BAB I
PENDAHULUAN
Dengan perkembangan zaman yang semakin modern dan dengan munculnya
berbagai macam alat teknologi canggih seperti sekarang ini belum lagi dengan adanya berbagai
macam bimbingan belajar memerlukan pemahaman dan kesadaran adanya hal tersebut.
Dengan ini perlu adanya sebuah pemahaman, pemikiran, yang menumbuhkan kesadaran
pada peserta didik di SD/MI yang harus dilakukan oleh seseorang guru karena
pentingnya kesadaran akan kemajuan zaman dan berbagai macam kegiatan disekitar
lingkungan peserta didik yang nantinya akan memicu pada sebuah kemampuan yang
dimiliki paling tidak menjadi sebuah cita dari peserta didik.
Pemikiran inilah yang menjadi latar
belakang betapa pentingnya seorang guru mampu memahami bimbingan dan konseling
dalam belajar mengajar siswa SD/MI. Yang kemudian dapat dijadikan transformasi
kepada peserta didik SD/MI untuk memunculkan kesadaran akan pentingnya hal
tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
PENGAJARAN DAN BIMBINGAN UNTUK ANAK SD
A. PENGERTIAN
BELAJAR
Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting
dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana Syaodih Sukmadinata
menyebutkan bahwa sebagian terbesar perkembangan individu berlangsung melalui
kegiatan belajar.
Menurut Moh. Surya belajar adalah sebagai suatu
proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru
secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam
berinteraksi dengan lingkungannya.
Menurut Witherington belajar mempunyai arti perubahan dalam kepribadian yang
dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan,
sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan.
Menurut Crow dan Crow belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan
pengetahuan dan sikap baru. Menurut Helgard belajar adalah proses dimana suatu
perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi.
Dari pengertian belajar diatas, maka disini penulis
dapat menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses dari yang belum tahu menjadi
tahu, dari yang belum paham menjadi paham sehingga membuat kepribadian siswa
atau seseorang yang belajar menjadi dan paham tentang mata pelajaran yang
diajarkan di meja pendidikan sehingga menambah pengetahuan, sikap serta
ketrampilan yang lebih baik lagi.
B. PERANAN
GURU SEBAGAI PEMBIMBING
Peranan (role)
guru artinya keseluruhan perilaku yang harus dilakukan guru dalam melakukan
tugasnya. Guru mempunyai peranan yang luas, baik disekolah, didalam keluarga,
maupun dilingkungan masyarakat. Guru merupakan faktor utama dalam keseluruhan
proses pendidikan. Dalam tugasnya sebagai pendidik, guru banyak memegang berbagai
jenis peranan yang mau tidak mau harus dilakukannya sebagai seorang guru.[1]
Rochman Natawidjaja (1997: 31-32) menyatakan
sehubungan dengan peran guru sebagai pembimbing ada tiga tugas pokok guru,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Tugas
profesional
Yaitu tugas
yang berkenaan dengan profesinya. Tugas ini mencakup tugas mendidik
(mengembangkan pribadi siswa), mengajar (mengembangkan intelektual siswa), melatih (mengembangkan keterampilan
siswa) dan mengelola keterampilan sebagai penunjang ketahanan sekolah.
2. Tugas
manusiawi
Yaitu tugas
sebagai manusia. Dalam hal ini guru bertugas mewujudkan dirinya untuk
ditempatkan dalam kegiatan kemanusiaan dan sesuai dengan martabat manusia.
3. Tugas
kemasyarakatan
Yaitu tugas
sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Dalam hal ini guru bertugas
membimbing dan warga negara. Dalam hal ini guru bertugas membimbing siswa
menjadi warga negara yang baik sesuai dengan kaidah-kaidah yang terdapat dalam
Pancasila dan UUD 1945 serta GBHN.[2]
Dengan demikian,
peran guru sebagai pembimbing sangatlah
luas. Bukan hanya dalam mengajar sebagai
guru mata pelajaran tertentu saja. Disisi lain, juga bagaimana sikap dan
profesionalisme dalam mengajar akan menjadi sebuah peranan yang sangat
menentukan bagi pengembangan ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu, guru
adalah pemberi kemudahan dalam belajar, bukan sebaliknya menjadi pemersulit
dalam belajar siswa.
Guru berperan
sebagai pembimbing dalam proses belajar
siswanya. Yang harus dilakukan guru adalah:
1.
Mengenal
dan memahami setiap siswa baik secara
individu maupun kelompok
2.
Memberikan
informasi-informasi yang diperlukan dalam proses belajar
3.
Memberikan
kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapat belajar sesuai dengan karakteristiknya
4.
Membantu
setiap siswa dalam mengatasi masalah-masalah pribadi yang dihadapinya
5.
Menilai
keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah dilakukan.
