BAB I
PENDAHULUAN
Esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan
kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia.
Esensialisme muncul pada zaman Renaissance dengan cirri-ciri utama yang berbeda
dengan progresivisme. Perbedaan yang utama adalah dalam memberikan dasar
berpijak pada pendidikan yang penuh fleksibilitas, dimana terbuka untuk
perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu.
Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus
berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang
memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.
Idealism dan realism adalah aliran filsafat yang membentuk corak esensialisme,
dua aliran ini bertemu sebagai pendukung esensialisme, akan tetapi tidak lebih
menjadi satu dan tidak melepaskan sifatnya yang utama pada dirinya
masing-masing.
BAB II
PEMBAHASAN
ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN PARENNIASLIME DAN
ESSENSIALISME
A.
PENGERTIAN
1.
Aliran
Paranialisme
Di zaman modern ini, banyak bermunculan krisis di berbagai bidang
kehidupan manusia, terutama dalam bidang pendidikan. Untuk mengembalikan
keadaan krisis ini, paranialisme memberikan jalan keluar yaitu dengan
mengembalikan pada kebudayaan masa lampau yang di anggap cukup ideal dan teruji
ketangguhannya.
Paranialisme memandang pendidikan
sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan sekarang. Paranialisme memberikan sumbangan yang berpengaruh baik
teori praktek bagi kebudayaan dan pendidikan di zaman sekarang (Muhammad Noer
Syam, 1986: 296). Dari pendapat ini, di ketahui bahwa paranialisme merupakan
hasil pemikiran yang memberikan kemungkinan bagi seseorang untuk bersikap tegas
dan lurus. Karena itulah, jelas merupakan tugas yang utama dari filsafat
khususnya filsafat pendidikan.
Menurut Paranialisme, ilmu pengetahuan
merupakan filsafat yang tertinggi, karena dengan ilmu pengetahuan seseorang
dapat berpikir secara induktif. Jadi, dengan berpikir maka kebenaran itu akan dapat dihasilkan. Penguasaan pengetahuan
mengenai prinsip-prinsip pertama adalah modal bagi seseorang untuk
mengembangkan pikiran dan kecerdasan. Dengan pengetahuan, bahwa penerangan yang
cukup, orang akan mampu mengenal dan memahami faktor-faktor dan problema yang
perlu diselesaikan dan berusaha mengadakan penyelesaian masalahnya.(Poedjawijatna,1983:120-121).
Diharapkan anak didik mampu mengenal dan
mengembangkan karya-karya yang menjadi landasan pengembangan disiplin mental.
Karya-karya ini merupakan buah pikiran besar pada masa lampua. Berbagai buah
pikiran mereka yang oleh zaman telah dicatat menonjol seperti bahasa, sastra,
sejarah, filsafat, politik, ekonomi, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu
pengetahuan sosial dan lain-lainnya, yang telah banyak memberikan sumbangan
kepada perkembangan zaman dulu.
2.
Aliran
Esensialisme
Aliran esensialisme merupakan aliran
pendidikan yang di dasarkan pada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban
umat manusia. Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada
nilai-nilai yagn memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan ketertiban
dan nilai-nilai terpilih yagn mempunyai tata yang jelas (Zuhraini, 1991: 21).
Ciri-ciri aliran Essensial yaitu (1)
Berkaitan dengan hal-hal esensial atau mendasar yang seharusnya manusia tahu
dan menyadari sepenuhnya tentang dunia di mana mereka tinggal dan juga bagi
kelangsungan hidupnya, (2) Menekankan data
fakta dengan kurikulum yang tampak bercorak vokasional, (3) Konsentrasi
studi pada materi-materi dasar tradisional seperti membaca, menulis, sastra,
bahasa asing, matematika, sejarah, sains, seni dan music, (4) Pola orientasinya
bergerak dari skill dasar menuju skill yang bersifat semakin kompleks, (5)
Perhatian pada pendidikan yang bersifat menarik dan efisien, (6) Yakin pada
nilai pengetahuan untuk kepentingan pengetahuan itu sendiri, (7) Disiplin
mental diperlukan untuk mengkaji informasi mendasar tentang dunia yang di diami
serta tertarik pada kemajuan masyarakat teknis.
Roose L.Finney, seorang ahli sosiologi
dan filosof, menerangkan tentang hakikat sosial dari hidup mental. Dikatakan
bahwa mental adalah keadaan ruhani yang pasif, hal ini berarti bahwa manusia
pada umumnya menerima apa saja yang telah ditentukan dan diatur oleh alam
sosial. Jadi, belajar adalah menerima dan mengenal secara sungguh-sungguh
nilai-nilai sosial angkatan baru yang timbul untuk ditambah, dikurangi, dan
diteruskan pada angkatan berikutnya.
