BAB I
PENDAHULUAN
Satu aliran yang meyakini bahwa Ali bin Abi Thalib dan
keturunannya adalah imam-imam atau para pemimpin agama dan umat setelah Nabi
Muhammad SAW. Dari segi bahasa, kata Syiah berarti pengikut, kelompok atau
golongan, seperti yang terdapat dalam surat As-Saffat ayat 83 artinya: “Dan
sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongannya (Nuh).”
Paham Syiah dianut oleh sekitar dua puluh
persen dari umat Islam dewasa ini. Penganut paham Syiah terbesar di
negara-negara Iran, Irak, Afghanistan, Pakistan, India, Libanon, Arab Saudi,
Bahrain, Kuwait, bekas negara Uni Soviet, serta beberapa negara Amerika dan
Eropa.
BAB II
PEMBAHASAN
AKIBAT YANG TIMBUL SERTA ANTISIPASI MASUK
DAN BERKEMBANGNYA ALIRAN SYI’AH 12
A. LATAR
BELAKANG BERDIRI DAN TOKOHNYA
Imamiyah
adalah golongan yang meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW telah menunjuk Ali bin
Abi Thalib sebagai imam penggantinya denagn penunjukkan yang jelas dan tegas.
Oleh karena itu, mereka tidak mengakui keabsahan kepemimpinan Abu Bakar, Umar
maupun Utsman. Bagi mereka, persoalan imamah adalah salah satu persoalan pokok
dalam agama atau usuluddin.
Sekte
Imamiyah pecah menjadi beberapa golongan. Yang terbesar adalah golongan Isna
‘Asyariyah atau Syiah Dua Belas. Golongan kedua terbesar adalah golongan
Ismailiyah. Dalam sejarah Islam, kedua golongan sekte Imamiyah ini pernah
memegang puncak kepemimpinan politik Islam. Golongan Ismailiyah berkuasa di
Mesir dan Baghdad. Di Mesir golongan Ismailiyah berkuasa melalui Dinasti
Fatimah. Pada waktu yang sama golongan Isna ‘Asyariyah dengan Dinasti Buwaihi
menguasai kekhalifahan Abbasiyah selama kurang lebih satu abad.[1]
Semua
golongan yang bernaung dengan nama Imamiyah ini sepakat bahwa imam pertama
adalah Ali bin Abi Thalib, kemudian secara terturut-turut Hasan, Husein, Ali
bin Husein, Muhammad al-Baqir, dan Ja’far as-Sadiq. Sesudah itu mereka berbeda
pendapat mengenai siapa imam pengganti Ja’far as-Sadiq. Di antara mereka ada
yang menyakiki bahwa jabatan imamah tersebut pindah ke anaknya, Musa al-Kazim.
Keyakinan ini kemudian melahirkan sekte Isna ‘Asyariyah atau Syiah Dua Belas.
Sementara
yang lain meyakini bahwa imamah pindah kepada putra Ja’far as-Sadiq, Isma’il
bin Ja’far as-Sadiq, sekalipun ia telah meninggal dunia sebelum Ja’afar
as-Sadiq sendiri. Sebagian lain mengganggap bahwa jabatan imamah berakhir
dengan mninggalnya Ja’far as-Sadiq. Mreka disebut golongan Ismailiyah. Sebagian
lain menganggap bahwa jabatan imamah berakhir dengan meninggalnya Ja’far
as-Sadiq. Mereka disebut golongan al-Waqifiyah atau golongan yang berhenti pada
Imam Ja’far as-Sadiq.
Sekte Isna
‘Asyariyah atau Syiah Dua Belas merupakan sekte terbesar Syiah dewasa ini.
Sekte ini meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW telah menetapkan dua belas orang
Imam sebagai penerus risalahnya, yaitu:
1) Ali bin Abi Thalib (41 H/661 M)
2) Hasan bin Ali bin Abi Thalib (49 H/669 M)
3) Husen bin Ali bin Abi Thalib (61 H/680 M)
4) Ali bin Husein Zainal Abidin (94 H/712 M)
5) Muhammad al-Baqir (113 H/713 M)
6) Ja’far as-Sadiq (146 H/765 M)
7) Musa al-Kazim (183 H/799 M)
8) Ali ar-Rida (203 H/818 M)
9) Muhammad al-Jawad (221 H/835 M)
10) Ali al-Hadi (254 H/868 M)
11) Hasan al-Askari (261 H/874 M)
12) Muhammad al-Muntazar (Al-Mahdi) (265 H/878
M)
Golongan Isna
‘Asyariyah percaya bahwa kedua belas imam tersebut adalah maksum (manusia
suci). Apa yang dikatakan dan dilakukan mereka tidak akan bertentangan dengan
kebenaran karena mereka selalu dijaga Allah SWT dari perbuatan-perbuatan salah
dan bahkan dari kelupaan.