Dari uraian
diatas, maka disini jelas sekali pentingnya peranan guru mata pelajaran
memahami tentang layanan bimbingan dan konseling. Bukan berarti guru mata
pelajaran merebut tugas guru BK, melainkan dia berperan dalam proses
pembelajaran mata pelajaran yang diampunya. Dengan demikian,bimbingan dan
konseling dapat berjalan secara sistematis. Guru mata pelajaran juga dapat bekerja
sama dengan guru BK dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling.
C. PEMBELAJARAN
BERBASIS BIMBINGAN DAN KONSELING
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu unsur terpadu dalam keseluruhan program
pendidikan di lingkungan sekolah. Dengan demikian, bimbingan dan konseling merupakan
salah satu tugas yang seyogyanya dilakukan oleh setiap tenaga pendidikan yang
bertugas di sekolah tersebut. Walaupun sudah jelas peranannya, ada sebagian
tenaga kependidikakn (guru mata pelajaran) yang belum menyadari bahwa bimbingan
dan konseling adalah bagian dari tugasnya.[3]
Peran bimbingan yang dilakukan oleh guru mata
pelajaran dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu kompetensi guru
yang terpadu dalam keseluruhan kompetensi pribadinya. Dalam hal ini, peran
bimbingan tersebut merupakan kompetensi
penyesuaian interaksional, yang merupakan kemampuan guru untuk menyesuaikan dan
dengan karakteristik peserta didik dan suasana belajar peserta didik. Hal ini
diperkuat oleh Pedoman Pelaksanaan Pola Pembaharuan Pendidikan Tenaga
Kependidikan (P4SPTK) di Indonesia yang disebut dengan Profil Kemampuan Dasar
Guru di ana terdapat poin tentang mengenai fungsi dan program pelayanan
bimbingan dan konseling serta poin menciptakan iklim belajar yang serasi.
Peran bimbingan seorang guru mata pelajaran sebagai
penyesuaian interaksional dalam proses belajar mengajar yang bermakna dapat
diartikan sebagai perilaku guru terhadap peserta didik dengan memperhatikan hal
sebagai berikut:
1.
Perlakuan
terhadap siswa sebagai individu yang memiliki potensi untuk berkembang dan maju
serta mampu mengarahkan dirinya sendiri untuk mandiri
2.
Sikap
positif dan wajah terhadap siswa. Dalam pelaksanaan bimbingan guru tidak
menjauhkan diri dari siswa
3.
Perlakuan
terhadap siswa secara hangat, ramah, rendah hati, menyenangkan
4.
Pemahaman
siswa secara empirik
5.
Penghargaan
terhadap martabat siswa sebagai individu
6.
Penampilan
diri secara ikhlas (genuine) di depan
siswa
7.
Kekonkritan
dalam menyatakan diri
8.
Penerimaan
siswa apa adanya
9.
Perlakuan
terhadap siswa secara terbuka
10. Kepekaan terhadap perasaan yang
dinyatakan oleh siswa dan membantu siswa untuk menyadari perasaan itu
11. Kesadaran bahwa tujuan mengajar bukan
terbatas pada penguasaan siswa terhadap bahan pengajaran saja, melainkan
menyangkut seluruh pengembangan siswa menjadi individu yang lebih dewasa[4].
Peran bimbingan dalam proses pembelajaran sangat
menentukan keberhasilan belajar siswa
dalam bentuk hasil yang bersifat pribadi. Suasana kelas yang dilatar belakangi
interaksi manusiawi mendorong guru untuk
bukan hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan saja, melainkan mendorong
siswa untuk belajar lebih optimal.
Dengan perkataan
lian, suasana kelas yang diwarna iinteraksi manusiawi akan mendorong siswa
untuk lebih terlibat dalam proses belajar mengajar secara intelektual dan
emosional. Siswa melakukan asimilasi
serta akomodasi kognitif untuk memperoleh pengetahuan, berbuat, dan
berpengalaman langsung dalam mengembangkan keterampilan dan melakukan
penghayatan serta internalisasi dalam pembentukan sikap dan nilai-nilai. Proses
tersebut akan melipat gandakan kebermaknaan belajar bagi siswa sehingga belajar
bukan lagi merupakan suatu paksaan atau beban, tetapi merupakan suatu
kebutuhan.[5]
D. PENDIDIKAN
UNTUK SEMUA
Pendidikan untuk semua ini sering disebut dengan (educaiton for all) dimana pendidikan
ini diperuntukan untuk semua peserta didik, dari tingkat SD, SMP serta tingkat
SMA. Dimana pendidikan tersebut dengan jelas tertuang dalam UU Sistem
Pendidikan Nasional No. 20/2003, pasal 5 sebagai berikut:
1.
Setiap
warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu
2.
Warga
negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan atau
sosial berhak memperoleh pendidikan khusus
3.
Warga
negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang
terpencil berhak memperoleh pendidikan yang layak secara khusus
4.
Warga
negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh
pendidikan khusus
5.