B.
LATAR BELAKANG MUNCULNYA
Aliran paranialisme muncul sejak zaman
ini mengalami krisis di berbagai bidang terutama dalam bidang pendidikan dan
untuk mengembalikan keadaan krisis ini, akhrinya paranialisme memberikan jalan
keluar dengan cara mengembalikan pada
kebudayaan masa lampau yang dianggap cukup ideal dan teruji ketangguhannya.
Untuk itu, pendidiakn harus lebih banyak mengarahkan perhatiannya pada
kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh. Aliran esensialisme muncul pada
zaman renaissance dengan cirri-ciri yang berbeda dengan progressivme. Dasar
pijakan aliran pendidikan ini lebih fleksibel dan terbuka untuk perubahan,
toleransi dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu. (http://fadliyanur.blogspot.com/2008/05/aliran-esensialisme.html)
Nilai-nilai yang dapat memenuhinya
adalah yang berasal dari kebudayaan zaman renaisence, sebagai pangkal timbulnya
pandangan-pandangan esensialisme awal. Sedangkan puncak dari gagasan ini adalah
pada pertengahan kedua abad ke 19. (http://blog.persimpangan.com/blog/2007/09/27/filsafat-parenialisme/).
Idealisme dan realisme adalah aliran
filsafat yang membentuk corak esensialisme. Dua aliran ini bertemu sebagai
pendukung esensialisme, namun tidak melebar menajadi satu dan tidak melepaskan
karakteristiknya masing-masing. Dengan demikian, renaissance adalah pangkal sejarah
timbulnya konsep-konsep pikir yang disebut dengan esensialisme.
C.
TOKOH PENGGAGAS DAN TOKOH-TOKOHNYA
1.
Aliran
Peranialisme
Paranialisme
lahir akibat menentang aliran progresivisme. Adapun tokoh-tokoh paranialisme yaitu Aristoteles, Plato dan
Thomas Aquinas.
Aliran
paranialisme pendiri utamanya adalah
Aristoteles, kemudian didukung dan dilanjutkan oleh St.Thomas Aguines yang
menjadi pembaru utama di abad ke 13 (Ali, 1992: 154). Aristoteles dan Thomas
Aguinas meletakkan dasar bagi filsafat ini hingga pada pokoknya ajaran filsafat
ini tidak berubah semenjak abak pertengahan. Asas-asas filsafat paranialisme
pada dua filsafat kebudayaan, yaitu paranialisme teologis yang ada di bawah
supermasi gereja Khatolik, dan paranialisme sekuler yagn berpegang pad aide dan
filosofis plato dan aristoteles.
Aris
Toteles telah mengembangkan filsafat paranialisme dengan menelusuri sejauh mana
seseorang dapat menelusuri jalan pikiran manusia itu sendiri. Sementara St.
Thomas Aguinas justru telah mengadakan beberapa perubahan sesuai dengan
tuntunan agama Kristen soal agama itu datang. Hingga lahirlah apa yang di kenal
dengan norma neo-Thomaisme. Neo-Thomisme berusaha untuk menyesuaikan
ajaran-ajaran Thomas Anguinas dengan tuntutan abad ke 20. Dengan demikian,
aliran peranialisme di pakai untuk program pendidikan yang didasarkan atas,
pokok-pokok aliran Aristatoles dan St. Thomas Aguinas. Diantara tokoh
pendidikan paranialisme adalah Plato, Aristatoles, dan Thomas Aguinas. (http://fadliyanur.blogspot.com/2008/05/aliran-esensialisme.html)
2.
Tokoh-tokoh
Aliran Pendidikan Esensialisme
a. Desiderius Eranus, Belanda (Abad 15/16)
Berusaha agar kurikulum sekolah bersifat humanis dan
bersifat internasional, sehingga bisa mencakup lapisan menengah dan kaum
aristocrat.
b. Johan Amos Comenisu (1592-1670)
Berpendapat bahwa pendidikan mempunyai peranan
membentuk anak sesuai dengan kehendak Tuhan karena pada hakikatnya dunia adalah
dinamis dan bertujuan.
c. John Locke, Inggris ((1746-1827)
Berpendapat bahwa pendidikan hendaknya sekala dekat
dengan situasi dan kondisi.
