalakang subyek seperti : “mengapa”,
“bagaimana”, “berapa”, “apa” atau “siapa”


1.5 Objek
Objek merupakan gatra tambahan. Ada empat macam objek yaitu objek penderita, objek pelaku, objek berperangkai/objek berkata depan dan objek penyerta/objek berkepentingan.
Sebenarnya masih ada satu objek lagi yaitu objek semu atau sering disebut pula pelengkap. Ciri pokok objek semu adalah selalu berada di belakang kalimat aktif intrasitif tetapi tidak bisa dipindah/dipermutasikan dan tak dapat pula dipasifkan kalimatnya. Yang khas dari semua objek adalah bahwa objek hanya ada dalam kalimat verbal (kalimat yang predikatnya kata kerja) karena pengertian objek erat hubungannya dengan masalah aktif -pasif , transitif-intransitif. Hanya kata kerjalah yang berhubungan dengan aktif-pasif, transitif-intrasitif.
Adapun macam-macam objek antara lain:
a . Objek Penderita
Ciri-ciri objek penderita antara lain:
(1) Hanya ada dalam kalimat verbal.
(2) Selalu mengikuti kata kerja aktif transitif.
(3) Akan menjadi subjek dalam kalimat pasifnya.
(4) Selalu berada dibelakang predikat dalam keadaan aktifnya (tidak bisa
dipindah posisinya), tetapi tetap digolongkan sebagai gatra.
(5) Karena hubungan dengan predikatnya sangat erat, kalimat belum lengkap
tanpa objek ini. Namun demikian kalimat ini bukan gatra inti.
(5) Bila bukan klausa, tak pernah didahului /diawali kata tugas (kata depan, kata
hubung, dsb).
(6) Selalu berjenis kata / frasa benda ( secara stuktural ).
(7) Bila objek berupa klausa, biasanya didahului kata hubung “bahwa”.

b. Objek Pelaku
Ciri-ciri objek pelaku antara lain:
(1) Hanya ada dalam kalimat verbal
(2) Selalu mengikuti predikat kalimat pasif (jadi hanya ada dalam bentuk pasif ).
(3) Bisa didahului kata depan “oleh”.
(4) Bila bisa diaktifkan (predikatnya berawalan “di”), objek pelaku akan
menjadi subjek kalimat aktifnya.
(5) Bisa dipindahkan posisinya (tak harus di belakang predikatnya).
(6) Tak pernah berupa klausa (jadi tak ada klausa anak/anak kalimat yang
menduduki jabatan objek pelaku.

c. Objek Penyerta/Objek Berkepentingan
Ciri-ciri obek penyerta:
(1) Hanya ada dalam kalimat verbal.
(2) Selalu ada bersama objek lain. Jadi tak pernah sebuah kalimat atau klausa
hanya memiliki objek penyerta saja . Inilah sebabnya objek penyerta disebut
juga objek kedua ( O2 ).
(3) Bisa dipindahkan tempatnya tanpa mengubah makna.
(4) Tak pernah berupa klausa.
(5) Selalu berupa person (Orang, binatang, instansi, dsb.).

d. Objek Berperangkai / Objek Berkata Depan
Ciri-ciri objek berperangkai:
(1) Hanya ada dalam kalimat verbal.
(2) Selalu mengikuti predikat kalimat yang berjenis aktif intrasitif.
(3) Bisa dipindahkan posisinya tanpa mengubah makna kalimat.
(4) Walaupun kalimatnya berupa kalimat aktif, tidak bisa dipasifkan.
(5) Biasanya didahului kata depan “akan”, “tentang”, “atas”, “terhadap”,
“mengenai”, bila berupa klausa , dapat didahului kata hubung “ bahwa”.

e. Objek Semu
Ciri-ciri objek semu antara lain:
(1) Selalu ada dalam kalimat verbal.
(2) Selalu mengikuti predikat yang berjenis kata kerja aktif intransitif.
(3) Mirip objek penderita tetapi kalimatnya tidak bisa dipasifkan.
(4) Predikantya merupakan pasangan tetap (mirip idiom).
(5) Tak bisa dipindahkan tempatnya.