Paham Syiah
memiliki sejumlah doktrin penting yang terutama berkaitan dengan masalah
imamah.
1.
Ahlul Bait (ahl al-Bait)
Secara
harfiyah ahlul bait berarti keluarga atau kerabat dekat. Dalam sejarah Islam,
istilah itu secara khusus dimaksudkan kepada keluarga atau kerabat Nabi
Muhammad SAW. Ada tiga bentuk pengertian ahlul bait. Pertama, mencakup
istri-istri Nabi Muhammad SAW dan seluruh Bani Hasyim. Kedua, hanya Bani
Hasyim. Ketiga, terbatas pada Nabi Muhammad sendiri, Ali, Fatimah, Hasan,
Husein dan imam-imam dari keturunan Ali bin Abi Thalib. Dalam Syiah bentuyk
terakhirlah yang lebih populer.
Istilah
ahlulbait tercantum dalam Al-Qur’an yaitu pada surat al-Ahzab ayat 33
yang berarti: “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu
berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan
dirikanlah Shalat, tunaikanlah zakat, dan taatilah Allah dan Rasul-Nya.
Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa darikamu hai ahlul bait
dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” Beberapa hadits juga ada yang
membicarakan keutamaan ahlulbait.
2.
Al-Bada’
Dari segi
bahasa bada’ berarti tampak. Doktrin al-bada’ adalah keyakinan bahwa Allah SWT
mampu mengubah suatu peraturan atau keputusan yang telah ditetapkan-Nya dengan
peraturan atau keputusan baru. Menurut Syiah, perubahan keputusan Allah SWT itu
bukan karena Allah SWT baru mengetahui sesuatu maslahat, yang sebelumnya tidak
diketahui-Nya (seperti yang sering dianggap oleh berbagai pihak). Dalam Syiah
keyakinan semacam ini termasuk kufur. Ja’far as-Sadiq menyatakan, “Barang
siapa yang mengatakan bahwa Allah SWT baru mengetahui sesuatu yang tidak
diketahui-Nya,d an karenanya Ia menyesal, maka orang itu bagi kami telah kafir
kepada Allah SWT.”
Menurut
Syiah, perubahan itu karena adanya maslahat tertentu yang menyebabkan Allah SWT
memutuskan suatu perkara sesuai dengan situasi dan kondisi zamannya. Misalnya,
keputusan Allah SWT menggantikan Ismail AS dengan domba, padahal sebelumnya Ia
memerintahkan Nabi Ibrahim AS untuk menyembelih anaknya, Ismail AS.
3.
Asura
Asura
berasal dari kata ‘asyarah, yang berarti sepuluh. Maksudnya adalah hari kesepuluh dalam bulan Muharam yang
diperingati kaum Syiah sebagai hari berkabung umum untuk memperingati wafatnya
Imam Husein bin Ali dasn keluarganya di tangan pasukan Yazib bin Mu’awiyah bin
Abu Sufyan pada tahun 61 H di Karabala, Irak.
Pada upacara
peringatan asura tersebut, selain mengenang perjuangan Husein bin Ali dalam
menegakkan kebenaran, orang-orang Syiah membaca selawat bagi Nabi Muhammad SAW
dan keluarganya, mengutuk pelaku pembunuhan terhadap Husein dan keluarganya
itu, serta memperagakan berbagai atraksi (seperti memukul-mukul dada dan
mengusung-usung peti mayat) sebagai lambang kesedihan terhadap wafatnya Husein
bin Ali. Di Indonesia, upacara asura juga dilakukan di berbagai daerah seperti
di Bengkulu dan di Padang Pariaman, Sumatra Barat dalam bentuk arak-arakan
tabut.
4.
Imamah (kepemimpinan)
Imamah
adalah keyakinan bahwa setelah Nabi Muhammad SAW wafat harus ada
pemimpin-pemimpin Islam yang melanjutkan misi atau risalah Nabi Muhammad SAW.
Dalam Syiah kepemimpinan itu mencakup persoalan-persoalan keagamaan dan
kemasyarakatan. Imam bagi mereka adalah pemimpin agama dan sekaligus sebagai
pemimpin masyarakat. Pada umumnya, dalam Syiah, kecuali pada Syiah Zaidiah,
penentuan imam bukan berdasarkan atas kesepakatan atau pilihan umat, tetapi
berdasarkan wasiat atau penunjukkan oleh imam sebelumnya atau oleh Rasulullah
SAW langsung, yang lazim disebut nas. Oleh karena itu persoalan imamah dalam
Syiah termasuk salah satu rukun agama atau usuluddin.