d. Johann Hencrich Pestalozzi (1827-1946)
Percaya bahwa sifat alam itu tercermin pada manusia
dan manusia juga mempunyai hubungan transcendental langsung dengan Tuhannya.
e. Johan Freidrich Frobel (1782-1852)
Berkeyakinan bahwa manusia adalah makhluk ciptaan
Tuhan yang merupakan bagian dari ala
mini sehingga manusia tunduk dan mengikuti ketentuan-ketentuan hukum alam.
f. G. E.Leibniz
Ia merumuskan bahwa semua kejadian dan fakta itu
saling berhubungan dan merupakan yang harmonis, dan system ini telah ada
sebagai pembawaan dari alam semesta itu sendiri.
g. Immanuel Kant
Tokoh ini sampai kepada pengakuan bahwa ilmu itu
mengandung kebenaran dan budi manusia dapat mencapai kebenaran tersebut.
h. O.W.F.Hegel
Berpendapat bahwa ia mencari yang mutlak dari yang
tidak mutlak. Dikatakan yang mutlak itu
adalah roh (jiwa) yagn menjelma pada alam, maka sadarlah ia akan dirinya.
i.
Arthur
Schopenhaner
Ia berkesimpulan bahwa hidup penuh dengan
kemurungan, yaitu kepuasan atas terwujudnya kemauan sepanjang hayat manusia.
j.
Thomas Hobbes
Berpendapat bahwa pengetahuan yang benar adalah yang
dapat dijangkau oleh indera. Jadi, pengetahuan tidak dapat mengatasi (melampaui
) pengindraan.
k. Davis Hume
Mengemukakan analisa mengenai pengetahuan dan
substansi. Pengetahuan adalah sejumlah pengalaman yang timbul silih berganti.
l.
Francis Bacon
Tokoh utama inggir yang lain ini adalah pemegang
canang ilmu pengetahuan modern. Dalam
bukunya yang berjudul Novum Organum, Bancon mengatakan bahwa menurut pandangan dan
kesimpulannya pada masa lampau dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan ini
manusia baru sedikit hubungannya dengan dunia luar. (Khobir, Abdul, Filsafat Pendidikan Islam, Pekalongan:
STAIN PRESS,2007).
D.
PANDANGAN PARANIALISME TERHADAP PENDIDIKAN
Ilmu pengetahuan merupakan filsafat yang
tertinggi menurut perenialisme, karena dengan ilmu pengetahuanlah seseorang
dapat berpikir secara induktif yang bersifat analisa. Sehingga pendidikan
menurut perenialisme sangatlah penting untuk bekal manusia sepanjang hayat atau
persiapan untuk hidup. Pandangan perenialisme terhadap pendidikan adalah
kembali ke masa lalu atau klasik. Menurut Hutchins (1953) sekalipun terdapat
perbedaan lingkungan namun sifat hakiki manusia selalu sama sehingga semua
orang memerlukan pendidikan yang sama (dalam Tim FIP UPIANLI, Mohammad :2007).
Dengan kata lain, bahwa system atau tujuan pendidikan untuk semua warga adalah relative
sama. Yaitu untuk meningkatkan harkat manusia sebagai manusia. Menurut
perenalisme penguasaan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip pertama adalah
modal bagi seseoarang untuk mengembangkan pikiran dan kecerdasan. (Khobir,
Abdul, Filsafat Pendidikan Islam,
Pekalongan: STAIN PRESS,2007).
Jelaslah bahwa dengan mengetahui dan
mengembangkan pemikiran karya-karya pikiran para ahli tersebut pada masa
lampau, maka anak-anak didik dapat
mengetahui bagaimana pemikiran para ahli tersebut dalam bidangnya masing-masing
dan dapat mengetahui bagaimana peristiwa pada masa lampau tersebut sehingga
dapat berguna bagi diri mereka sendiri, dan sebagai bahan pertimbangan pemikiran
mereka pada zama sekarang ini yang sesuai dengan aliran filsafat perenalisme
tersebut.
E.
HAKIKAT ALIRAN ESENSIALISME
Esensialisme merupakan aliran yang ingin
kembali kepada kebudayaan-kebudayaan
lama yang warisan sejarah yang telah membuktikan kebaikan-kebaikannya
bagi kehidupan manusia. Esensialisme didasarkan atas pandangan humanisme yang
merupakan reaksi terhadap hidup yang mengarah kepada keduniaan, serta ilmiah
dan matrealistik. Selain itu juga, didasari oleh pandangan-pandangan dari
penganut aliran idealisme dan realisme. Esensialisme juga merupakan konsep yang
meletakkan sebagian dari cirri alam pikir modern. Sebagaimana halnya Ensialisme
pertama kali muncul sebagaimana halnya sebab musabab munculnya renalisme. Realisme modern yang menjadi salah satu
eksponen esensialisme, titik tinjauannya adalah mengenai alam atau dunia fisik.