1.6 Gatra Keterangan

Baik objek maupun keterangan merupakan keterangan predikat. Bedanya, objek merupakan keterangan yang sifatnya erat. Inilah sebabnya letak objek yang ideal adalah hubungannya dengan predikat. Inilah sebabnya keterangan kalimat lebih bebas dipindah posisinya .
Baik objek maupun keterangan kalimat merupakan gatra tambahan (bukan gatra inti). Oleh karena itu, bisa dihapus tanpa mengurangi makna inti, terutama keterangan. Sedikit berbeda dengan objek, objek memang akan mengakibatkan sedikit janggal bunyi / nada kalimat bila objek dihapus. Hal ini dikarenakan sifat hubungan objek yang erat dengan predikat, terutama objek penderita
Adapun macam-macam keterangan klimat antara lain:

a. Keterangan Tempat (Lokatif)

Keterangan kalimat yang menerangkan tempat/dimana berlangsungnya peristiwa/tindakan yang tersebut pada predikat.Keterangan ini biasanya diawali/dirangkaikan dengan kata tugas “di”, “ke”, “dari”, “pada”, “kepada”. Keterangan ini tak pernah berupa klausa. Jadi tidak akan pernah ada klausa anak/anak kalimat menjabat keterangan tempat.
Misal :
(1) Ibu tinggal di rumah.
(2) Di belakang rumahnya terdapat taman yang indah.




b. Keterangan Alat (Instrumental)

Yaitu, keterangan yang menjelaskan dengan alat mana atau apakah perbuatan/peristiwa predikat dilaksanakan. Biasanya keterangan ini dinyatakan dengan kata tugas “dengan”. Keterangan ini tidak pernah berupa klausa.
Misal :
(1) Saya memukulnya dengan tongkat.
(2) Ia menjawab pertanyaan itu dengan alasan yang tepat.

c. Keterangan Kesertaan (Komitatif)
Yaitu, Keterangan yang menjelaskan keikutsertaan seseorang dalam tindakan yang tersebut dalam predikat. Keterangan ini tidak pernah berupa klausa. Biasanya keterangan ini dinyatakan dengan kata tugas “dengan” atau ”bersama”.
Misal :
(1) Bersama ayah saya pergi ke Bandung.
(2) Saya belajar dengan kawan-kawan saya.

d. Keterangan Suasana/Keadaan (Situasi)
Yaitu, Keterangan yang menjelaskan bagaimana/dalam keadaan apa suatu perbuatan yang tersebut dalam predikat berlangsung. Biasanya, keterangan ini dinyatakan dengan kata tugas “dengan” dan diikuti kata/frasa yang menyatakan suasana. Keterangan ini tidak pernah berupa klausa.
Misal :
(1) Teman-teman saya belajar dengan penuh kegembiraan.
(2) Dengan tertawa-tawa dia menjawab pertanyaanku.

e. Keterangan Cara/Mutu (Kualitas)
Yaitu, Keterangan yang menjelaskan dengan cara mana atau bagaimana peristiwa predikat dilaksanakan. Biasanya keterangan ini dinyatakan dengan kata tugas “dengan” disertai kata/frasa sifat. Keterangan ini tidak pernah berupa klausa.

Misal:
(1) Dia berjalan dengan cepat.
(2) Dia berteriak dengan lantang.

f. Keterangan Kuantitatif (Jumlah)
Yaitu, Keterangan yang menyatakan jumlah atau berapa kali peristiwa dalam predikat berlangsung.
Misal:
(1) Saya makan lagi.
(2) Anak itu menempeleng saya dua kali.

g. Keterangan Modalitas
Yaitu, keterangan yang menjelaskan sikap pembicara/tafsiran pembicara terhadap peristiwa/tindakan yang tersebut dalam predikat. Jadi keterangan ini bersifat subyektif.
Macam-macam keterangan modalitas sebagai berikut. :

(1) Keterangan Keraguan
Menyatakan keraguan pembicara atas peristiwa predikat (tak pernah berupa klausa)
Misal:
(a) Barangkali ayah kembali besok.
(b) Ia tak berani mengambil resiko rupanya.

(2) Keterangan Kepastian
Menyatakan kepastian baik positif maupun negatif terhadap perbuatan predikat.
Kalau berdekatan dengan predikat, bisa pula disatukan dengan predikat (tak pernah berupa klausa).
Misal:
(a) Ia pasti datang hari ini.
(b) Ia tidak akan ingkar janji.
(c) Saya sungguh tak mengerti hal ini.

(3) Keterangan Kemungkinan (Potensial)
Menjelaskan bahwa tindakan dalam predikat mungkin terjadi. Keterangan ini dinyatakan oleh kata “mungkin”, atau “agaknya”. Karena keterangan ini sulit dibedakan dengan keterangan keraguan, maka sering dikategorikan keterangan keraguan (tak pernah berupa klausa.)
Misal:
(a) Mungkin ia tidak datang.
(b) Ia terserang flu burung rupanya.

