BAB I
PENDAHULUAN


Hakikat IPS adalah memahami fakta, konsep dan generalisasi dalam bingkai ekonomi, politik, agama, sosiologi, psikologi, dan budaya. Manusia menghadapi berbagai permasalahan dalam hidupnya. Masalah yang dihadapi oleh manusia seperti kemiskinan, kelaparan, penyakit, kejahatan, masalah ekonomi, sosial, politik, peperangan dan pengangguran hampir setiap hari dapat kita baca dan kita dengar, baik dari media cetak maupun dari media elektronik. Berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat terus dilakukan, baik secara individu maupun secara kolektif, tetapi upaya tersebut tidak semuanya dapat dipecahkan persoalannya.
Hal ini dikarenakan banyaknya dimensi kehidupan manusia. Bahkan tidak jarang kita mendengar berbagai usaha pembangunan dianggap tidak berhasil karena pendekatan yang tidak tepat sehingga menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan sebagian anggota masyarakat. Kesejahteraan hidup manusia akan berhasil jika manusia memahami pentingnya dimensi manusia itu sendiri, baik secara individu maupun secara kolektif sebagai anggota masyarakat. Pengetahuan tentang dimensi dan aktivitas hidup manusia dipelajari oleh ilmu-ilmu sosial. Oleh sebab itu, ilmuilmu sosial diperlukan dalam rangka pembangunan manusia.

BAB II
PEMBAHASAN
FAKTA, KONSEP, DAN GENERALISASI


Pendidikan ilmu pengetahuan sosial (IPS) disebut juga sebagai synthetic science, karena konsep, generalisasi, dan temuan-temuan penelitian ditentukan atau diobservasi setelah fakta terjadi (Welton dan Mallan, 1988 : 66-67). Informasi faktual tentang kehidupan sosial atau masalah-masalah kontemporer yang terjadi di masyarakat dapat ditemukan dalam liputan ( exposure) media massa (Wronski, 1971 : 430-434), karena media massa diyakini dapat menggambarkan realitas sosial dalam berbagai aspek kehidupan, meski untuk itu, informasi atau pesan (message) yang ditampilkannya - sebagaimana dapat dibaca di surat kabar atau majalah, didengarkan di radio, dilihat di televisi atau internet - telah melalui suatu saringan (filter) dan seleksi dari pengelola media itu untuk berbagai kepentingannya, misalnya: untuk kepentingan bisnis atau ekonomi, kekuasaan atau politik, pembentukan opini publik, hiburan ( entertainment), dan pendidikan.

A.    IPS DALAM DIMENSI RUANG, WAKTU, DAN NILAI/NORMA
Dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara keseluruhan IPS menggunakan tiga dimensi, yakni ruang, waktu, dan nilai nilai/norma. Ketiga dimensi ini menjadi dasar bagi manusia dalam mengembangkan kemampuannya untuk beradaptasi sebagai upaya memperjuangkan kelangsungan hidup yang harmonis, sejahtera dan damai. Dimensi ruang adalah sisi kehidupan manusia yang dilihat dari sudut pandang keberadaan keseluruhan lingkungan alam, di samping menjadi tempat bagi manusia untuk melakukan semua aktivitas kehidupan, juga menjadi sumber daya yang dapat menjamin kelangsungan hidup. Agar potensi yang dimiliki  oleh alam dapat dipertahankan sebagai jaminan kelangsungan hidup manusia dari waktu ke waktu, maka diperlukan kemampuan melakukan adaptasi spasial.
Setiap individu diharapkan dapat memanfaatkan, mengolah, meningkatkan potensi, menjaga dan melestarikan semua sumber daya alam yang menjadi unsur pokok dalam pemenuhan kebutuhan hidup baik secara biologis maupun sosial. Dimensi waktu adalah aspek kehidupan manusia yang dilihat dari sudut pandang dinamika, yaitu proses berkesinambungan yang tidak pernah berhenti. Apa yang terjadi pada saat ini dan masa depan merupakan bagian dari rangkaian proses yang terjadi sebelumnya, agar manusia dapat meningkatkan kualitas kehidupannya. Setiap individu perlu memiliki kemampuan mengantisipasi hal-hal yang akan terjadi esok. Ketepatan mengantisipasi tersebut dipengaruhi oleh kemampuan dalam membawa dan memahami perubahan yang terjadi pada masa lalu dalam menuju masa kini dan masa depan.
Dimensi nilai dan norma adalah sisi kehidupan manusia yang dilihat dari keberadaan dan peran aturan, metode, dan prinsip-prinsip pokok yang disepakati bersama dalam upaya memperjuangkan kelangsungan hidup yang harmonis, sejahtera dan damai. Agar keharmonisan, kesejahteraan dan kedamaian dapat diwujudkan, setiap individu perlu menyadari dan mewujudkannya melalui cara bersikap/berperilaku. Dalam melakukan berbagai aktivitasnya, manusia memerlukan aturan, metode, kaidah atau prinsip-prinsip yang seyogyanya diikuti secara konsisten. Tanpa itu, kehidupan manusia menjadi tidak terkontrol dan pada gilirannya akan mengancam keberlangsungan hidup manusia itu sendiri

