BAB
I
PENDAHULUAN
Dalam rangka membina
filsafat pendidikan yang didasari nilai islami, diperlukan berbagai ilmu
pengetahuan dan pengalaman seluas pandangan islam, baik sebagai agama maupun
sebagai peradaban manusia. Di samping itu, diperlukan pula sikap yang tidak
memihak dan tidak dipersempit oleh fanatisme agama yang dipeluknya, melainkan
bersikap objektif dan lapang dada dalam menganalisis dan menilai segala bentuk
ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dating dari luar dunia islam.
Mengingat suatu
falsafah harus antara lain bercirikan universal dan logis dalam mengetengahkan
pemikiran tentang segala gejala kehidupan di alam raya ini. Dengan demikian,
maka suatu falsafah pendidikan yang berdasar islam tidak lain adalah pandangan
dasar tentang pendidikan yang bersumberkan ajaran islam, yang orentasi
pemikirannya berdasarkan ajaran tersebut.
BAB
II
PEMBAHASAN
STUDI
DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Filsafat pendidikan
islam yang kita kehendaki adalah suatu pemikiran yang serba mendalam, mendasar,
sistematis, terpadu dan logis, menyeluruh serta universal yang tertuang atau
tersusun ke dalam suatu bentuk pemikiran atau konsepsi sebagai suatu sistem. Sistem
adalah suatu keselurahan yang bulat yang terdiri dari sub-subsistem
(bagian-bagian atau komponen-komponen) yang satu sama lain mempunyai kaitan
pengertian sebagai suatu kebulatan yang utuh. Dikaitkan dengan islam adalah
jelas dimaksudkan bahwa falsafah tersebut merupakan pelahiran (manifestasi)
dari berbagai sumber daya pikiran, perasaan, dan kemauan yang bersumberkan
ajaran agama islam. Hal ini dinyatakan oleh ahli pikir sebagai sesuatu yang
bernapaskan islam di sepanjang waktu dan tempat.
Mengingat filsafat
pendidikan islam adalah falsafah tentang pendidikan yang tidak dibatasi oleh
lingkungan kelembagaan islam saja atau ilmu pengetahuan dan pengalaman
keislaman semata-mata. Melainkan menjangkau segala ilmu dan pengalaman yang
luas, seluas aspirasi masyarakat muslim, maka pandangan dasar yang dijadikan
titik tolak studinya adalah ilmu pengetahuan teoretis dan praktis dalam segala
bidang keilmuan yang berkaitan dengan masalah kependidikan yang ada dan yang
aka ada dalam masyarakat yang berkembang terus tanpa mengalami kemandekan.
Inilah salah satu ciri masyarakat modern sekarang, dinamika (geraknya) terus
melaju sesuai dengan tuntutan kebutuhan hidupnya yang semakin meningkat.
Mengikuti dinamika
masyarakat yang bertendensi kearah perubahan sosial yang menyeluruh, itulah
tugas studi filsafat pendidikan islam, karena harus mampu menyerap dan
mengakomondasi serta menginterpretasi segala tuntutan zaman dan kecenderungan (trens) masyrakat. Sudah barang tentu
segala sesuatunya dipelajari atas dasar sikap selektif terhadap segala gejala kemajuan
atau perkembangan yang tidak menyalahi kaidah-kaidah agama islam. Di sinilah
keuntungan kita, karana agama ini berwatak dan berkemampuan melakuakan
alkuturasi dan bahkan dalam batas-batas tertentu dapat melakukan akomodasi
terhadap gejala kultural yang diterima secara selektif tersebut. Oleh karena
itu, sikap lentur (fleksibel) islam sebagai agama dan kebudayaan memberikan
ruang lingkup peluasan pemikiran falsafah pendidikan sampai jauh ke masa depan
dan sedalam dan seluas masa kini dan lampau, sejalan dengan kaidah-kaidah yang
mendasarinya.
Terbukti dalam sejarah
perkembangan pemikiran islam tentang gejala hidup duniawi dalam segala
bidangnya. Filosof-filosof islam atau pemikiran muslim dapat mengungkapkan
kedunia barat pada khususnya bahwa islam ternyata tidak hanya melacak
masalah-masalah keagamaan atau ritualisasi normative saja, melainkan juga
menggerakkan aspirasi manusia dalam penggalian ilmu pengetahuan yang oleh dunia
modern saat ini tetap diingat sebagai basis pengetahuan yang berdaya.
Beberapa pemikiran
tentang pendidikan islam yang tercatat dalam sejarah sebagai pendiri
sekolah-sekolah yang terkenal antara lain Nurudin Zauky di zaman dinasti Ayyubi
dan Nizham Al-Mulk di zaman bani saljuk, yang pernah merintis kea rah
pendidikan formal, berupa sekolah diiringi dengan metode-metode pengajaran child centered pada masanya. Kualitas
nilainya dalam kependidikan tetap dianggap baik sampai masa kini.
Jadi, dalam melakukan
studi tentang falsafah pendidikan islam tersebut dituntut penguasaan ilmu
pengetahuan yang melengkapi yang dapat menjadi sumber potensi rujukan pemikiran
pemikir bidang tersebut, yang meliputi sekurang-kurangnya sebagai berikut :
1. Ilmu
agama islam luas dan mendalam
2. Ilmu
pengetahuan tentang kebudayaan islam dan umum serta sejarahnya.