(4) Keterangan Harapan (Optatif)/Keinginan (desideratif)
Menjelaskan bahwa suatu peristiwa yang tersebut dalam predikat diharapkan/ diinginkan untuk berlangsung/terlaksana (tak pernah berupa klausa).
Misal:
(a) Mudah-mudahan ia datang hari ini.
(b) Kita hendaknya menyadari tanggung jawab kita.

(5). Keterangan Ajakan (Adhoratif)
Menjelaskan ajakan si pembicara untuk melakukan perbuatan yang tersebut dalam
predikat. Yang termasuk keterangan ini adalah kata-kata ajakan separti “mari”, “ayo”, “baiklah”, “kemarilah” dsb,tak pernah berupa klausa.
Misal:
(a) Marilah kita nyanyikan lagu ini bersama-sama.
(b) Baiklah kita istirahat sebentar.
(c) Ayo kita berangkat lagi.

(6) Keterangan Syarat (Kondisional)
Keterangan yang menjelaskan syarat tertentu jika suatu perbuatan yang tersebut dalam predikat akan terjadi. Bila keterangan ini berupa klausa, biasanya didahului katahubung “jika”, “kalau”, “kalau”, “bila”, “andai”, dsb.

Misal:
(a) Engkau akan mendapat hadiah kalau naik kelas.
(b) Jika gurumu tahu, ulanganmu pasti tidak akan dinilai.


h. Keterangan Waktu (Temporal)
Keterangan yang menjelaskan kapan atau waktu mana peristiwa dalam predikat
berlangsung/terjadi. Bila keterangan ini berupa klausa, biasanya didahului kata hubung “ketika”, “sebelum”, “sesudah”, “saat”, “waktu”, selagi”, ”sewaktu”,
dsb.
Misal:
(1) Besok pagi kami berangkat ke luar negeri.
(2) Sebelum melakukan sesuatu, pikirkanlah tindakanmu.

i. Keterangan Sebab (Kausal)
Menjelaskan sebab-sebab suatu perbuatan yang tersebut dalam predikat dilakukan /berlangsung. Bila berupa klausa, biasanya didahului hubung “karena”, “sebab”, “lantaran”, “oleh karena”, dsb.
Misal:
(1) Karena ia sedang ujian, ia tak menonton televisi.

j. Keterangan Akibat (Konsekutif)
Menjelaskan akibat yang terjadi karena perbuatan yang tersebut dalam predikat. Secara logika, keterangan ini tak bisa mendahului predikatnya. Jika berupa klausa, biasanya didahului kata hubung “sampai”, “hingga”, “sehingga”, dsb.
Misal:
(1) Ia dipukuli oleh kawan-kawannya hingga mukanya memar.

k. Keterangan Tujuan (Final)
Menjelaskan hasil perbuatan yang dilakukan dengan sengaja dikehendaki atau ingin dicapai. Jika berupa klausa, didahului kata hubung “supaya”, “guna”, “agar”.
Misal:
(1) Ia pergi ke Semarang untuk menyelesaikan surat-surat.
(2) Agar engkau naik kelas, engkau harus rajin belajar.


l. Keterangan Perlawanan (Konsesif)
Menjelaskan berlakunya perbuatan berlawanan atau bertentangan dengan yang umumnya dikehendaki pembicara. Bila berupa klausa, didahului kata hubung “meski”, “walau”, “walaupun”, “meski”, “meskipun”, “biar”, “biarpun”, “sungguhpun”, ”sekalipun”.
Misal:
(1) Biarpun sudah mengantuk, ia tetap belajar.
(2) Ia tetap mengikuti ujian walau kepalanya agak pusing.


m. Keterangan Pembatasan
Menjelaskan batas-batas perbuatan dalam predikat berlangsung atau boleh dilakukan. Keterangan ini jarang berupa klausa, tetapi masih ada kemungkinan berupa klausa.
Misal:
(1) Semuanya boleh kau ambil kecuali yang putih.
(2) Selain orang tuanya, semua saudaranya masih hidup.

n. Keterangan Perbandingan
Menjelaskan perbuatan lain dibandingkan dengan perbuatan yang tersebut dalam predikat kalimat. Kata tugas yang biasa dipakai untuk menyatakan ini adalah “sama”, “bak”, “bagai”, “seperti”, “laksana”, “umpama”, “sebagai”, dsb. Keterangan ini jarang berupa klausa , tetapi masih ada kemungkinan berupa klausa.
Misal:
(1) Ia sangat rajin seperti kakaknya.
(2) Aku rindu padamu laksana rusa mendamba air.