Sementara
itu, persoalan imamah dalam “Sunni hanya merupakan masalah furuk (hukum
tambahan). Dalam suni istilah ini lebih populer dengan sebutan khilafah.
Persoalan khilafah dalam sunni lebih dikaitkan pada persoalan kepemimpinan
politik daripada sebagai persoalan keagamaan.
5.
Ismah
Dari segi
bahasa Ismah adalah bentuk masdar dari kata asama yang berarti
memelihara atau menjaga. Ismah ialah kepercayaan bahwa para imam itu, termasuk
Nabi Muhammad SAW, telah dijamin oleh Allah SWT dari segala bentuk perbuatan
perbuatan salah atau lupa. Nabi SAW atau imam yang diyakini terlepas dari
kesalahan itu disebut maksum. Dalam Syiah, seorang nabi atau imam haruslah
bersifat maksum. Menurut mereka, apabila seseorang yang mendapt tugas membawa
amanah Allah SWT itu tidak bersifat maksum maka akan timbul keraguan atas
kebenaran risalah atau amanah yang dibawanya itu.
B. AKIBAT
YANG DITIMBULKAN DARI ALIRAN SYI’AH 12
Syi’ahsecaraetimologibahasaberartipengikut,
sektedangolonganseseorang.Adapunmenurutterminologisyariatbermakna: Mereka yang
berkedokdengan slogan kecintaankepada Ali bin
AbiThalibbesertaanakcucunyabahwasanya Ali bin
AbiThaliblebihutamadariseluruhshahabatdanlebihberhakuntukmemegangtampukkepemimpinankaummuslimin,
demikian pula anakcucusepeninggalbeliau. (Al-FishalFilMilaliWalAhwa Wan Nihal,
2/113, karyaIbnuHazm). Sedangdalamistilahsyara’, Syi’ahadalahsuatualiran yang
timbulsejakmasapemerintahanUtsman bin Affan yang dipimpinoleh Abdullah bin
Saba’ Al-Himyari.
Abdullah bin Saba’
mengenalkanajarannyasecaraterang-terangandanmenggalangmassauntukmemproklamasikanbahwakepemimpinan
(imamah) sesudahNabi Muhammad saw seharusnyajatuhketangan Ali bin
AbiThalibkarenasuatunash (teks) Nabi saw. Menurut Abdullah bin Saba’, Khalifah
Abu Bakar, Umar danUtsmantelahmengambilalihkedudukantersebut. DalamMajmu’
Fatawa, 4/435, Abdullah bi Shaba menampakkansikapekstrem di dalammemuliakan
Ali, dengansuatu slogan bahwa Ali yang berhakmenjadi imam (khalifah)
daniaadalahseorang yang ma’shum (terjagadarisegaladosa).
Keyakinanituberkembangterus-menerusdariwaktukewaktu,
sampaikepadamenuhankan Ali bin AbiThalib. Berhubunghalitusuatukebohongan,
makadiambilsuatutindakanoleh Ali bin AbiThalib, yaitumerekadibakar,
lalusebagiandarimerekamelarikandirikeMadain.
PadaperiodeabadpertamaHijriah,
aliranSyi’ahbelummenjelmamenjadialiran yang solid.BarulahpadaabadkeduaHijriah,
perkembanganSyiahsangatpesatbahkanmulaimenjadi mainstream
tersendiri.Padawaktu-waktuberikutnya, Syiahbahkanmenjadisemacamkeyakinan yang
menjadi trend di kalangangenerasimuda Islam: mengklaimmenjaditokohpembaharu
Islam, namunbanyakdaripemikirandanprinsipdasarkeyakinanini yang
tidaksejalandengan Islam itusendiri.
AkibatnyaapabilaSyi’ah 12 mengatakanbahwa imam
ituma’shumtidakmembuatdosa,
baikkecilmaupunbesarserupadenganNabi.DerajatnyapnsamadenganderajatNabiHaits-Hadits
yang
dipakaiolehkaumSyi’ahuntukmenjadidasarI’tiqadmerekadanjugamenjadidasaribadatmerekaialahhadits-hadits
yang diriwayatkanoeh imam-imam mereka, yaitu Ali bin AbiThalib, Hsein bin li
bin AbiThalib, Hasan bin Ali Thalibdan lain-lain Imam, sampai 12 orang.
MenurutistilahkaumSyi’ah, yang dinamakanahlil bait
ialahsitiFathimah, suamibeliauSaidina Ali, Hasandanhusein,yaituanakkandung,
menantudancucu-cucunabi.Istri-istriNabimenurutkaumSyi’ahtidakahlil bait.
