BAB I PENDAHULUAN
Misi agama Islam yaitu memberikan Rahmatan Lil Alamin kepada makhluk sekalian alam agar mereka memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Adapun ayat Al-Qur’an yang menyatakan wama arsalnaka illa rahmatan lil ‘alamin mengandung pengertian tentang hakikat misi Islam tersebut.
Sebagai pembawa misi, Islam menunjukan implikasi-implikasi kependidikan yang bergaya imperatif, motivatif, dan persuatif. Sebagai sistem dan metode melaksanakan misi suci kepada umat manusia Islam tidak memaksa untuk memeluk agamany, melainkan secara wajar, yaitu proses kependidikan yang bertumpu kepada kemampuan rohaniah dan jasmaniah masing-masing individu manusia itu sendiri secara bertahap dan berkeseimbangan.



BAB II
PEMBAHASAN
IMPLIKASI AL-QUR’AN TERHADAP PENDIDIKAN



A.    PRINSIP RAHMATAN LIL ALAMIN
Ada beberapa prinsip yang mendasari pandangan Rahmatan Lil ‘Alamin diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Nilai-nilai yang mendasari dan menjiwai tingkah laku manusia muslim, baru dapat terserap bilamana ditumbuhkembangkan melalui proses pendidikan yang baik
2.      Tujuan hidup manusia muslim untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat baru benar-benar disadari dan dihayati bilaman dibina melalui proses pendidikan yang berkeseimbangan
3.      Posisi dan fungsi manusia sebagai hamba Allah, baru dapat dipahami dan dihayati bilamana ditanamkan kesadaran tentang perlunya sikap orientasi berhubungan dengan Tuhan, masyarakat, dan alam sekitarnya
4.      Kelengkapan-kelengkapan dasar yang diberikan dalam diri manusia berupa fitrah dan mawahib (predisposisi) satu sama lain berbeda internsitas dapat ekstensitasi perkembangannya
5.      Secara universal, membudayakan manusia melalui agama tanpa melalui proses kependidikan, akan sulit direalisasikan, karena pendidikan adalah sarana pembudayaan manusia melalui nilai-nilainya.[1]

B.     USLUB AYAT-AYAT AL-QUR’AN YANG MENGANDUNG IMPLIKASI  KEPENDIDIKAN
Sebagai sumber pedoman bagi umat Islam, Al-Qur’an mengandung dan membawakan nilai-nilai yang membudayakan manusia, hampir dua pertiga ayat-ayat Al-Qur’an mengandung motivasi kependidikan bagi umat Manusia. Disamping Maha Pencipta dan Maha Kuasa atas segala-galanya Allah juga berperan sebagai Maha Pendidik terhadap hamba-hamba-Nya. Dia adalah Pendidik atas sekalian alam. Para malaikat, rasul, nabi-nabi, serta para wali-wali sampai kepada para ulama yang bertugas sebagai penyambung kalam Illahi dan sekaligus sebagai pembantu Allah dalam proses pendidik manusia agar menjadi hamba yang beriman, bertakwa dan taat kepada perintah-Nya.[2]
Mengapa Allah menciptakan Planet-planet dalam suatu sistem tata surya yang berjalan di atas khittah yang teratur dan konstan dalam pola keseimbangan dan keserasian. Mengapa Allah menciptakan wadah dunia sebagai suatu sistem institusi diman umat manusia dididik untuk mampui mengembangkan dirinya serta mampu berinteraksi dengan dunia sekitarnya bahkan bersahabat dengan dunia sekitar tersebut.
Bila manusia berjalan dan mengikuti menurut sistem tersebut, maka segala ikhtiar manusia akan berakhir pada tujuan yang dicita-citakan. Hal ini sesuai dengan apa yang difirmankan oleh Allah SWT. Dalam Al-Qur’an yang berbunyi sebagai berikut:



Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal” (Q.S. Ali Imron: 190).[3]



Artinya: “Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan haq, tetapi kebanyakan mereka tidak Mengetahui.” (Q.S. Ad-Dukhaan: 38-39).