o. Keterangan Aspek
Yaitu keterangan yang menjelaskan terjadinya suatu proses obyektif. Keterangan aspek ini sebenarnya merupakan bagian dari predikat. Jadi bukan merupakan gatra. Sebagai bandingan, dalam bahasa Inggris lebih dikenal dengan ”tensis”. Jadi keterangan aspek sebanding dengan tensis dalam bahasa Inggris. Macamnya adalah:
(1) Aspek Persfektif
Menjelaskan suatu peristiwa telah selesai atau telah berakhir. Kata-kata yang dipakai untuk ini adalah “sudah” dan “telah”.
Misal:
(a) Ayah sudah berangkat kemarin sore.
(b) Mereka telah menyelesaikan pekerjaannya.

(2) Aspek Duratif
Menjelaskan suatu proses belum selesai atau masih berlangsung. Kata-kata yang dipakai untuk ini adalah “sedang” dan “tengah”, “lagi”, “baru”.
Misal:
(a) Ayah baru mandi.
(b) Siswa-siswa kelas dua sedang mengerjakan ulangan.

(3) Aspek Futuratif
Menjelaskan bahwa suatu perbuatan akan terjadi. Kata-kata yang dipakai untuk menyatakan keterangan ini adalah “akan”.
Misal:
(a) Kami akan berangkat besok pagi

(4) Aspek Inkoatif
Menyatakan suatu peristiwa atau perbuatan mulai terjadi/berlangsung. Aspek ini dinyatakan oleh kata “mulai”, “lalu”, gabungan “pun+lah”, dan gabungan “maka+lah”.
Misal:
(a) Mereka mulai bekerja. .
(b) Lalu mereka semua berangkat mencari harta karun itu.
(c) Mereka pun berangkatlah menuju danau itu.

Masih ada sebuah keterangan lagi yaitu keterangan kata. Keterangan kata ini memiliki banyak nama/istilah lain misalnya keterangan subjek (bila kata/unsur yang diterangkan menjabat subjek), keterangan objek (bila yang diterangkan menjabat objek), atau aposisi (unsur yang bisa menggantikan fungsi/jabatan kata/unsur yang diterangkan olehnya). Keterangan kata bukan merupakan gatra tersendiri. Jadi tak bisa dipindah posisinya, melainkan selalu berada di belakang kata yang diterangkan. Jika kata yang diterangkan berpindah tempat/posisi, keterangan kata ini ikut berpindah. (tetap berada di belakang kata yang diterangkan). Keterangan kata ini bisa berupa klausa.
Misal:
a. Br. Frans, Kepala Sekolah SMA PL, pergi ke Yogya.
b. Kemarin, ketika kamu datang ke rumah, aku sedang pergi.
c. Gadis yang berkepang dua itu bernama Ani.


2. Kalimat Analitis dan Sintesisis Beserta Variasi Susunannya

2.1 Kalimat Analitis.
Kalimat Analitis Adalah kalimat yang di dalamnya terkandung kebenaran yang umum dan berlaku di mana-mana.

Contoh Kalimat Analitis:
a. Kucing adalah binatang.
b. Semua orang kikir pasti pelit.
c. Hitam adalah warna gelap.



2.2 Kalimat Sintesis.
Kalimat Sintesis Adalah kalimat yang kebenarannya didasarkan pada hasil observasi dan pengamatan.

Contoh Kalimat Sintesis
a. Semua orang kikir harus dikasihani.
b. Semua orang jawa pintar.
c. Makhluk Tuhan pasti beriman.

Untuk menentukan kalimat analitis dan sintesis harus mendefinisikan dahulu kata kunci dari sebuah kalimat.


