BAB I
PENDAHULUAN
Untuk
mencerdaskan dan memajukan kehidupan suatu bangsa dan Negara suatu tujuan
pendidikan yang telah di tetapkan maka
diaadakan suatu proses pendidikan atau proses belajar yang akan memberikan
pengertian, pandangan, penyesuaian bagi seorang si terdidik kearah kedewasaan
dan kematangan. Dengan proses ini akan membawa pengaruh terhadap perkembangan
jiwa seorang anak didik dan atau peserta atau subyek didik yang lebih dinamis baik terhadap bakat dan
pengalaman, moral, intelektual, maupun fisik (jasmani),
Tujuan
akhir pendidikan akan terwujud untuk menumbuhkan dan mengembangkan semua
potensi si didik secara teratur, apabila si kondisi alamiah dan social manusia
memungkinkan seperti : iklim, makanan, kesehatan, keamanan dan lain sebagai nya
yang relatifsesuai dengan kebutuhan manusia.
Untuk memberikan makna yang lebih
jelas dan tegas tentang kematangandan kedewasaan yang di tuju dan pendidikan,
apakahkedewasaan yang besifat biolaogis, psikologis, paedagogis dan sosiologis,
maka masalah iniyang akan dirumuskan oleh filsafat pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
FILSAFAT PENDIDIKAN DAN PENINGKATAN
KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA
Dari pandangan Kilpatrick dapat di pahami
bahwa peran dan fungsi filsafat pendidikan adalah menyelidiki perbandingan pengaruh-pengaruh
dari :
1.
Filsafat-filsafat yang bersaing di dalam
proses kehidan.
2. Kemungkinan
proses-proses peendidikan dan pembinaan watak keduanya mengusahakan untuk
menentukan pengelolaan pendidikan yang di kehendaki untuk membina watak yang
kontruktifbagi golongan muda dan tua.
Adapun
perbandingan pengaruh dari beberapa ide filsafat dalam pendidikan dapat
diketahui melalui sejarah pendidikan, antara lain tersimpul dalam
pandangan-pandangan:
1.
ALIRAN
EMPIRISME
Kata Empirisme berasal dari empiri yang
berati pengalaman.
Tokoh aliran ini adalah
Jhon Locke (seorang filosof bangsa inggris). Ia berpendapat bahwa anak lahir di
dunia ini sebagai kertas kosong (tabula rasa) yang belum adatulisan di atas
nya. Kertas kosong dapat di tulis sekehendak
hati yang menulisnya. Menurut teori ini bahwa kepribadian didasarkan
pada lingkungan pendidikan yang didapatnya atau perkembangan jiwa seseorang
semata-mata bergantung kepada pendidikan. Lingkungan luar pada umumnya disebut
lingkungan baik, lingkungan hidup atau lingkungan mati.
Lingkungan hidup
seperti : manusia, hewan dan tanaman, sedangkan lingkungan mati meliputi
benda-benda mati. Dan tiap lingkunga memiliki situasi tersendiri. Ada situasi
Ekonomi, Sosial, Kebudayaan, dan keagamaan. Dan pendidikan dan segala
aktifitasnya merupakan salah satu lingkungan anak didik juga.
Menurut teori Empirisme bahwa pendidik dapat
berbuat sekehendak hati dalam pembentukan pribadi anak didik sesuai yang
diinginkan.
2.
NATIVISME
DAN NATURALISME
a.
Nativisme
Aliran ini adalah penganut dari salah satu ajaran
filsafat idealisme. Tokohnya Arthur Schopenhaure (1788 - 1860) yang
berbandangan bahwa factor pembawaan yang bersifat kodrati dari kelahiran yang
tidak mendapatkan pengaruh dari alam sekitar atau pendidikan sekalipun, dan
itulah bersifat kepribadian manusia.
Potensi-potensi dari factor pembawaan yang bersifat
kodrati sebagai hasil seseorang bukan pendidikan. Tanpa potensi-potensi
hereditas yang baik, tidaklah mungkin seseorang mendaatkan taraf yang
dikehendaki, meskipun mendapatkan pendidikan yang maksimal.
Dalam mendidik menurut aliran ini tiadalain adalah
membiarkan anak tumbuh berdasarkan pembawaannya. Berhasil tidaknya perkembangan
anak bergantung pada tinggi rendahnya dan jelas pembawaan yang dimiliki anak.
b.
