BAB I
PENDAHULUAN
Belajar seperti halnya perkembangan
berlangsung seumur hidup, dimulai sejak dalam ayunan sampai liang lahat. Apa
yang dipelajari dan bagaimana cara belajarnya pada setiap fase perkembangan
berbeda-beda. Banyak teori yang membahas masalah belajar.Tiap teori bertolak
dari asumsi atau anggapan dasar tertentu tentang belajar.Oleh karena itu
tidaklah mengherankan apabila ditemukan konsep atau pandangan serta praktek
yang berbeda dari belajar. Meskipun demikian ada beberapa pandangan umum yang
sama atau relatif sama di antara konsep-konsep tersebut.
Di kalangan ahli psikologi terdapat
keragaman dalam cara menjelaskan dan mendefinisikan makna belajar (learning).
Namun, baik secara eksplisit maupun secara implisit pada akhirnya terdapat kesamaan
maknanya, ialah bahwa definisi mana pun konsep belajar itu selalu menunjukkan
kepada suatu proses perubahan prilaku atau pribadi seseorang berdasarkan
praktek atau pengalaman tertentu.
BAB II
PEMBAHASAN
HAKEKAT KESULITAN BELAJAR
A. DEFINISI KESULITAN BELAJAR
Kesulitan belajar merupakan
terjemahan istilah bahasa Inggris Learning
Disability.Terjemahan tersebut, sesungguhnya kurang tepat karena learning
artinya belajar dan disability artinya ketidakmampuan; sehingga terjemahan yang
benar seharusnya adalah ketidakmampuan belajar.Kesulitan belajar merupakan
suatu konsep multidisipliner yang digunakan di lapangan ilmu pendidikan,
psikologi, maupun ilmu kedokteran.Pada tahun 1963 Samuel A. Kirk untuk pertama
kali menyarankan penyatuan nama-nama gangguan anak seperti disfungsi otak
minimal (minimal brain dysfunction), gangguan neurologis (neurological
disorders), disleksia (dyslexia) dan afasia perkembangan (developmental
aphasia).Konsep tersebut telah diadopsi secara luas dan pendekatan edukatif
terhadap kesulitan belajar telah berkembang secara cepat, terutama di
negara-negara yang sudah maju.
Hallan, Kauffman, dan Lyoyd (1985:
14), memberikan batasan kesulitan belajar sebagai berikut:Kesulitan belajar
khusus adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar
yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan
tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan,
berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja atau berhitung.Batasan tersebut
mencakup kondisi-kondisi seperti gangguan perseptual, luka pada otak,
disleksia, dan afasia perkembangan.Batasan tersebut tidak mencakup anak-anak
yang memiliki problema belajar yang penyebab utamanya berasal dari adanya
hambatan dalam penglihatan, pendengaran atau motorik, hambatan karena
tunagrahita, karena gangguan emosional atau karena kemiskinan lingkungan,
budaya, atau ekonomi.
Kesulitan belajar merupakan suatu
konsep multidisipliner yang digunakan di lapangan ilmu pendidikan, psikologi,
maupun ilmu kedokteran. Pada tahun 1963 Samuel A. Kirk pertama kali menyarankan
penyatuan nama-nama gangguan anak seperti disfungsi minimal otak (minimal
brain dysfunction), gangguan neurologis (neurological disorders),
disleksia (dyslexia), dan afasia perkembangan (developmental aphasia)
menjadi kesulitan belajar (Mulyono Abdurrahman,1995:9). Konsep ini diadopsi
secara luas oleh berbagai disiplin ilmu dalam upaya memahami dan mendalami
kesulitan belajar bagi perkembangan ilmu mereka.
B. KLASIFIKASI KESULITAN BELAJAR
Membuat klasifikasi kesulitan
belajar tidak mudah, karena kesulitan belajar merupakan kelompok kesulitan yang
heterogen.Tidak seperti tunanetra, tunarungu atau atau tunagrahita yang
bersifat homogen. Kesulitan belajar memiliki banyak tipe yang masing-masing memerlukan
diagnosis dan remediasi yang berbeda-beda. Betapa pun sulitnya membuat
klasifikasi kesulitan belajar, klasifikasi tampaknya memang diperlukan karena
bermanfaat untuk menentukan berbagai strategi pembelajaran yang tepat.