PahaminiditentangolehkaumAhlussunnah, karenabukansajabeliau-beliau yang
tersebuttetapijugaisti-istriNabiadalahahli bait semuanya. Dan
bahkansebabnyaturunayatiniialahmenerangkanpersoalan yang menyangkutistriNabi,
SitiAisyahUmmulMu’minin.
Marilah
kita kembali kepada syariat Islam, yang mana dalam syariat Islam ini selalu
adanya pembangunan, pelestarian dalam segala hal, perdamaian dan keadilan serta
menjunjung harkat dan martabat kita sebagai pemimpin di bumi Allah SWT ini.
Syariat Islam adalah hukum yang sempurna dari segala hukum yang ada.
Dan manatelahkitaketahuibahwatelahjelas di
dalamhaditsRosulullahdiantarafirqoh-firqohumat Islam hanyasatu yang
akanmasuksurgayaitugolongan yang
selalumengikutijejakRasulullahdanparasahabatnya, merekaitulahfirqoh yang akanselamat
di duniaakhirat. Dan kitaselaku orang
muslimmarilahkitamengikutiparaUlama’-ulama yang
mengikutiRasulullahdansahabatnya, karenabiarbagaimanapunUlama’
merupakanpewarisparanabi,
jadimelaluiperantaraUlamahidupkitamenjadilebihterarahtidakmenentangjalur agama
Islam.
Dan salahsatukelebihankitayaitukitamempunyaifikiran
yang manadenganfikiraninilahkitabisajadikan modal untukmembenarkankebenaran
Islam, yang manabanyakfirqoh-firqoh yang kelirudanmelencengdariajaran Islam,
denganpikirankitamarilahkitabukaselebar-lebarnyabahwa agama Islam merupakan
agama universal, jadi Islam mencakupseluruhaspekkehidupandanharuskitayakinbahwa
agama kitaadalah agama yang
benarselagikitatetappadajalurRasulullahdanparasahabatnya.
Adapun
alternatif mengatasi masuk dan berkembangnya aliran Syi’ah 12 adalah sebagai
berikut. Diantaranyaalternatifmengatasinyayaitu:
1. Mempertahankantradisikeagamaan
yang masihmengandungakselerasinilai-nilai universal Islam.
2. Memegangteguhsalahsatumazhabempat
3. Memurnikankembaliaqidahumat
Islam seperti yang diajarkanolehKitab Allah danSunnahRasul. Dan
Menambahkeimanankitakepada Allah danRasullahsertamempunyaipendiriandanI'tiqad
yang kuatsehinggatidakmudahterpengaruholehaliran-aliransesat.
4. Lebihmemperdalamilmutauhidsertayakindanpercayabahwaapa
yang sudahdiajarkanolehRasulullahdanparasahabatadalahsesuaidengan Al-Qur'an
danHadits.
5. Tetapberpegangteguhpadapedoman
Islam yaitu Al-Qur'an danHadits.
6. Meyakinidengan
bi lisanbilqoulI'tiqadahlisunnahwaljama'ah.
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan tersebut diatas maka penulis
dapat menyimpulkan bahwa, Semua golongan yang bernaung dengan nama Imamiyah ini
sepakat bahwa imam pertama adalah Ali bin Abi Thalib, kemudian secara
terturut-turut Hasan, Husein, Ali bin Husein, Muhammad al-Baqir, dan Ja’far
as-Sadiq. Sesudah itu mereka berbeda pendapat mengenai siapa imam pengganti
Ja’far as-Sadiq. Di antara mereka ada yang menyakiki bahwa jabatan imamah
tersebut pindah ke anaknya, Musa al-Kazim. Keyakinan ini kemudian melahirkan
sekte Isna ‘Asyariyah atau Syiah Dua Belas.
Abdullah bin Saba’
mengenalkanajarannyasecaraterang-terangandanmenggalangmassauntukmemproklamasikanbahwakepemimpinan
(imamah) sesudahNabi Muhammad saw seharusnyajatuhketangan Ali bin
AbiThalibkarenasuatunash (teks) Nabi saw. Menurut Abdullah bin Saba’, Khalifah
Abu Bakar, Umar danUtsmantelahmengambilalihkedudukantersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional Pusat
Perbukuan Poyek Pengembangan Sistem dan Standard Perbukuan Dasar dan Menengah
Tahun Anggaran 2002. Ensiklopedi Islam, , PT. Ichtiar Baru Van Hoeve.
2002.
[1]Departemen Pendidikan
Nasional Pusat Perbukuan Poyek Pengembangan Sistem dan Standard Perbukuan Dasar
dan Menengah Tahun Anggaran 2002. Ensiklopedi Islam, , PT. Ichtiar Baru
Van Hoeve. 2002. hlm. 230
0 komentar:
Post a Comment