BAB I
PENDAHULUAN
Kedudukan akhlak dalam kehidupan
manusia sangatlah penting, baik sebagai individu maupun sebagai anggota
masyarakat. Maju atau mundurnya suatu bangsa tergantung bagaimana akhlaknya.
Jika akhlaknya baik, maka baik pula batinnya, sehingga dapat mewujudkan
kehidupan yang baik pula. Namun, jika akhlaknya buruk, maka buruk pula
batinnya, sehingga dapat menghancurkan tatanan kehidupan bangsa.
Didalam kehidupan suatu bangsa terdapat perbedaan yang beraneka ragam, baik
dalam hal agama, bahasa, budaya, adat istiadat, suku, ras, dan sebagainya.
Salah satu dari perbedaan yang mencolok adalah agama. Dalam hal ini diperlukan
aturan-aturan untuk mengatur kehidupan tiap umat beragama dalam menjalankan
kehidupan.
Islam sebagai agama yang paripurna telah memiliki aturan tersendiri untuk
mengtur umatnya dalam hal berhubungan, baik dengan sesama muslim maupun dengan
umat lainnya. Oleh karena itu makalah ini akan kami jelaskan mengenai Konsep Aswaja Tentang Kemasyarakatan
dan Ekonomi.
BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP ASWAJA TENTANG KEMASYARAKATAN
DAN EKONOMI
A.
KONSEP ASWAJA TENTANG KEMASYARAKATAN
Islam merupakan agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW yaitu pada saat Rasulullah SAW berumur 14 tahun. Keadaan bumi sebelum masuknya
Islam merupakan keadaan yang amat buruk dan menggenaskan dimana sebagian dari
manusia ada menyembah pohon, batu, patung (berhala), matahari, bulan dan
bintang, bahkan ada yang menyembah sesama manusia yang mana kesemuanya itu
adalah ciptaan Allah SWT. Manusia yang hidup dimasa itu tidak lagi mempunyai
rasa kemanusiaan dan keadilan. Yang kuat akan semakin berdiri tegak dan
ditakuti, sedangkan yang lemah akan semakin tertindas.
Kebiasaan-kebiasaan manusia pada saat itu tidak lagi
mencerminkan manusia yang mempunyai akal seperti yang telah diberikan Allah SWT
untuk berfikir dan merenungkan karunia dan ni’mat Allah SWT melainkan akal
mereka telah ditundukkan oleh hawa nafsu. Kezaliman terjadi dimana-mana. Bahkan
mereka tega untuk mengubus hidup-hidup anak perempuan yang baru saja dilahirkan
oleh ibunya. Karena mereka menganggap anak perempuan itu adalah aib bagi
mereka.
B.
KONSEP RAHMATAN LIL ALAMIN
Islam yang “rahmatan lil
’alamin” (menjadi rahmat bagi seluruh alam) sering disebut-sebut, menjadi
kebanggaan dan sebagai salah satu ciri keagungan agama Islam. Sejauh ini,
konsep itu baru hanya diartikan bahwa Islam membawa kebaikan, rahmat dan
keselamatan bagi lingkungannya. Belum ada penjabaran bagaimana konsep
operasionalnya atau konkretnya bahwa Islam itu rahmat bagi seluruh alam. Uraian
di bawah ini adalah tuntunan memahami Konsep “rahmatan lil ‘alamin” itu
dalam wujudnya yang jelas dan terukur sehingga bisa dijadikan pedoman dalam
mengembangkan dan menyebarkan Islam yang penuh rahmat itu.
Adapun konsep Islam Rahamtan
Lil Alamin ada lima konsep diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Orang
lain ikut menikmatinya
Penyebaran Islam yang orang lain atau golongan lain ikut
menikmatinya. Menikmati apa? Menikmati kebenarannya dan kebaikannya walau pun
mereka bukan Muslim atau tanpa golongan lain tersebut tidak memeluk Islam.
Mereka merasakan Islam itu benar dan baik dari aspek ajaran dan juga dari sikap
atau perilaku pengikutnya yang santun, simpatik, hormat, saling
tolong-menolong, toleran, saling bela, saling melindungi dan sebagainya.
Golongan lain merasakan ketenangan berada di lingkungan Muslim. Mereka juga ikut
menikmati kondisi, situasi, sistem sosial, lingkungan masyarakat yang dibangun
dan diciptakan kaum Muslimin.
2.