Naturalisme
Tokohnya
adalah Jean Jacques Rousseau (1712 - 1778), seorang filosof bangsa prancis,
yang mengemukakan pendapat dalam bukunya yang berjudul Emile mengemukakan bahwa
: “semuanya adalah baik pada waktu datang dari tangan sang pencipta, tetapi
semua buruk di tangan manusia”. Dari pendapat Rousseau tadi dapat diketahui
bahwa semua manusia yang baru lahir mempunyai pembawaan yang baik, nmun
pembawaan yang baik tadi menjadi rusak oleh tangan manusia sendiri.
Artinya
pendidikan akan dapat merusak pembawaan anak yang baik, karena aliran ini tidak
memandang perlu adanya pendidikan bagi pengembangan bakat dan kemampuan anak.
Menurut mereka pendidikan tidak akan ada hasilnya, dan tinggal menunggu saja
hasil perkembangan bakat yang muncul dari dirinya sendiri.
3.
TEORI
KONVERGENSI
Tokoh aliran ini adalah
William Stern (1871 - 1938), seorang ahli pendidikan bangsa Jerman yang
berpendapat bahwa pembawaan dan lingkungan sama pentingnya, kedua-dua nya sama
perpengaruh terhadap hasil perkembangan anak didik. Hasil perkembangan dan
pendidikan anak bergantung kepada besar kecilnya pembawaan serta situasi
tentang lingkungan.
Berdasarkan pernyataan
ini, maka William Strn menyusun teorinya yang dinamakan Teori Konvergensi. Ia
berpendapat bahwa: (pembawaan dan
lingkungan merupakan dua garis yang menuju kepada suatu titik pertemuan (garis
simpul)
Oleh karna itu, perkembangan
pribadi sesungguhnya adalah hasil proses kerjasama antara potensi hereditas
(internal) dan lingkungan serta pendidikan(eksternal). Interaksi antara
pembawaan dan lingkungan (termasuk lingkungan) akan mencapai hasil yang
diharapkan, apabila anak sendiri harus memainkan perasaan yang aktif di dalam
mencernakan segala pengalaman yang diperolehnya.
Fungsi fisafat
pendidikan bagi para pendidik yang di kemukakan oleh Brubacher tersimpul dalam:
a. Fungsi
spekulatif
b. Fungsi
normative
c. Fungsi
kritik
d. Fungsi
teoribagi praktek
a.
Fungsi
spekulatif
Untuk
melakukan fungsi spekulstif ini maka
filsafat pendidikan berusaha untuk:
1. Menarik
kesimpulan dan merangkum dari berbagai persoalan pendidikan ke dalam suatu
gambaran pokok atau aksioma melalui proses abstrak dan generalisasi.
2. Memahami
persoalan pendidikan secara keseluruhan dalam hungannya dengan factor-fsktor
lain yang mempengaruhi pendidikan.
b.
Fungsi
Normatif
Selanjudnya
menurut Brubacher, dalam fungsi ini filsafat pendidikan adalah “diharapkan
mempunyai tanggung jawab terhadap formulasi tujuan, norma atau standar untuk
mengarah proses pendidikan ”.
c.
Fungsi
kritik
Kemudian
dengan fungsi ini filsafatpendidikan melakukan penelitian secara cermat yang
didasarkan atas pemikiran-pemikiran dan paraktek-praktek pendidikan, dalam hal
ini :
1) Menuju
dasar-dasar pemikiran yang logis dimana kesimpulan-kesimpulan pendidikan berada
di dalamnya.
2) Menguji
dengan teliti bahwa bangsa yang digunakan harus benar-benar terang dan jelas.
3) Memerlukan
bukti-bukti yang bermacam-macam yang dapat diterima untuk menguatkan atau
menyangkal ungkapan-ungkapan fakta tentang pendidikan.
d.
Fungsi
teori dan praktek
Apa
yang ada di filsafat pendidikan berupa konsep, ide, analisis, dan kesimpulan
yang berfungsi sebagai teori. Dan teori ini bagi seorang pendidik merupakan
dasar bagi suatu praktek dan pelaksana pendidikan. Dan filsafat memberikan
prinsip-prinsip umum bagi suatu praktek. Sehingga Nampak di sini bahwa filsafat
dan ilmu penddikan dipandang sebagai bidang ilmu yang saling melengkapi dan
keduanya selalu diperlukan oleh para pelaksana pendidikan.