Secara garis besar kesulitan belajar
dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, sebagai berikut:
1.
Kesulitan
belajar yang berhubungan dengan perkembangan
2.
Kesulitan
belajar akademik.
Kesulitan
belajar yang berhubungan dengan perkembangan mencakup gangguan motorik dan
persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, dan kesulitan belajar dalam
penyesuaian perilaku sosial.Kesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya
kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas
yang diharapkan.Kegagalan tersebut mencakup penguasaan keterampilan dalam
membaca, menulis, dan atau matematika.
Kesulitan
belajar akademik dapat diketahui oleh guru atau orang tua ketika anak gagal
menampilkan salah satu atau beberapa kemampuan akademik.Sebaliknya, kesulitan
belajar yang bersifat perkembangan umumnya sukar diketahui, baik oleh orang tua
maupun guru karena tidak ada pengukuran-pengukuran yang sistematik seperti
halnya dalam bidang akademik.Kesulitan belajar yang berhubungan dengan
perkembangan sering tampak sebagai kesulitan belajar yang disebabkan oleh tidak
dikuasainya keterampilan prasyarat, yaitu keterampilan yang harus dikuasai
lebih dahulu agar dapat menguasai bentuk keterampilan berikutnya.
Untuk
mencapai prestasi akademik yang memuaskan, seorang anak memerlukan penguasaan
keterampilan prasyarat.Anak yang memperoleh prestasi belajar yang rendah karena
kurang menguasai keterampilan prasyarat, umumnya dapat mencapai prestasi
akademik yang diharapkan setelah lebih dahulu anak menguasai keterampilan
prasyarat tersebut.Untuk dapat menyelesaikan soal matematika bentuk cerita
misalnya, seorang anak harus menguasai lebih dahulu keterampilan membaca
pemahaman.Untuk dapat membaca, seorang anak harus sudah berkembang kemampuannya
dalam melakukan diskriminasi visual maupun auditif, ingatan visual maupun
auditoris, dan kemampuan untuk memusatkan perhatian.
C. FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR
Faktor yang dapat menyebabkan
kesulitan belajar di sekolah itu banyak dan beragam.Apabila dikaitkan dengan
faktor-faktor yang berperan dalam belajar, penyebab kesulitan belajar tersebut
dapat kita kelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu faktor yang berasal dari
dalam diri siswa (faktor internal) dan faktor yang berasal dari luar diri siswa
(faktor eksternal).
Adapun faktor-faktor penyebab kesulitan
belajar itu, dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Faktor internal, yang meliputi:
1)
Faktor
fisiologi
2)
Faktor
psikologi
2. Faktor
eksternal, yang meliputi:
1)
Faktor
orang tua
2)
Faktor
sekolah
3)
Faktor
media masa dan lingkungan sosial
Berikut
ini akan diuraikan tentang faktor-faktor penyebab kesulitan belajar, baik
faktor internal maupun faktor eksternal.
1.
Faktor
internal
a)
Faktor
Fisiologi
Seorang anak yang sakit atau kurang
sehat akan mengalami kelemahan fisik, sehingga saraf sensorik dan motoriknya
lemah akibatnya rangsangan yang diterima melalui indranya tidak dapat
diteruskan ke otak. Anak yang kurang sehat akan mengalami kesulitan belajar,
sebab ia mudah lelah, pusing, mengantuk,daya konsentrasinya berkurang dan
kurang bersemangat dalam belajar.
Ahmad Thanthowi (1991: 106)
mengatakan: “Karena sakit-sakitan, maka menjadi sering meninggalkan sekolah.
Demikian juga dalam upaya belajar di rumah frekuensi belajar dapat menjadi
menurun. Maka badan yang sehat dan segar amat berpengaruh bagi tercapainya
sukses belajar.”
b)
Faktor
Psikologi
Belajar memerlukan kesiapan rohani
dan kesiapan mental yang baik, dan yang termasuk dalam faktor psikologi adalah:
1)
Inteligensi
2)
Bakat
3)
Minat
4)
Motivasi
2.
Faktor
Eksternal
a)
Faktor
orang tua
Keluarga merupakan pusat pendidikan
utama dan pertama, tetapi dapat juga sebagai faktor penyebab kesulitan belajar.