3. Filsafat
islam dan umum serta ilmu-ilmu cabang kefilsafatan yang konteporer saat ini
4. Ilmu
tentang manusia, seperti psikologi dalam segala cabangnya yang relevan dengan
kependidikan, serta mengenai perkembangan hidup manusia.
5. Science dan
teknologi yang terutama berhubungan dengan pengembangan hajat hidup manusia dan
yang berpengaruh terhadap pengembangan pendidikan, misalnya teknologi
pendidikan
6. Ilmu
tentang sistem approach serta ilmu
tentang metode pendidikan dan riset pendidikan
7. Pengalaman
tentang teknik-teknik operasional kependidikan dalam masyarakat
8. Ilmu
pengetahuan tentang kemasyarakatan (sosiologi), terutama tentang sosiologi
kependidikan
9. Ilmu
tentang kemanusiaan lainnya, seperti antropologi budaya, ekologi, etnologi, dan
sebagainya
10. Ilmu
tentang teori kependidikan atau pedagogis
Akan tetapi, segala
jenis keilmuan tersebut tidak akan dapat memberi corak keislaman pada filsafat
pendidikan bilamana tidak diolah dan disusun oleh pemikir-pemikir yang berjiwa
islam. Bila hanya sekedar sebagai pemikir tentang islam, sedangkan jiwanya
kosong dari semangat islam, maka hasil pemikirannya dalam filsafat pendidikan
tidak akan bercorak islam. Sama halnya dengan hasil pemikiran yang pernah
dijabarkan oleh para orientalis barat yang melakukan studi tentang islam yang
secara ilmiah memang dapat dipertanggungjawabkan, tetapi dari segi ideal,
gersang dari cita-cita islam. Dengan demikian, yang lebih tepat dalam melakukan
studi tentang filsafat pendidikan islam ini adalah bila keduanya apat terpeuhi,
segi ilmiah dapat dibenarkan dn segi diniyah dapat dipertanggungjawabkan.
Fakta dan gejala kehidupan
yang menjadi sasaran studi falsafah pendidikan tersebut adalah menyangkut
permasalahan yang ada kaitannya dengan perkembangan hidup manusia dalam proses
pendidikan dan juga kemungkin-kemungkinannya lebih lanjut dalam fungsi
pengembangannya dalam masyarakat. Mengingat masalah tersebut tidak hanya
melibatkan faktor manusia sebagai sasaran pendidikan melainkan juga
faktor-faktor kelembagaan, tujuan, alat-alat, dan pelaksanaan pendidikan ikut
berperan. Maka filsafat pendidikan islam harus pula memberikan penganalisisan
yang luas dan mendalam tentang faktor-faktor tersebut sehingga akan
tergambarlah ruang lingkup dan dimensi pemikiran yang bersifat menyeleruh dan
radikal (sampai ke akar-akarnya).
Adapun permasalahan
dasar yang dibahas oleh filsafat pendidikan islam ialah menyangkut tugas dan
fungsi pendidikan sebagai sasaran dan tujuan pelaksanaan pendidikan.
Pelaksanaannya menuntut terwujudnya faktor-faktor pendidikan, yaitu sebagai
berikut :
a. Anak
didik dalam proses kependidikan merupakan sasaran utama tugas dan fungsi
pendidikan.
b. Pendidiakan
merupakan potensi pedagogis yang mengarahkan perkembangan hidup anak didik
c. Alat-alat
pendidikan yang merupakan sasaran yang dapat memperlancar proses pendidikan
dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya
d. Lingkugan
pendidikan merupakan suasana yang banyak mempengaruhi proses kependidikan yang
berlangsung pada suatu tempat tertentu
e. Cita-cita
atau tujuan merupakan arah proses pendidikan yang harus dilaksanakan dan
dicapai melalui proses tersebut.
Faktor-faktor di atas,
dalam pelaksanaan proses kependidikan, selalu saling berhubungan, karena
masing-masing tidak akan dapat berfungsi dengan baik dan efektif bila berdiri
sendiri. Meski fungsinya masing-masing berbeda, namun tujuannya sama, yakni
menjadikan tugas dan fungsi pendidikan secara umum, efektif dan efesien.
Keterjalinan antara masing-masing yang bersifat menggerakkan atau mengembangkan
terhadap sasaran pendidikan merupakan suatu kemutlakan.
BAB
III
KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah diatas maka dapat kami simpulkan bahwa Beberapa
pemikiran tentang pendidikan islam yang tercatat dalam sejarah sebagai pendiri
sekolah-sekolah yang terkenal antara lain Nurudin Zauky di zaman dinasti Ayyubi
dan Nizham Al-Mulk di zaman bani saljuk, yang pernah merintis kea rah
pendidikan formal, berupa sekolah diiringi dengan metode-metode pengajaran child centered pada masanya. Kualitas
nilainya dalam kependidikan tetap dianggap baik sampai masa kini.
Fakta dan gejala
kehidupan yang menjadi sasaran studi falsafah pendidikan tersebut adalah menyangkut
permasalahan yang ada kaitannya dengan perkembangan hidup manusia dalam proses
pendidikan dan juga kemungkin-kemungkinannya lebih lanjut dalam fungsi
pengembangannya dalam masyarakat.
DAFTAR
PUSTAKA
Muzayyin
Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Edisi Revisi), Jakarta:
Bumi Aksara 2009.
0 komentar:
Post a Comment