Dengan memahami filsafat, orang akan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan
yang dipelajari secara konsisten. Filsafat mengkaji dan memikirkan tentang
hakikat segala sesuatu yang menyeluruh, sistematis, terpadu, universal dan
radikal yang hasilnya menjadi pedoman dan arah bagi perkembangan ilmu yang
bersangkutan. Dan untuk memecahkan masalah kependidikan ada 3 disiplin ilmu
yang membantu filsafat pendidikan yaitu:
1) Teori
tentang realita atau kenyataan dan yang ada di baik kenyataan disebut
metafisika.
2) Teori
tentang ilmu pengetahuan atau epistemologi.
3) Teori
tentang nilai (etika).
Dan permasalahan yang didefinisikan
dalam ketiga disiplin ilmu menjadi materi yang dibahas didalam filsafat
pendidikan. Oleh karena filsafat memiliki ruang lingkup pemikiran yang mendasar
tentang permasalahan fundamental manusia jika dihungkan dengan ketiga disiplin
ilmu tadi, maka filsafat pendidikan menurut W.H Kilpatrick mempunyai
tujuan-tujuan pokok yaitu :
1) Memberikan
kritik-kritik terhadap asumsi yang dipegang oleh para pendidik.
2) Membantu
memperjelas tujuan pendidikan.
3) Melakukan
evaluasi secara kritis tentang berbagai metode pendidikan yang dipergunakan
untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah diilih.
Karenanya bahwa setiap ilmu pengetahuan
yang ada relevansinya dengan filsafat pendidikan hareus diambil dan
dipergunakan untuk bahan memperdalam dan memperluas wawasan dalam studi
filsafat pendidikan.
BAB III
KESIMPULAN
Filsafat
pendidikan sebagai ilmu pada mulanya adalah sebagai cara pendekatan terhadap
masalah pendidikan sebagaimana yang bias di lakukan Negara-negara Anglo-Saxon. Di Amerika Serikat filsafat
pendidikan dimulai dengan pengkajian terhadap beberapa aliran filsafat tertentu
yang mempunyai implikasi kepada aspek-aspek pendidikan (seperti: aliran prakmatisme, idealisme, realism,
eksistensialisme,dan lainnya).
Di
inggris, filsafat pendidikan bertumpu pada prinsip-prinsip pendidikanmencakup:
tujuan pendidikan, tujuan kurikulum, metode mengajar, organisasi pendidikan,
dan sebagainya. Di Negara Belanda dan Jerman Barat tidak di kenal filsafat
pendidikan dan hanya ada istilah paedagogiek
(Belanda) dan pedagogic (Jerman
Barat) yang artinya ilmu pendidikan (mendidik). Ilmu pendidikan atau mendidik
disamakan dengan filsafat pendidikan karena istilah pada kedua Negara tersebut
telah mengandung aspek-aspek teoritis dan praktis. Dengan corak normative
karena mengacu kepada nilai-nilai tertentu, sedangkan disebut praktis karena
menunjukkan bagaimana pendidikan itu harus dilaksanakan. Kemudian setelah
melalui beberapa pertimbangan dengan dasar-dasar alasan (asumsi dasar)yang
telah teruji maka lahirlah cabang ilmu pengetahuan baru yang disebut filsafat pendidikan.
Paedagogik atau
ilmu pendidikan sebagai ilmu pokok dalam lapangan pendidikan yang melahir
filsafat pendidikan, maka agar memenuhi persyaratan landasan konsep dan
fungsinya juga harus sesuai denagan jiwa dan isinya, harus pula berlandaskan
filsafat dan berdasarkan pendidikan, artinya pendidikan dengan segala
problematikanya yang bersifat filosofis memerlukan jawaban secara filosofis
pula.
DAFTAR PUSTAKA
Abu
Hamid Muhammad Al-Ghazali, Ihya
Ulumuddin, Jilid I, II, III, IV, Cet I, Usmaniyah, Mesir, 1933.
Abu
Hanifah,Dr., Rintisan Filsafat I, Cet II, Balai Pustaka, Jakarta, 1950.
Ahmad
Amin, Prof. Etika terj. Prof. K.H.
Farid Ma’ruf, Cet IV, Bulan Bintang, Jakarta, 1986.
Durant,
Will, The Story Of Phylosophy, Simon & Schuster Inc.
New York, 1933.
Prasetya
Drs. Filsafat Pendidikan, Pustaka
Setia, Bandung, 1997.
0 komentar:
Post a Comment