Dalam hal ini orang tua memiliki peranan penting dalam rangka mendidik
anaknya,karena pandangan hidup, sifat dan tabiat seorang anak, sebagian besar
berasal dari kedua orang tuanya.
“Tugas utama keluarga dalam
pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan
pandangan hidup keagamaan. Sifat dan tabi’at anak sebagian besar diambil dari
kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga lain.” Yang termasuk faktor ini
antara lain adalah:
-
Bimbingan
dan didikan orang tua
Orang tua yang tidak tahu atau
kurang memperhatikan kemajuan belajar anak-anaknya akan menjadi penyebab
kesulitan belajar anak-anak memerlukan bimbingan orang tua agar bersikap dewasa
dan tanggung jawab belajar tumbuh pada diri anak.
-
Hubungan
orang tua dan anak
Faktor ini penting sekali dalam
menentukan kemajuan belajar anak. Kasih sayang dari orang tua menimbulkan
mental yang sehat bagi anak.
-
Suasana
rumah atau keluarga
Suasana rumah yang sangat ramai atau
gaduh, mengakibatkan anak tidak dapat belajar dengan baik. Anak akan selalu
terganggu konsentrasinya, sehingga sukar belajar.
-
Keadaan
ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi digolongkan dalam:
ü Ekonomi yang kurang atau
miskin keadaan ini akan menimbulkan kurangnya alat-alat belajar,
kurangnya biaya dan anak tidak mempunyai tempat belajar yang baik.
ü Ekonomi yang berlebihan (kaya).
Keadaan ini sebaiknya dari keadaan yang pertama, yaitu ekonomi keluarga yang
melimpah ruah.
c)
Faktor sekolah
Yang dimaksud dengan faktor sekolah
antara lain adalah sebagai berikut:
1.
Guru
Guru dapat menjadi penyebab
kesulitan belajar apabila guru tidak memenuhi syarat sebagai seorang pendidik,
contohnya: hubungan guru kurang baik dengan siswa dan guru menuntut
standar pelajaran di atas kemampuan anak. Seorang guru dituntut harus dapat
mengelola komponen-komponen yang terkait dalam mendidik para siswa.
2.
Alat
pelajaran
Alat pelajaran yang kurang lengkap
membuat penyajian pelajaran tidak baik. Terutama pelajaran yang bersifat
praktikum, kurangnya alat laboratorium akan banyak menimbulkan kesulitan dalam
belajar.
3.
Kondisi
gedung
Apabila gedung sekolah dekat dengan
keramaian, ruangan gelap dan sempit maka situasi belajar akan kurang baik
karena sangat mengganggu konsentrasi sehingga kegiatan belajar terhambat. Dalam
belajar dibutuhkan konsentrasi penuh sehingga siswa akan dengan mudah dalam
memahami pelajaran yang sedang dibahas.
4.
Kurikulum
Kurikulum dapat dikatakan kurang
baik apabila bahan/materinya terlalu tinggi dan pembagian bahan/materi tidak
seimbang.
5.
Waktu
sekolah dan disiplin kurang
Waktu yang baik untuk belajar adalah
pagi hari, karena kondisi anak masih dalam keadaan yang optimal untuk dapat
menerima atau menyerap pelajaran.Apabila sekolah masuk siang atau sore kondisi
siswa sudah tidak optimal lagi untuk menyerap pelajaran, karena energi mereka
sudah berkurang.
Selain
faktor-faktor di atas, ada pula faktor-faktor lain yang juga dapat menimbulkan
kesulitan belajar yaitu sindrom psikologis berupa learning disability
(ketidakmampuan belajar) (syah, 1999 : 166).
Faktor-faktor
tersebut adalah:
1.
Disleksia
(dyslexia) yaitu ketidakmampuan belajar membaca.
2.
Disgrafia
(dysgraphia) yaitu ketidakmampuan belajar menulis.
3.
Diskalkulia
(discalculia), yaitu ketidakmampuan belajar matematika.
d)
Faktor
media masa dan lingkungan social
1)
Faktor
media masa meliputi; bioskop, surat kabar, majalah, radio, dan televisi.
Hal-hal tersebut dapat menjadi penghambat dalam belajar apabila terlalu banyak
waktu yang digunakan untuk hal-hal tersebut, hingga melupakan belajar (Ahmadi,
1991 : 87).