Setiap
warga negara berhak mendapatkan kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat.[6]
Dengan demikian,
seluruh masyarakat memiliki hak untuk memperoleh pendidikan yang layak sesuai
dengan keberadaan dirinya. Oleh karena itu, perlu adanya kerja sama antara
pihak pemerintah, sekolah, dan masyarakat untuk membangun pendidikan di
Indonesia yang bermutu dan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat.
Ada beberapa
faktor pendukung diselenggarakannya pendidikan untuk semua diantaranya adalah
sebagai berikut:
1.
Peraturan
perundang-undangan yang ada
2.
Dukungan
dunia internasional. Dukungan ini merupakan dukungan semua bangsa-bangsa yang
telah dideklarasikan oleh semua kepala negara di Dakar
3.
Semangat
masyarakat untuk menunjukan sektor pendidikan di seluruh negara Indonesia.
E. KEBUTUHAN
BIMBINGAN DI SD
Ada beberapa Kebutuhan bimbingan di SD/MI diantaranya
adalah sebagai berikut:
1.
Membantu
murid dalam mewujudkan tugas-tugas perkembangannya
Tugas
perkembangan adalah suatu tugas yang timbul pada suatu masa tertentu dalam
kehidupan seseorang. Havighurst menyatakan ada sejumlah tugas perkembangan yang
harus dilaksanakan pada anak-anak tingkat SD (usia 6-12) yaitu:
a)
Mempelajari
b)
Mengembangkan
keseluruhan sikap
c)
Belajar
bergaul dengan teman-temannya
d)
Mengembangkan
keterampilan-keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan menghitung
e)
Mengembangkan
konsep-konsep yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari
f)
Mengembangkan
kata hati dan norma-norma
g)
Mengembangkan
sikap-sikap terhadap kelompok dan badan sosial.
2.
Membantu
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar siswa sebagaimana manusia umumnya, maka
siswa memiliki kebutuhan-kebutuhan dasar tertentu.
F. PERLUNYA
BIMBINGAN DAN KONSELING DI SD
Jika ditinjau secara mendalam, setidaknya ada tiga
hal utama yang melatar belakangi perlunya bimbingan yaitu tinjauan secara umum,
sosio kultural dan aspek psikologis. Secara umum, latar belakang perlunya
bimbingan erat dengan pencapaian tujuan
pendidikan nasional yaitu meningkatkan kualitas sumber daya manusia, berbudi
pekerti luhur, berkepribadian, disiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung
jawab, mandiri, cerdas, trampil serta sehat jasmani dan rohani.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, pasti perlu mengintegrasikan
seluruh komponen yang ada dalam pendidikan, salah satunya adalah komponen
bimbingan. Bila dicermati dari sudut sosio kultural, yang melatar belakangi proses
bimbingan adalah adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat sehingga berdampak
disetiap dimensi kehidupan.
Menurut Tim MKDK IKIP Semarang (1990: 5-9) ada lima
hal yang melatarbelakangi perlunya
layanan bimbingan disekolah yaitu:
1.
Masalah
perkembangan individu
2.
Masalah
perbedaan individu
3.
Masalah
kebutuhan individu
4.
Masalah
penyesuaian diri
5.
Masalah
belajar.
BAB III
KESIMPULAN
Dari
pembahasan makalah diatas, maka dapat kami simpulkan bahwa bimbingan merupakan
bantuan yang diberikan kepada seseorang agar mengembangkan potensi-potensi yang
dimiliki didalam dirinya sendiri dalam mengatasi persoalan-persoalan, sehingga
dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggung jawab tanpa harus
bergantung pada seseorang.
Konsep
dasar bimbingan di sekolah SD mencakup pengertian bimbinga, tujuan bimbingan,
fungsi bimbingan, prinsip bimbingan, serta asas-asas bimbingan. Semua itu akan
berjalan lancar dengan baik, apabila guru bisa menguasai anak dan menguasai
suasana peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Rochman Natawijaya, Pendekatan-pendekatan dalam Penyuluhan
Kelompok, (Jakarta: Depdikbud Dirjen
Dikdasmen, 1987).
Sutirna, Bimbingan dan Konseling:
Pendidikan Formal, Non Formal dan Informal, (Yogyakarta: Andi, 2013).
[1] Sutirna, Bimbingan dan Konseling: Pendidikan Formal,
Non Formal dan Informal, (Yogyakarta: Andi, 2013), hal. 59.
[2] Rochman Natawijaya, Pendekatan-pendekatan dalam Penyuluhan
Kelompok, (Jakarta: Depdikbud Dirjen
Dikdasmen, 1987), hal. 31-32.
[3] Sutirna, op cit, hal. 57.
[4] Sutirna, op cit, hal. 58.
[5] Sutirna, op cit, hal. 59.
[6] Sutirna, log cit,hal. 147.
0 komentar:
Post a Comment