Orang
lain merasakan faedahnya
Selain menikmati kebenaran ajaran dan kebaikan umatnya,
golongan lain juga merasakan faedahnya dari kebenaran, kebaikan dan kemajuan
Islam. Kemajuan yang diraih umat Islam dalam lapangan atau aspek apa saja
terasa faedahnya oleh golongan non-Islam. Misalnya, dunia ilmu pengetahuan kini
memakai angkat 0,1 sampai 9. Angka yang digunakan oleh dunia internasional ini
disebut angka Arab, yang nota-bene adalah Islam, dan manusia seluruh dunia kini
menggunakannya. Umat manusia merasakan faidahnya. Inilah bukti dari Islam
sebagai rahmatan lil ’alamin.
3. Orang lain terangkat martabatnya
Bukti lain yang harus terwujud dari konsep Islam sebagai rahmatan
lil ‘alamin adalah orang lain terangkat martabatnya. Islam sebagai agama
yang menjunjung tinggi dan memperjuangkan kebenaran, menyuguhkan kebaikan dan
mendorong kemajuan harus turut mengangkat martabat orang-orang yang berada di
lingkungannya, yaitu lingkungan pengaruh dan kekuasaannya. Misalnya, kisah
Bilal bin Rabbah, budak hitam yang diperjualbelikan oleh kafir Quraisy kemudian
menjadi orang penting Rasulullah s.a.w SAW setelah dia masuk Islam. Kisah Ali
bin Abi Thalib sebagai khalifah yang kalah di pengadilan oleh seorang Yahudi
biasa yang mencuri baju besi dan kisah seorang Yahudi yang melapor pada
Khalifah Umar dan khalifah memecat Gubernur Syam karena menggusur rumah si
Yahudi tersebut. Kisah ini mengangkat derajat kemanusiaan non-Muslim karena
hukum yang adil melindunginya dari ketidakadilan.
4. Islam sebagai rahmatan lil
‘alamin adalah siapapun sangat membutuhkannya
Islam tidak eksklusif hanya diperuntukkan untuk umat Islam
sendiri tapi untuk seluruh manusia di muka bumi. Muhammad pun diutus sebagai
nabi dan rasul terakhir (khatamun nabiyyin, penutup para nabi) untuk
umat manusia sampai akhir zaman. Ajaran Islam yang luhur dan agung, harus
dirasakan dan dibutuhkan oleh siapapun di muka bumi ini, oleh orang Islam
sendiri dan oleh golongan lain bahkan oleh orang yang tidak beragama sekalipun.
Islam belum menjadi rahmat bagi lingkungan bila golongan lain tidak membutuhkannya.
5. Bukti rahmat bagi sekalian alam
adalah semua orang harus merasa terbantu oleh Islam
Keagungan Islam harus diwujudkan dalam kehidupan nyata,
dalam akhlak dan prestasi sehari-hari, membawa kebaikan dan kemajuan, sehingga
golongan lain, siapapun, merasa terbantu oleh kemajuan Islam tersebut. Bukti
ini misalnya pernah dibuktikan oleh Islam pada masa The Golden Age.
Perkembangan ilmu pengetahuan seperti matematika, fisika, kimia, kedokteran,
astronomi dan lain-lain yang kini lebih maju di Barat berasal dari kemajuan
yang dicapai oleh dunia Islam yaitu oleh para ilmuwan seperti oleh Khawarizmi,
al-Kindi, Kimiyya, Ibnu Sina dan lain-lain.
C.
HUBUNGAN SESAMA MUSLIM DENGAN NON MUSLIM
1.
Akhlak kepada Sesama Muslim
Mengenai
hubungan dengan sesama muslim, maka tidak terlepas dengan tetangga, famili atau
kerabat, teman, rekan kerja maupun masyarakat muslim. Kewajiban seorang muslim
terhadap muslim lainnya ada 6, sebagaimana yang diterangkan dalam sebuah hadis
yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Abu Hurairah, yang artinya: “
Rosulullah bersabda: kewajiban seorang terhadap muslim ada 6. Sahabat bertanya
“ apakah itu, wahai Rasululloh? Rasululloh bersabda: “ Apabila engkau berjumpa
dengannya ; apabila ia mengundang engkau, hendaklah engkau menepatinya; apabila
ia meminta nasihat kepada engkau engkau menasehatinya; apabila ia bersin
kemudian ia mengucapkan hamdallah hendaklah engkau ucapkan tasymith (
yarhamukallah / yarhamukillah ); apabila ia sakit hendaklah engkau menjenguknya;
dan apabila ia meninggal dunia hendaklah melayatnya dan mengantarkan
kepemakamannya.