B.     FAKTA DALAM IPS
Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sering kita temukan kejadian-kejadian baik yang positif maupun kejadian yang negatif. Fenomena kehidupan sering kita saksikan baik disadari atau tidak, suka atau tidak suka, menjadi bagian pengalaman hidup kita. Kejadian-kejadian yang mencengangkan misalnya, woman trafficking (perdagangan wanita), narkoba, perampokan, pemerkosaan dan sejenisnya perlu dicermati dan diteliti secara mendalam. Perubahan masyarakat yang begitu cepat akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadikan kemajuan pembangunan tidak bisa dibendung.
Fakta adalah kejadian atau suatu hal yang sifatnya berdiri sendiri yang berkaitan dengan manusia, misalnya banjir, tradisi budaya, dan orang yang memproklamasikan kemerdekaan. Di sekitar kita ada jutaan fakta. Fakta-fakta tersebut perlu diketahui dan dipahami sebagai bahan untuk melakukan analisis. Untuk itu, perlu disadari oleh guru bahwa pembahasan tentang fakta tersebut harus diseleksi sehingga betul-betul relevan dengan kemampuan yang akan dikembangkan. Terlalu banyak fakta akan menyita waktu belajar (Saidiharjo: 2007, 27).

C.    KONSEP DALAM IPS
Konsep adalah suatu ide yang menggambarkan hubungan antara dua atau lebih fakta seperti konsep “kebutuhan manusia”, yang berkaitan dengan berbagai hal, misalnya pakaian, makanan, keselamatan, pendidikan, cinta, dan harga diri. Konsep juga dapat diartikan simbol atau ide yang diciptakan oleh siswa untuk memahami pengalaman yang terjadi berulang kali. Pemahaman suatu konsep tidak terlepas dari pengalaman dan latar belakang budaya yang dimiliki seseorang.
Dengan demikian, untuk mengembangkan pemahaman siswa terhadap berbagai konsep, guru perlu mempertimbangkan latar belakang pengalaman yang beragam di antara mereka. Misalnya siswa yang sehari-hari hidup di kota besar mungkin memiliki pengalaman yang terbatas tentang lingkungan yang alami pedesaan, sebaliknya siswa dan siswi yang terbiasa tinggal di lingkungan pegunungan yang terpencil memiliki pengalaman terbatas tentang situasi perkotaan.
Konsep dasar pengetahuan ( social studies) adalah ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan pendidikan. Maksudnya, studi ilmu-ilmu sosial itu berisi aspek-aspek ilmu sejarah, ilmu ekonomi, ilmu politik, sosiologi, antropologi, psikologi, dan geografi yang dipilih sebagai bahan kajian dan pembelajaran di sekolah dan perguruaan tinggi. Dengan demikian, konsep ilmu pengetahuan sosial mengandung pengertian berikut:


1.      Ilmu pengetahuan sosial merupakan disiplin ilmu dari disipilin ilmu-ilmu sosial.
2.      Disiplin ilmu itu diajarkan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan pembelajaran di sekolah dan pendidikan tinggi.
3.      Meskipun disiplin ilmu dari dasar-dasar ilmu sosial berdiri sendiri, namun dapat ditarik benang merah pada aspek-aspek nilai yang dikembangkan tiap-tiap ilmu dengan disiplin ilmu lainya pada kajian-kajian tertentu yang relevan.
Teori, konsep dasar, dan metode analisis yang menjadi ciri pendekatan keilmuan seperti geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi, dan antropologi diposisikan sebagai alat bantu untuk mengembangkan kemampuan siswa, yaitu untuk mewujudkan dua kepentingan sekaligus memberikan bekal kemampuan akademis untuk melanjutkan pendidikan dan memberikan bekal hidup di masyarakat.
Dalam hal ini, komponen-komponen (disiplin-disiplin) ilmu sosial terdapat banyak sekali konsep-konsep, yaitu sebagai berikut:
·         Konsep-konsep ilmu sejarah mengenal beberapa konsep seperti migrasi, feudalisme, imperalisme, rasionalisme, sosialisme, perang,liberalisme, perdamaian, perjanjian, persetujuan, persekutuan, candi, area, uang kuno, perdagangan, pahlawan, dan sebagainya.
·         Konsep-konsep ilmu ekonomi mengenal beberapa konsep seperti tukar-menukar, uang, pasar, bursa, liberalisme, kapitalisme, imperalisme, koperasi, pajak, cukai, untung, rugi, harga, industri, produksi, distribusi, konsumen, pabrik, penguasaha, pendapatan, kerja, tenaga, jasa, dan sebagainya
·         Konsep-konsep ilmu geografi mengenal beberapa konsep seperti tanah, air, udara, sungai, gunung, antariksa, flora, fauna, laut, gempa, sumber alat, kependudukan, desa, kota, dan sebagainya.
·         Konsep-konsep antropologi mengenal beberapa konsep seperti kebudayaan, peradaban, kepercayaan, folklore, survival, adat, tradisi, induk bangsa (ras), bahasa, sistem kekerabatan, sistem mata pencaharian, kesenian, magis, upacara, religi, dan sebagainya.
·         Konsep-konsep sosiologi mengenal beberapa konsep seperti norma sosial, kerja sama sosial, kelompok sosial, organisasi sosial, status sosial, desa kota, urbanisasi, persaingan, kerja sama, dan sebagainya.
·         Konsep-konsep psikologi sosial mengenal beberapa konsep seperti norma prilaku sosial, interaksi sosial, prilaku politik, budaya masyarakat, perilaku menyimpang dan sebagainya.
Dari contoh-contoh konsep di atas, beberapa konsep ternyata juga terdapat pada lebih dari satu disiplin ilmu sosial, seperti migrasi, nasionalisme, desa, kota dan sebagainya. Konsep-konsep yang secara bersama-sama dimiliki oleh beberapa disiplin ilmu itu disebut dengan istilah konsep inti ( core concept concept). Selain core concept terdapat juga key concept (konsep kunci), yaitu suatu konsep yang hanya spesifik terdapat pada satu disiplin ilmu sosial.
Setiap disiplin ilmu sosial memiliki key concept tertentu. Misalnya, key concept geografi adalah population (kependudukan), land (tanah) dan space (ruang). Program pengajaran IPS yang sudah berkembang merupakan program pengajaran yang bersumber pada konsep-konsep dasar ilmu sosial yang diperkaya dengan fakta-fakta yang ada dalam kehidupan masyarakat dan lingkungan sekelilingnya. Oleh karena itu, guru-guru profesional IPS harus memahami dengan baik tentang konsep-konsep dasar Ilmu Pengetahuan Sosial.

D.    GENERALISASI DALAM IPS
Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual (khusus) menuju simpulan umum yang mengikat seutuh fenomena sejenis dengan fenomena individual yang diselidiki. Generalisasi dalam IPS merupakan hubungan antara dua atau lebih konsep, misalnya hubungan antara konsep “uang, kebutuhan, dan keinginan”. Ketiga konsep tersebut dihubungkan untuk menggeneralisasi bahwa “ kita menggunakan uang untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan”. Generalisasi tersebut juga menunjukkan hubungan sebab-akibat dan ide abstrak.
Rumusan generalisasi ini mungkin saja sederhana, seperti “ dimana ada hutan, di situ ada manusia menggunakan kayu sebagai sumber daya utama” atau “pengangguran di Indonesia meningkat karena jumlah penduduk yang terus bertambah”. Dalam rumpun ilmu sosial terdapat sejumlah keterampilan yang dapat diklasifikasi menjadi keterampilan berfikir, keterampilan teknis, dan keterampilan sosial. Sejumlah keterampilan berfikir yang penting dalam ilmu sosial diantaranya adalah menarik kesimpulan, membuat generalisasi, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. Beberapa keterampilan dikategorikan sebagai keterampilan tingkat tinggi, yakni ketika siswa menggunakan konsep dan membuat generalisasi. Yang termasuk keterampilan berfikir tingkat rendah adalah menggambarkan, menjelaskan, menggolongkan, membandingkan, meramalkan, dan melihat hubungan sebab-akibat.
Keterampilan teknis yang berhubungan dengan generalisasi dapat pula diwujudkan melalui penggunaan berbagai media dan alat bantu dalam mencari dan menyajikan informasi. Termasuk ke dalam jenis keterampilan teknis ini adalah ketrampilan membuat tabel, diagram, gambar, peta, denah, melakukan wawancara, observasi, membuat model, mencatat hal-hal penting, membuat resensi, membuat laporan, dan melaporkannya.
Ø  Jenis-jenis Generalisasi
·         Generalisasi sempurna, yakni generalisasi yang menempatkan seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Contoh,  setelah kita memperhatikan jumlah hari pada setiap bulan pada tahun Masehi kemudian menyimpulkan bahwa: Semua bulan Masehi mempunyai hari tidak lebih dari 31 hari. Dalam penyimpulan ini, keseluruhan fenomena, yaitu jumlah hari pada setiap bulan, kita selidiki tanpa ada yang kita tinggalkan.
·          Generalisasi tidak sempurna, yakni generalisasi berdasarkan sebagian fenomena yang dilakukan untuk mendapatkan simpulan yang berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diselidiki.
Contoh, setelah kita menyelidiki sebagian bangsa Indonesia kita menemukan bahwa mereka adalah manusia yang suka bergotong-royong. Atas dasar temuan ini, kita menyimpulkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang suka bergotong-royong. Penyimpulan ini termasuk ke dalam jenis generalisasi tidak sempurna.
Demikian gambaran singkat fakta, konsep, dan generalisasi yang saling bertalian dan tidak dapat dipisah-pisahkan.