2)
Lingkungan
sosial, seperti teman bergaul, tetangga dan aktivitas dalam masyarakat. Ketiga
faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap proses belajar anak, misalnya anak
terlalu banyak berorganisasi, hal ini dapat menyebabkan belajar anak menjadi
terbengkalai.
D.
ASPEK-ASPEK
PSIKOLOGI BELAJAR
Sebagaimana
dinyatakan di muka bahwa proses pembelajaran syarat dengan aspek-aspek
psikologis yang harus diperhatikan oleh seorang pendidikan atau pengajar, demi
menunjang keberhasilan proses pembelajaran tersebut. Aspek-aspek psikologis
tersebut akan dijelaskan di bawah ini:
1.
Tingkat kecerdasan/inteligensi siswa
Inteligensi
ialah kemampuan untuk menemukan, yang bergantung pada pengertian yang luas dan
ditandai oleh adanya suatu tujuan tertentu dan adanya pertimbangan-pertimbangan
yang bersifat korektif.Jelasnya, inteligensi itu meliputi pengertian penemuan
sesuatu yang baru, adanya keyakinan atau ketetapan hati dan adanya pengertian
terhadap dirinya sendiri (Juhaya S. Praja & Usman Effendi, 1984:89).
Pendapat
lain menyatakan bahwa inteligensi pada umumnya dapat diartikan sebagai
kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan
lingkungan dengan cara yang tepat.
2.
Sikap Siswa
Sikap
adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk
mereaksi atau merespons (response tendency) dengan cara yang relatif terhadap
objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Yang
sangat memegang peranan penting dalam sikap ialah faktor perasaan atau emosi,
dan faktor kedua adalah reaksi/respons, atau kecenderungan untuk bereaksi.
3.
Bakat Siswa
Bakat
adalah kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak
bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Seorang yang siswa yang memiliki
bakat dalam bidang tata bahasa Arab, misalnya, akan jauh lebih mudah menyerap
informasi, pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan bidang tersebut
dibanding dengan siswa lainnya.Berhubungan dengan hal di atas, bakat akan
mempengaruhi tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar bidang studi
tertentu.
4.
Minat Siswa
Secara
sederhana, minat (interest) berarti
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap
sesuatu.Minat seperti yang dipahami dan dipakai orang selama ini dapat
mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi
tertentu. Belajar akan menjadi suatu siksaan dan tidak memberi manfaat jika
tidak disertai sifat terbuka bagi bahan-bahan pelajaran. Guru yang berhasil
membina siswanya berarti ia telah melakukan hal-hal yang paling penting yang
dapat dilakukan demi kepentingan belajar siswa-siswanya.
5.
Motivasi Siswa
Motif
merupakan pendorong bagi suatu organisme untuk melakukan sesuatu. Pendapat lain
mengatakan bahwa motif ialah keadaan internal organisem–baik
manusia ataupun hewan– yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.Motivasi dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu intrinsik dan ekstrinsik.Motivasi intrinsik
adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat
mendorongnya melakukan tindakan belajar.Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah
hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk
melakukan kegiatan belajar.
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian bab di atas maka dapat
penulis simpulkan bahwa Kesulitan
belajar merupakan terjemahan istilah bahasa Inggris Learning Disability.Kesulitan belajar khusus adalah suatu gangguan
dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan
penggunaan bahasa ujaran atau tulisan (Hallan, Kauffman, dan Lyoyd, 1985: 14).
Secara garis besar kesulitan belajar
dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, sebagai berikut: (1) kesulitan
belajar yang berhubungan dengan perkembangan (developmental learning disabilities); dan (2) kesulitan belajar
akademik (academic learning disabilities).Terdapat
dua jenis faktor yang menyebabkan kesulitan belajar yaitu: faktor internal dan
faktor eksternal, yang termasuk ke dalam faktor internal adalah fisiologi dan
psikoloti. Adapun yang termasuk faktor eksternal adalah faktor orang tua,
sekola dan media masa serta lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Praja, Juhaya S. & Efendi,
Usman. 1984. Pengantar Psikologi.
Bandung: Angkasa.
Purwanto, M. Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Syah, Muhibbin. 1997. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru.
Bandung: Rosda Karya.
0 komentar:
Post a Comment