Dari arti
hadits diatas, dapat disimpulkan dengan jelas bahwa 6 kewajiban muslim kepada
muslim lainnya yaitu:
1) Mengucapkan salam ketika berjumpa.
2) Memenuhi undangannya.
3) Menasehati jika
diminta.
4) Mengucapkan
Tasymith jika ia bersin, lalu ia mengucapkan hamdallah.
5) Menjenguknya
bila ia sakit.
6) Melayat dan
mengantarkan jenazahnya sampai kepemakaman jika ia meninggal dunia.
Sesama muslim juga diwajibkan untuk saling tolong
menolong, yakni tolong menolong dalam hal kebaikan dan takwa kepada Allah SWT.
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 2:
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä w (#q=ÏtéB uȵ¯»yèx© «!$# wur tök¤¶9$# tP#tptø:$# wur yôolù;$# wur yÍ´¯»n=s)ø9$# Iwur tûüÏiB!#uä |Møt7ø9$# tP#tptø:$# tbqäótGö6t WxôÒsù `ÏiB öNÍkÍh5§ $ZRºuqôÊÍur 4 #sÎ)ur ÷Läêù=n=ym (#rß$sÜô¹$$sù 4 wur öNä3¨ZtBÌøgs ãb$t«oYx© BQöqs% br& öNà2r|¹ Ç`tã ÏÉfó¡yJø9$# ÏQ#tptø:$# br& (#rßtG÷ès? ¢ (#qçRur$yès?ur n?tã ÎhÉ9ø9$# 3uqø)G9$#ur ( wur (#qçRur$yès? n?tã ÉOøOM}$# Èbºurôãèø9$#ur 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# ( ¨bÎ) ©!$# ßÏx© É>$s)Ïèø9$# ÇËÈ
Artinya: “Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan
jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram[390], jangan (mengganggu)
binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula)
mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia
dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu Telah menyelesaikan ibadah haji,
Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu
kaum Karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu
berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat
siksa-Nya” (Q.S. Al-Maidah: 2).
Kewajiban tolong menolong bukan hanya dari segi moril,
melainkan juga dalam segi materi, yang bersifat kebutuhan pokok manusia yang
bersifat daruri ( yang tidak boleh tidak ) untuk menjaga kelestarian hidup
manusia. Sesama muslim
juga diwajibkan untuk saling menasehati dalam hal kebenaran dan dengan
kesabaran.
2. Akhlak Kepada
Non Muslim
Didalam
al-Qur’an terdapat beberapa teks yang mendukung sikap positif, netral, maupun
negatif terhadap pemeluk agama lain.
1) Sikap Positif
Ada ayat
Al-Qur’an
yang
menyiratkan bahwa ajaran agama–agama pada dasarnya sama dan bahwa kaum muslimin
seharusnya tidak membeda-bedakan ajaran para Rasul, yakni surat An-Nahl: 36 yang berbunyi sebagai berikut:
ôs)s9ur $uZ÷Wyèt/ Îû Èe@à2 7p¨Bé& »wqߧ Âcr& (#rßç6ôã$# ©!$# (#qç7Ï^tGô_$#ur |Nqäó»©Ü9$#
( Nßg÷YÏJsù ô`¨B yyd ª!$# Nßg÷YÏBur ïƨB ôM¤)ym Ïmøn=tã ä's#»n=Ò9$# 4
(#rçÅ¡sù Îû ÇÚöF{$# (#rãÝàR$$sù y#øx. c%x. èpt7É)»tã úüÎ/Éjs3ßJø9$# ÇÌÏÈ
Artinya:
“Dan sungguhnya kami Telah mengutus Rasul
pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan
jauhilah Thaghut itu", Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi
petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang Telah pasti
kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah
bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (Q.S.
An-Nahl: 36).
2) Sikap Netral
Pernyataan
yang netral seperti pernyatan bahwa masing-mansing akan berbuat sesuai dengan
apa yang sesuai dengannya, Seperti
firman Allah yang berbunyi:
ö/ä3s9 ö/ä3ãYÏ uÍ<ur ÈûïÏ ÇÏÈ
Artinya:
“Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku”. (Q.S. Al-Kafirun: 6 ).
