M A K A L A H








RIWAYAT HIDUP AL-ASY’ARI,POKOK PIKIRAN DAN KARYANYA





Diajukan Sebagai salah satu syarat tugas Mandiri
pada Mata Kuliah Ahlu Sunnah Waljama’ah




Di Susun Oleh:

MUHAMMAD IBNU SOIM

JURUSAN SYARIAH
PROGRAM STUDI S.I. PERBANKAN SYARIAH































]SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) MA’ARIF
METRO LAMPUNG
2010/2011

KATA PENGANTAR





Segala puji syukur yang kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan hidayah untuk berpikir sehingga dapat melaksanakan tugas untuk pembuatan makalah dalam upaya untuk memenuhi Syarat dalam Mata Kuliah Aswaja.
Dalam penulisan makalah ini penulis bermaksud untuk memenuhi tugas yang diberikan Dosen. Dan dalam penulisan ini kami tulis dalam bentuk sederhana, sekali mengingat keterbatasan yang ada pada diri penulis sehingga semua yang ditulis masih sangat jauh dari sempurna.
Atas jasanya semoga Allah SWT memberikan imbalan dan tertulisnya makalah ini dapat bermanfaat dan kami minta ma’af sebelumnya kepada Dosen, apabila ini masih belum mencapai sempurna kami sangat berharap atas kritik dan saran-sarannya yang sifatnya membangun tentunya.



Metro, Oktober 2010



PENULIS

DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii

BAB I PEMBAHASAN
BAB II KESIMPULAN 6
DAFTAR PUSTAKA 7







BAB I
PEMBAHASAN



A. SEJARAH HIDUP AL-ASY'ARI
Nama lengkap beliau adalah Abul Hasan Ali bin Isma’il bin Ishaq bin Salim bin Isma’il bin Abdillah bin Musa bin Bilal bin Abi Burdah bin Abu Musa Al-Asy’ari. Datuknya, Abu Musa Al-Asy’ari merupakan salah satu shahabat terkemuka. Sejak kecil Abul Hasan telah yatim. Kemudian ibunya menikah dengan seorang tokoh Mu`tazilah bernama Abu `Ali Al Jubba`i. Beliau (Abul Hasan) seorang yang cerdas, hafal Al Qur`an pada usia belasan tahun dan banyak pula belajar hadits. Pada akhirnya beliau berjumpa dengan ulama salaf bernama al Barbahari (wafat 329 H). Inilah yang akhirnya merubah jalan hidupnya sampai beliau wafat pada tahun 324 H atau 939 M dalam usia 64 tahun Menurut beberapa riwayat, Abu Hasan Al-Asy’ari lahir di Bashrah (Irak) pada tahun 260 H / 875 M. Ketika berusia lebih dari 40 tahun, ia hijrah ke kota Baghdad dan wafat di sana pada tahun 324 H/935 M.
Inilah Ulama besar dalam Ilmu Usuluddin, perumus dan pembela faham Ahlussunnah wal Jama’ah, yaitu faham Nabi, sahabat-sahabat dan tabi’in yang banyak1. Dalam furu’ syari’at beliau pnganut yang kuat dari Madzhab Syafi’i. Beliau belajar fiqih kepada Abu Ishaq al Marwadzi, demikian dikatakan oleh Ustadz Abu Bakar bin Furak pengarang kitab Tabaqatul Mutakallimin, dan demikian juga dikatakan oleh Ustadz Abu Ishaq al Arfaraini sebagai yang dinukilkan oleh Syeikh Abu Muhammad al Junaidi dalam kitab Syarah Risalah. Abu Hasan al Asy’ari adalah seorang Ulama Besar, ikutan ratusan juta umat Islam dari dulu sampai sekarang, karena beliau yang menjadi Imam kaum Ahlussunnah wal Jama’ah sebagai lawan dari kaum Mu’tazilah, kaum Syi’ah, kau’m Mujassimah, dan lain-lain firqah yang sesat. Walaupun beliau seorang Imam Besar dalam usuluddin, tetapi dalam furu’ syari’at beliau menganut dan mempertahankan Madzhab Syafi’i Rahimahullah .
Menurut Ibnu Asakir, ayah Al-Asy’ari adalah seorang yang berfaham Ahlussunnah dan merupakan ahli hadits. Ia wafat ketika Al-Asy’ari masih kecil. Sebelum wafat, ia berwasiat kepada shahabatnya yang bernama Zakaria bin Yahya As-Saji agar mendidik Al-Asy’ari. Sepeninggal Isma’il bin Ishaq, ibunda Ali bin Isma’il menikah dengan Al-Jubba’i, seorang Mu’tazilah terkemuka, ayah kandung Abu Hasyim Al-Jubba’i. Al-Jubba’i mendidik Ali bin Isma’il menjadi tokoh Mu’tazilah. Pada usia 40 tahun, Abul Hasan Al-Asy’ari bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW pada malam ke-10, ke-20, dan ke-30 bulan Ramadhan. Dalam tiga mimpinya itu, beliau diperingatkan Rasulullah agar meninggalkan faham Mu’tazilah dan membela faham yang telah diriwayatkan dari beliau.
Konsep Aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah yang berkembang hingga saat ini banyak berpijak kepada konsep yang disusun oleh Imam Al-Asy’ari atau pun Imam Al-Maturidi. Walau ada beberapa perbedaan, namun konsep mereka sangat mirip .