E.     KETERKAITAN ANTARA FAKTA, KONSEP, DAN GENERALISASI
Pada bagian di depan dikemukakan bahwa terdapat hubungan timbal-balik antara isi bahan pengajaran (subject matter) dengan fakta, konsep dan generalisasi. Isi bahan pengajaran memberikan makna kepada fakta, konsep dan generalisasi. Isi bahan pembelajaran akan lebih mudah dipahami dan lama diingat jika terfokus pada gagasan kunci, seperti konsep dan generalisasi. Dalam perkembangannya, dewasa ini diakui bahwa kekuatan pembelajaran IPS terletak pada kemampuannya untuk mengungkapkan hal-hal yang sarat makna ( meaningful), berdasarkan nilai ( value based), terintegrasi, menantang ( challenging), dan aktif. Ini menjadikan materi dan proses pembelajaran IPS menuntut untuk dikembangkan dengan berbasiskan nilai, mengungkapkan fakta, dan materi secara keseluruhan secara esensial dan terpadu, sebagaimana aspek-aspek kehidupan manusia dan melibatkan segenap potensi aktif siswa. Dengan demikian, IPS dapat berkontribusi pada pengembangan keterampilan siswa, baik intelektual, personal, maupun sosial.
 Dengan sendirinya, hal ini menuntut tanggung jawab guru sebagai pengembang kurikulum untuk mengolah materi IPS agar memenuhi harapan-harapan tersebut. Untuk itu, diperlukan perencanaan terperinci yang mampu memberikan gambaran bahwa semua aspek IPS dapat terungkapkan.
Dalam rangka mencapai harapan tersebut dalam kegiatan belajar ini dikemukakan salah satu alternatif dari segi perencanaan, yaitu dengan menampilkan contoh-contoh yang menunjukkan adanya keterkaitan antara fakta, konsep, generalisasi, nilai, sikap dan keterampilan intelektual, personal dan sosial dalam kurikulum IPS SD 1994 khususnya untuk kelas 3 dan 4. Contoh-contoh tersebut dikaitkan dengan langkah-langkah pembelajaran agar dapat dipahami bahwa muatan nilai, sikap dan keterampilan tidak akan terungkap jika tidak ditunjukkan dalam aktivitas belajar mengajar secara nyata.















BAB III
KESIMPULAN



1.      Ilmu pengetahuan sosial sebagai suatu bidang studi mempunyai struktur, materi, sasaran dan metode yang berkarakteristik khas. Hakikat IPS mempunyai makna ruang, waktu dan nilai/norma yang terkait dengan fakta, konsep dan generalisasi.
2.      Fakta merupakan kejadian atau suatu hal yang sifatnya berdiri sendiri. Kenyataan ini sering kita ketahui dan perlu dipahami sebagai bahan kajian yang penting untuk diamati, dikaji, dan dianalisis dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.
3.      Konsep dasar pengetahuan sosial ( social studies) adalah ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan pendidikan. Studi ilmu-ilmu sosial berisikan aspek-aspek ilmu sejarah, ilmu ekonomi, ilmu politik, sosiologi, antropologi, psikologi, geografi, dan geografi yang dipilih sebagai bahan kajian dan pembelajaran di sekolah dan perguruan tinggi.
4.      Dengan mengetahui fakta, konsep, dan hubungan keduanya, akan dipahami pula apa yang dimaksud dengan generalisasi. Hal ini dikarenakan korelasi antara dua konsep atau lebih itulah yang disebut generalisasi.


DAFTAR PUSTAKA




Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. 1998. Konsep Dasar IPS. Jakarta: Direktorat jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam.


Ellis, K. A. 1997. Teaching and Learning Elementary Social Studies. MA. Abacon.


Saidiharjo. 2007. Pengembangan Materi IPS Terpadu. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

0 komentar:

 
Top