Dari ayat diatas, maka disini dapat diambil suatu petunjuk bahwa didalam gerakn semesta alma berlangsung suatu sistem dan proses yang telah ditentukan oleh Allah dengan beberapa asas yang saling berkaitan, diantaranya adalah sebagai berikut:[4]
1.      Asas Menyeluruh (Holistik)
Yaitu asas yang menempatkan semua jenis ciptaan Allah didalam ini tersusun dari bagian-bagian yang bermakna dalam suatu keseluruhan. Segala yang manjud harus dilihat sebagai sistem kebulatan yang  bermakna bagi manusia, sehingga tak ada bagian satupun dalam sistem ini dipandang tak bermakna atau tidak diperlukan.
2.      Asas Kesatuan (Integralitas)
Asas yang memandang segala yang diciptakan Allah SWT. dalam kehidupan alam ini, baik manusia maupun tumbuh-tumbuhan senantiasa berada dalam suatu sistem integral di mana antara satu bagian dengan bagian lain saling berhubungan yang bersifat menggerakan dan saling memperkokoh sebagai satu kesatuan hidup yang bermakna.
3.      Azas Perkembangan
Azas perkembangan yaitu suatu azas yang menetapkan pandangan bahwa Allah dalam menciptakan alam dan isinya berproses menuju kearah kesempurnaannya baik alam makro (alam raya) maupun alam mikro (alam manusia). Sistem perkembangan berdasarkan azas ini tidak lain adalah suatu sistem kehidupan yang berproses dari yang berkembang secara bertahap menuju kearah kehidupan yang semakin sempurna, yaitu suatu kehidupan yang berada pada tingkat rohaniah atau metafisis didalam ukhrawi.
4.      Asas pendidikan
Yaitu suatu asas pendidikan sepanjang hayat atau long life education sesuai dengan pandangan Islam.[5]

Dengan demikian, apa yang dimaksud dengan sistem pendidikan Islam adalah suatu keseluruhan atau kebulatan operasionalisasi dari konsep kependidikan Islam yang terbentuk atau tersusun dari bagian-bagian fungsional dalam melaksanakan tugasnya masing-masing, saling berkaitan erat sebagai suatu kebulatan atau keseluruhan yang utuh menuju kearah tujuan tertentu sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.
Didalam sistem tersebut, berlangsung suatu proses yang mengikuti pola dasar yang tetap sehingga corak dan bentuk produk yang diharapkan akan sama dengan nilai-nilai yang mendasarainya.[6]

C.    POLA DASAR PENDIDIKAN ISLAM
Pendidikan Islam yang dilaksanakan dalam suatu sistem memberikan kemungkinan berprosesnya bagian-bagian menuju kearah tujuan yang ditetapkan sesuai dengan ajaran Islam. Jalannya proses itu baru bersifat konsisten dan konstan (tetap) bila dilandasi pola dasar pendidikan yang mampu menjamin terwujudnya tujuan pendidikan Islam.
Dengan demikian, suatu sistem pendidikan Islam harus berkembang dari pola yang membentuknya menjadi pendidikan yang bercorak dan berwatak Islam. Sifat konsisten dan konstan dari proses pendidikan tersebut tidak akan keluar dari pola dasarnya sehingga hasilnya juga sama dengan pola dasar tersebut.
Untuk tujuan pendidikan Islam, harus memahami falsafah pendidikan Islam, karena ia menjadi dasar agama dan sekaligus mengarahkan tujuan. Oleh karena itu, menyangkut permasalahan falsafah maka dalam pola dasar pendidikan Islam itu mengandung pandangan Islam tentang prinsip-prinsip kehidupan alam raya, prinsip-prinsip kehidupan manusia sebagai pribadi, dan prinsip-prinsip kehidupannya sebagai makhluk sosial. Ketiga prinsip tersebut akan melibatkan pembahasan secara mendalam menurut istilah teknis filosofis berturut-turut sebagai berikut:
Ontologi
:
Yang membahas tentang asal usul kejadian alam nyata dan dibalik alam nyata
Epistemology
:
Yang membahas tentang kemungkinan manusia mengetahui gejala alam
Axiology
:
Yang membahas tentang sistem nilai-nilai dan teori nilai atau yang disebut dengan etika.

Hal ini perlu dibahas lebih lanjut, karena menjadi tugas filsafat pendidikan Islam, namun secara umum dapat disimpulkan bahwa sebagai berikut:[7]
1.      Islam mendang bahwa segala fenomena alam ini adalah hasil ciptaan Allah dan tunduk pada hukum-hukum mekanisme-Nya sebagai sunnatullah.
2.      Islam memandang manusia sebagai makhluk yang paling mulia karena memiliki berkat dan martabat yang terbentuk dari kemampuan-kemampuan kejiwaan. Akal budinya menjadi tenaga penggerak yang membedakan dengan makhluk lainnya.
3.      Prinsip selanjutnya adalah pandangan bahwa manusia bukan saja makhluk pribadi, melainkan juga makhluk sosial, yang hidup sebagai anggota masyarakat sesamanya. Seperti firman Allah yang berbunyi sebagai berikut:



Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S. Al-Hujurat: 13).[8]

D.    STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM
Dalam proses pendidikan, diperlukan perhitungan tentang kondisi dan situasi dimana proses tersebut berlangsung dalam jangka panjang. Dengan perhitungan tersebut tujuan yang hendak dicapai menjadi terarah karena segala sesuatunya direncanakan secara matang. Itulah sebabnya pendidikan Islam memerlukan strategi yang mantap dalam melaksanakan proses pendidikan dengan melihat situasi dan kondisi yang ada. Juga bagaimana agar dalam proses tersebut tidak ditemui hambatan serta gangguan baik internal maupun eksternal yang menyangkut kelembagaan atau lingkungan sekitarnya.
Strategi biasanya berkaitan dengan taktik (terutama banyak dikenal dalam lingkungan militer). Taktik adalah segala cara dan daya untuk menghadapi sasaran tertentu dalam kondisi tertentu agar memperoleh hasil yang diharapkan secara maksimal. Dalam proses pendidikan, taktik lazim digunakan, akan tetapi dipergunakan istilah  metode atau teknik. Metode atau teknik sendiri mempunyai pengertian yang berbeda meskipun tujuan itu sama.
Metode adalah jalan yang harus dimulai untuk mencapai tujuan. Sedangkan teknik adalah cara mengerjakan sesuatu. Jadi, metode mempunyai pengertian lebih luas dan lebih ideal serta konsensional.[9] Namun demikian, strategi yang baik adalah bila dapat melahirkan metode yang baik pula, sebab metode adalah suatu cara pelaksanaan strategi.
Strategi pendidikan pada hakikatnya adalah pengetahuan atau seni mendayagunakan semua faktor/kekuatan untuk mengamanakn sasaran kependidikan yang hendak dicapai melalui perencanaan dan pengarahan dalam operasionalisasi sesuai dengan siatuasi dan kondisi lapangan yang ada. Strategi pendidikan dapat diartikan sebagai kebijakan dan metode umum pelaksanaan proses kependidikan.[10]
Dengan demikian, strategi pendidikan Islam adalah seperti yang ditujukan Allah dalma firman-Nya antara lain sebagai berikut:


Artinya: “Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S. Al-Qashash: 77).


Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Mujadallah: 11).







BAB III
KESIMPULAN



Dari pembahasan makalah diatas, maka dapat kami simpulkan bahwa Sebagai sumber pedoman bagi umat Islam, Al-Qur’an mengandung dan membawakan nilai-nilai yang membudayakan manusia, hampir dua pertiga ayat-ayat Al-Qur’an mengandung motivasi kependidikan bagi umat Manusia. Disamping Maha Pencipta dan Maha Kuasa atas segala-galanya Allah juga berperan sebagai Maha Pendidik terhadap hamba-hamba-Nya.
Dia adalah Pendidik atas sekalian alam. Para malaikat, rasul, nabi-nabi, serta para wali-wali sampai kepada para ulama yang bertugas sebagai penyambung kalam Illahi dan sekaligus sebagai pembantu Allah dalam proses pendidik manusia agar menjadi hamba yang beriman, bertakwa dan taat kepada perintah-Nya.




DAFTAR PUSTAKA



Departemen Agama Islam RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: CV. Thoha Putera, 1989).

Mohammad Fadhil al-Djamaly, Tarbiyah al-insan al-Djadid, (Matba’ah al-Ittihad al-‘Aam al-Tunisiyah al-Syghly).

Muhammad Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Edisi Revisi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011).





[1] Muhammad Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Edisi Revisi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hal. 32-33.
[2] Ibid.
[3] Departemen Agama Islam RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: CV. Thoha Putera, 1989).
[4] Muhammad Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Op Cit, hal.35.
[5] Mohammad Fadhil al-Djamaly, Tarbiyah al-insan al-Djadid, (Matba’ah al-Ittihad al-‘Aam al-Tunisiyah al-Syghly), hal, 45-46.
[6] Muhammad Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Op Cit, hal. 36.
[7] Muhammad Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Op Cit, hal.37-38.
[8] Departemen Agama Islam RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: CV. Thoha Putera, 1989).
[9] Muhammad Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Loc Cit, hal.39..
[10] Mudhafir, Teknologi Intruksional, hal, 79.

0 komentar:

 
Top