Akhlak kepada
muslim juga dapat dipraktekkan kepada non muslim, asalkan tidak dalam hal
peribadatan atau keagamaan. Dari berbagai penjelasan diatas jelaslah bahwa
agama islam melalui Al-Qur’an mengajarkan prinsip-prinsip akhlak yang
menyeluruh, yang dipraktekkan didalam mewujudkan hubungan kerjasama diantara
anggota masyarakat manusia secara luas, baik hubungan dibidang materiil, jasa
atau yang laindengan pendekatan yang saling berkait, yang akan dapat memperkuat
ikatan satu sama lain, sehingga terciptalah satu kesatuan, meskipun suku ,
agama, warna kulit, atau bahkan banngsa yang berbeda-beda.
D.
KONSEP ASWAJA TENTANG EKONOMI
Islam adalah satu-satunya agama yang sempurna yang mengatur
seluruh sendi kehidupan manusia dan alam semesta. Kegiatan perekonomian manusia
juga diatur dalam Islam dengan prinsip illahiyah. Harta yang ada pada kita,
sesungguhnya bukan milik manusia, melainkan hanya titipan dari Allah swt agar
dimanfaatkan sebaik-baiknya demi kepentingan umat manusia yang pada akhirnya
semua akan kembali kepada Allah SWT. untuk dipertanggung jawabkan.
Dalam konsep aswaja tentang ekonomi, Islam
menganjurkan kepada setiap umatnya untuk selalu giat dalam bekerja dimanapun
berada seperti Firman Allah yang berbunyi:
È@è%ur (#qè=yJôã$# uz|¡sù ª!$# ö/ä3n=uHxå ¼ã&è!qßuur tbqãZÏB÷sßJø9$#ur (
cruäIyur 4n<Î) ÉOÎ=»tã É=øtóø9$# Íoy»pk¤¶9$#ur /ä3ã¥Îm7t^ãsù $yJÎ/ ÷LäêZä. tbqè=yJ÷ès? ÇÊÉÎÈ
Artinya:
“Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu,
Maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu,
dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan
yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang Telah kamu kerjakan.”
(Q.S. At-Taubah: 105).
Karena kerja membawa pada keampunan,
sebagaimana sabada Rasulullah Muhammad saw: “Barang
siapa diwaktu sorenya kelelahan karena kerja tangannya, maka di waktu sore itu
ia mendapat ampunan”. (HR.Thabrani dan Baihaqi).
Segala aturan yang diturunkan Allah SWT.
dalam sistem Islam mengarah pada tercapainya kebaikan, kesejahteraan,
keutamaan, serta menghapuskan kejahatan, kesengsaraan, dan kerugian pada
seluruh ciptaan-Nya. Demikian pula dalam hal ekonomi, tujuannya adalah membantu
manusia mencapai kemenangan di dunia dan di akhirat.
BAB III
KESIMPULAN
Dalam
pembahasan makalah diatas, maka dapat kami simpulkan bahwa Dalam konteks Islam rahmatan lil'alamin, Islam telah
mengatur tats hubungan menyangkut aspek teologis, ritual, sosial, dan
humanitas. Dalam segi teologis, Islam memberi rumusan tegas yang harus diyakini
oleh setiap pemeluknya, tetapi hal ini tidak dapat dijadikan alasan untuk
memaksa nonmuslim memeluk Islam. Begitu halnya dalam tataran ritual yang memang
sudah ditentukan operasionalnya dalam Alquran dan Hadits.
Namun, dalam konteks sosial, Islam sesungguhnya hanya
berbicara mengenai ketentuan-ketentuan dasar atau pilar-pilamya yang pener
emahan operasionalnya secara detail dan komprehensif tergantung pads
kesepakatan dan pemahaman masing-masing komunitas, yang tentu memiliki keunikan
berdasarkan keberagaman lokalitas nilai dan sejarah yang dimilikinya. Entitas
Islam sebagai rahmat lil'alamin mengakui eksistensi pluralitas karena Islam
memandang pluralitas sebagai sunnatullah, yaitu fungsi pengujian Allah pads
manusia, fakta sosial, dan rekayasa sosial (social engineering) kemajuan umat
manusia. Wallahu a'lam bishshawab.
DAFTAR PUSTAKA
Charisma, Moh. Chazdiq. 1991. Tiga Aspek Kemukjizatan Al-Qur’an. Surabaya: Bina Ilmu.
Departemen Agama. 2005. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Pustaka Amani.
Djatnika,
Rachmat. 1996. Sistem Etika Islam (Akhlak Mulia). Jakarta:
Pustaka Panjimas.
Mahfud MD, Moh. 1997. Spiritualitas Al-Qur’an Dalam Membangun
Kearifan Umat.Yogyakarta: LPPAI UII.
0 komentar:
Post a Comment