2.3 Menggunakan Kalimat Yang Bervariasi Susunannya.
Sebagai mana kita ketahui bahwa setiap kalimat mempunyai bagian – bagian yang membentuknya. Unsur – unsur pembentuk tersebut berupa gatra . Gatra pangkal/gatra diterangkan/gatra digolongkan, ketiganya lazim disebut predikat
Pola kalimat mantap, urutan gatra-gatranya:
a.S – P
b.S – P – O
c.S – P – O1 – O2

Bila kita hendak menambahkan K, maka letaknya pada akhir kalimat, sehingga
urutannya menjadi :
a.S – P – K
b.S – P – O – K
c.S – P – O – K – K
d.S – P – O1 – O2 – K

Contoh kalimat mantap: Ia mengajak ayah .
S P O

Bila urutan gatra-gatranya diubah:
Ayah mengajak ia
S P O (makna kalimat berubah)
Jadi dalam kalimat mantap kedudukan tiap gatra tidak dapat dipindahkan tempatnya, sebab jika dipindahkan akan mengubah makna kalimat.
Kalimat bervariasi adalah kebalikan dari kalimat mantap. Sebuah kalimat yang urutan gatra-gatranya diubah terjadilah variasi susunan tanpa mengubah makna kalimat tersebut, kalimat demikian disebut kalimat bervariasi
Perhatikan contoh dibawah ini:

Kalimat asal : nalayan menjaring ikan dilaut. (S – P – O – K)
Kalimat bervariasi : - Di laut nelayan menjaring ikan. (K – S – P – O)
- Nelayan di laut menjaring ikan. (S – K – P – O)
- Menjaring ikan nelatan di laut. (P – O – S – K)

Kalimat diatas bervariasi susunan gatranya, tetapi tidak berubah makna kalimatnya kendatipun intonasinya berubah.

Dari contoh di atas maka kini jelaslah bahwa kalimat bervariasi ialah kalimat mantap (berpola dasar subjek-predikat) yang telah mangalami perubahan pola.

Bagaimana cara menggunakan kalimat yang bervariasi susunannya?

Kita tampilkan sebuah kalimat asal, misalnnya:
Ia membeli buku ditoko kemarin. Pola kalimatnya S – P – O – K – K

Kalimat asal tersebut kita ubah urutan gatranya secara bebas asal tidak mengubah makna kalimat. Kita tidak boleh mendahulukan predikatnya sehingga susunan kalimat bervariasi menjadi
Mambeli buku di toko ia kemarin. (P – O – K – S – K)

Bila kita hendak mendahulukan salah satu keterangan, maka kalimat tersebut susunannya bervariasi menjadi: Kemarin ia membeli buku di toko (K – S – P – O – K).

Demikianlah seterusnya kita dapat mendahulukan salah satu bagian kalimat yang lain sehingga memungkinkan terjadinya variasi susunan kalimat yang lain pula.

BAB III. PENUTUP

1. Simpulan

Sebagaimana kita telah ketahui behwa setiap kalimat mempunyai bagian-bagian yang membentuknya. Unsur-unsur pembentuk tersebut disebut gatra. Gatra-gatra itu terdiri dari gatra subjek, gatra predikat, gatra objek, dan gatra keterangan. Gatra-gatra tersebut dapat diketahui dengan cara analisis unsur bawahan. Gatra subjek dan predikat termasuk gatra inti yang mutlak harus ada jika suatu ujaran ingin disebut kalimat. Sedangkan gatra objek dan keterangan hanya berupa gatra tambahan saja. Keterangan kalimat terbagi menjadi beberapa macam,antara laian: keterangan tempat, keterangan alat, keterangan kesertaan, keterangan keadaan/situasi, keterangan cara, keterangan kuantitatif, keterangan modalitas, keterangan waktu, keterangan sebab, keterangan akibat, keterangan tujuan, keterangan perlawanan, keterangan pembatasan, keterangan perbandingan, keterangan aspek, dan keterangan kata.
Kalimat analitis adalah kalimat yang didalamnya terkandung kebenaran yang umum dan berlaku dimana-mana. Sedangkan kalimat sintesis adalah kalimat yang kebenarannya didasarkan pada hasil observasi dan pengamatan. Variasi susunan kalimat bisa didapat dengan cara mengubah urutan gatra-gatranya sehingga terjadilah variasi susunannya.

2. Saran

Termotivasi dalam percakapan sehari-hari, tidak sedikit orang, baik masyarkat awam maupun mahasiswa, masih mengalami kesulitan dalam penggunaan kalimat, khususnya kalimat yang baik dan benar sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Makin rumit masalah yang menjadi bahan pembicaraan, makin rumit pula kalimat yang digunakan. Maka kami harapkan agar pembaca lebih menekankan dari segi komunikatif (keterampilan berbahasa) daripada segi teoritis (tentang bahasa), karena yang kami harapkan adalah keterampilan menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi.
Penulis sadari sepenuhnya, bahwa penulisan makalah in masih jauh dari sempurna. Akhirnya urun pendapat dan saran yang bersi fat membangun akn kami terima dengan senang hati, Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca yang budiman.

0 komentar:

 
Top