Sedangkan idealism modern sebagai ekspon yang lain, pandangannya bersifat
spiritual. John Deonal Butler mengutarakan secara singkat cirri dari masing-masing
sebagai berikut” Alam adalah yang pertama-tama memiliki kenyataan pada diri
sendiri, dan ini harus dijadikan pangkal berfilsafat. (Barnadip, Imam, Filsafat Pendidikan,Yogyakarta: Andi
Offset, 1987).
F.
KARAKTERISTIK PENDIDIKANNYA DI TINJAU DARI SEGI ANTOLOGI,
EPISTEMOLOGI DAN EKSIOLGI
Karakteristik aliran paranialisme di
tinjau dari antologi paranialisme terdiri dari pengertian-pengertian seperti
benda individual, asensi, esksistensi dan substansi. Secara antologis,
paranialisme membedakan suatu realita dalam aspek-aspek perwujudannya. Paranialisme di tinjau dari epistomologi bahwa
segala sesuatu yang dapat diketahui dan merupakan kenyataan adalha apa yang
terlindungpada kepercayaan. Kebenaran adalah sesuatu yang menunjukan kesesuaian
antara pikiran dengan benda-benda.
Paranialisme di tinjau dari aksiologi
berdasarkan asas-asas supermatural, yakni menerima universal yang abadi,
khususnya tingkah laku manusia, jadi hakikatnya itu yang pertama kali.
Pertama-tama adalah pada jiwanya.
-
Karakteristik
aliran esensial di tinjau dari antologi
Adalah suatu konsep bahwa dunia ini di
kuasai oleh tata yang tiada cela,yang mengatur isinya dengan tiada cela pula.
Dengan kata lain, bagaimana bentuk, sifat, kehendak dan cita-cita manusia
haruslah disesuaikan dengan tata alam yang ada. Teori kepribadian manusia
sebagai reflex Tuhan adalah jalan untuk mengerti episomologi esensialesme.
Sebab, jika manusia mapu menyadari bahwa realita sebagai mikrokesmus dan
makrokusmus maka manusia pasti mengetahui dalma tingkah laku atau kualitas
apresianya mampu memikirkan kemestiannya.
Esensialisme jika ditinjau dari aksologi
sangat berpengaruh pada antologi dan epistemology, bagi aliran ini ,
nilai-nilai berasal dan bergantung pada pandangan-pandangan idealism dan
realisme. Jadi, esensialisme terbena oleh kedua syarat tersebut yaitu:
1.
Teori Nilai Menurut Idealisme
Penganut idealism berpendapat bahwa hukum-hukum
etika adalah hukum kasmas, karena itu seseorang dikatakan baik jika interaktif dan melaksanakna
hukum-hukum itu.
2.
Teori Nilai
Menurut Realisme
Prinsip sederhana realism tentang etika ialah
melalui asas antologi, bahwa sumber semua pengetahuan manusia terletak pada
keteraturan lingkungan hidup.
BAB III
KESIMPULAN
Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus
berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang
memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.
Idealism dan realism adalah aliran filsafat yang membentuk corak esensialisme,
dua aliran ini bertemu sebagai pendukung esensialisme, akan tetapi tidak lebih
menjadi satu dan tidak melepaskan sifatnya yang utama pada dirinya
masing-masing.
Menurut Paranialisme, ilmu pengetahuan merupakan
filsafat yang tertinggi, karena dengan ilmu pengetahuan seseorang dapat
berpikir secara induktif. Jadi, dengan berpikir maka kebenaran itu akan dapat dihasilkan. Penguasaan pengetahuan
mengenai prinsip-prinsip pertama adalah modal bagi seseorang untuk mengembangkan
pikiran dan kecerdasan.
DAFTAR PUSTAKA
Barnadip, Imam, Filsafat Pendidikan,Yogyakarta: Andi Offset, 1987
Khobir, Abdul,
Filsafat Pendidikan Islam,
Pekalongan: STAIN PRESS,2007
Prof. Dr. H. Jalaluddin dan Prof. Dr.
Abdullah, Filsafat Pendidikan,
Ar-Ruzz Media, Jakarta: 2010.
0 komentar:
Post a Comment