B. Adapun formulasi pemikiran Al-Asy’ari, secara esensial
Yaitu: menampilkan sebuah upaya sintesis antara formulasi ortodoks ekstrim di satu sisi dan mu’tazilah di lain sisi. Maksudnya, dari segi etosnya, pergerakan tersebut memiliki semangat ortodoks. Sedangkan aktualitas formulasinya jelas menampakkan sifat reaktif terhadap Mu’tazilah, suatu reaksi yang tak dapat dihindarinya. Corak pemikiran yang sintesis ini, mungkin dipengaruhi pemikiran Ibnu Kullab (Tokoh sunni yang wafat pada 854 M).
• Tuhan dan Sifat-sifatnya
Abul Hasan Al-Asy’ari dihadapkan pada dua pandangan ekstrim. Di satu sisi ia berhadapan dengan kelompok mujassimah dan musyabbihah yang berpendapat bahwa Allah mempunyai semua sifat yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan Hadits, dan sifat-sifat itu harus dipahami menurut arti harfiahnya. Di lain sisi, beliau berhadapan dengan Mu’tazilah yang menolak konsep bahwa Allah mempunyai sifat, dan berpendapat bahwa mendengar, kuasa, mengetahui, dan sebagainya bukanlah sifat, tetapi Substansi-Nya, sehingga sifat-sifat yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan Hadits itu harus dijelaskan secara alegoris.
Menghadapi dua kelompok tersebut, Al-Asy’ari berpendapat bahwa Allah memang memiliki sifat-sifat itu (berbeda dengan Mu’tazilah) namun tidak boleh diartikan secara harfiah melainkan secara ta’wil (berbeda dengan mujassimah dan musyabbihah). Selanjutnya, Al-Asy’ari berpendapat bahwa sifat-sifat Allah itu unik, sehingga tidak dapat dibandingkan dengan sifat-sifat manusia yang tampaknya mirip.
• Akal dan Wahyu
Walaupun Al-Asy’ari dan Mu’tazilah mengakui pentingnya akal dan wahyu, mereka berbeda dalam menghadapi persoalan yang memperoleh penjelasan kontradiktif dari aqal dan wahyu. Al-Asy’ari mengutamakan wahyu, sementara Mu’tazilah mengutamakan aqal . Dalam menentukan baik dan buruknyapun terjadi perbedaan pendapat di antara mereka. Al-Asy’ari berpendapat bahwa baik dan buruk harus berdasarkan pada wahyu, sedangkan Mu’tazilah mendasarkannya pada aqal.
• Keadilan
Pada dasarnya Al-Asy’ari dan Mu’tazilah setuju bahwa Allah itu adil. Namun Al-Asy’ari tidak setuju bahwa Allah harus berbuat adil, sehingga Dia harus menyiksa orang yang salah dan memberi pahala kepada orang yang berbuat baik. Menurutnya, Allah tidak memiliki keharusan apapun terhadap makhluq, karena Dia adalah Penguasa Muthlaq .







• Kedudukan Orang Berdosa
Al-Asy’ari menolak ajaran posisi menengah yang dianut Mu’tazilah. Iman merupakan lawan kufr, predikat bagi seseorang haruslah salah satu dari keduanya. Jika tidak mu`min, maka ia kafir1. Mu`min yang berbuat dosa besar adalah mu`min yang fasiq, sebab iman tidak mungkin hilang karena dosa, kecuali oleh kafir haqiqi. Dan mazhab Abu Hasan Al-Asy’ari adalah Ahlu Sunnah Waljama’ah .
C. Karya-karya Al-Asy’ari
Ia meninggalkan karangan-karangan, kurang lebih berjumlah 90 buah dalam berbagai lapangan. Di antara tulisan-tulisan beliau adalah: al-Ibanah an Ushuli Diyanah, Maqalatul Islamiyyin, Risalah Ila Ahli Tsaghr, al-Luma’ fi Raddi ala Ahlil Bida’, al-Mujaz, al-Umad fi Ru’yah, Fushul fi Raddi alal Mulhidin, Khalqul A’mal, Kitabush Shifat, Kitabur Ruyah bil Abshar, al-Khash wal ‘Am, Raddu Alal Mujassimah, Idhahul Burhan, asy-Syarh wa Tafshil, an-Naqdhu alal Jubai, an-naqdhu alal Balkhi, Jumlatu Maqalatil Mulhidin, Raddu ala lbni Ruwandi, al-Qami’ fi Raddi alal Khalidi, Adabul Jadal, Jawabul Khurasaniyyah, Jawabus Sirafiyyin, Jawabul Jurjaniyyin, Masail Mantsurah Baghdadiyyah, al- Funun fi Raddi alal Mulhidin, Nawadir fi Daqaiqil Kalam, Kasyful Asrar wa Hatkul Atsar, Tafsirul Qur’an al-Mukhtazin, dan yang lainnya .

Karya-karyanya Al-Asy’ari Yang Terkenal ada tiga yaitu:
1. Maqalat Al-Islamiyyin, Al-Ibanah 'an Ushulid Diniyah Dan Al-Lum
BAB II
KESIMPULAN

Kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Abu Hasan Al-Asy’ari lahir di di Bashrah (Irak) pada tahun 260 H / 875 M
2. Abu Hasan Al-Asy’ari mempunyai 90 karya yang di tulis dirinya sendiri, dan hasil karyanya yang paling terkenal ada tiga macam yaitu: Maqalat Al-Islamiyyin, Al-Ibanah 'an Ushulid Diniyah dan Al-Lum .
3. Abu Hasan Al-Asy’ari adalah ulama’ yang merumuskan dan membela faham Ahli Sunnah Waljama’ah.

DAFTAR PUSTAKA

• Penerbit Bulan Bintang, ISBN: 979-418-074-2, 3.

• www.id.wordpress.com

• www.waterboyry.wordpress.com

0 komentar:

 
Top