BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Sepeninggalan rosullulah, empat orang penggganti beliau adalah para
pemimpin yang adil dan benar. Mereka menyelamatkan dan mengembangkan
dasar-dasar tradisi dari sang Guru Agung bagi kemajuan islam dan umatnya. Oleh karena
itu, gelar Al-Khulafaur Rasyidin yang mendapat bimbingan dijalan lurus
diberikan kepada mereka. Mereka meneruskan perjuangan Rosullulah mengembangkan
peradaban islam. Bagaimana peradaban islam pada masa setelah wafatnya
rosullulah ?
Dalam tugas kelompok ini akan dijabarkan mengenai Peradaban islam pada
masa Khulafaur Rasyidin yang akan dijabarkan pada sub bab berikutnya.
2.
Tujuan
Penyusunan tugas kelompok ini bertujuan untuk :
1.
Memenuhi salah
satu tugas kelompok pada mata kuliah Sejarah Pendidikan Isalam.
2.
Menambah
wawasan dan pengetahuan bagi penyusun dan pembaca pada umumnya.
3.
Mengetahui dan
memahami tentang peradaban islam pada masa khulafaur Rasyidin.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Khulafaur Rasyidin
1.
Pengertian Khulafaur Rasyidin
Kata khulafaurrasyidin itu berasal
dari bahasa arab yang terdiri dari kata khulafa dan rasyidin. khulafa’ itu menunjukkan banyak khalifah,
bila satu di sebut khalifah, yang mempunyai arti pemimpin dalam arti orang
yanng mengganti kedudukan rasullah SAW sesudah wafat melindungi agama dan
siasat (politik) keduniaan agar setiap orang menepati apa yang telah ditentukan
oleh batas-batanya dalam melaksanakan hukum hukum syariat agama islam. Adapun
kata Arrasyidin itu berarti arif dan bijaksana.
Jadi
khulafaurrasyidin mempunyai arti pemimpim yang bijaksana sesudah nabi muhammad
wafat. Para khulafaurrasyidin itu adalah pemimpin yang arif dan bijaksana.
Mereka itu terdiri dari para sahabat nabi muhammad SAW yang berkualitas tinggi
dan baik adapun sifat-sifat yang dimiliki khulafaurrasyidin sebagai berikut:
a.
Arif dan bijaksana
b.
Berilmu yang luas dan mendalam
c.
Berani bertindak
d.
Berkemauan yang keras
e.
Berwibawa
f.
Belas kasihan
dan kasih sayang
g.
Berilmu agama
yang amat luas serta melaksanakan hukum-hukum islam.
Para sahabat
yang disebut khulafaurrasyidin terdiri dari empat orang khalifah yaitu:
a.
Abu bakar Shidik khalifah yang pertama (11 – 13 H =
632 – 634 M)
b.
Umar bin Khattab khalifah yang kedua (13 – 23 H = 634
– 644 M)
c.
Usman bin Affan khalifah yang ketiga (23 – 35 H = 644
– 656 M)
d.
Ali bin Abi Thalib khalifah yang keempat (35 – 40 H =
656 – 661 M)
2.
Tugas-tugas
khulafaurrasyidin
Tugas
rasulullah SAW Meliputi dua hal, yaitu tugas kenabian dan tugas kenegaraan. Para
khalifah hanya menggantikan rasulullah dalam tugas kenegaraan yaitu sebagai
kepala negara, kepala pemerintahan, dan pemimpin umat.
Tugas beliau sebagai nabi dan rasul
tidak digantikan oleh siapapun, karena tugas kenabian yang diembannya itu
bersifat khusus atas pemilihan langsung oleh Allah SWT.di samping itu, beliau
adalah nabi dan rasul terakhir. Tidak ada nabi dan rasul yang diangkat setelah
beliau wafat. Sebagaimana firman Allah dalam Qs. Al Ahzab 40.
Ù…َاكَانَ
Ù…ُØَÙ…َّدّ ُاَبَاَﺃØَدٍ Ù…ِÙ†ْ رِﺟﺎ Ù„ِÙƒُÙ… ْÙˆَÙ„َÙƒِÙ†ْ رَسُولَ الَّلهِ ÙˆَØ®َا تَÙ…َ النَّبِÙŠِينَ
ÙˆَÙƒَا َÙ†َ الَّلهُ بِÙƒُÙ„ ِّØ´َÙŠْØ¡ٍعَÙ„ِÙ…َ
Artinya:
“ Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia rasulullah dan penutup Nabi-nabi, dan adalah allah adalah maha mengetahui segala sesuatu.”
Masa kekhalifaan kurang lebih selama 30 tahun. Waktu yang sekian lama itu
Islam meluas ke daerah syam, Irak, Palestina, Mesir, Sudan dan beberapa daerah
di Benua Afrika. Panglima perang pada masa khulafaurrasyidin yang terkenal
diantaranya ialah Khalid bin Walid, Abu Ubaidah, Amr bin Ash, Mutsanna bin
Haritsah Sa’ad bin Abu Waqqosh.
B.
Abu Bakar
Ash-Shiddiq ( 11-13 H/ 632-634 M )
1.
Silsilah dan Kepribadian Abu Bakar
Sebelum masuk Islam, Abu Bakar bernama Abdul Ka’bah. Setelah Abu Bakar
masuk Islam namanya diganti oleh Rasulullah menjadi Abdullah. Dan nama Abu
Bakar itu pemberian dari kaum muslimin, karena beliau segera masuk Islam. Dan
juga mendapat gelar As-Shiddiq (yang membenarkan). Abu Bakar lahir pada tahun
573 M, dua tahun setelah penyerbuan pasukan bergajah untuk menghancurkan Ka’bah
yang dipimpin oleh Abrahah dari Yaman. dengan demikian baliau dua tahun lebih
muda dari Nabi SAW. Karena Nabi lahir pada tahun gajah, yaitu 571 M. Abu Bakar
putra dari Usman (Abu Quhafah) bin Umar bin Ka’ab bin Said bin Taimi bin Murrah
bin Ka’ab bin Luayyi bin Ghalib bin Fahrin Attaimi dari Suku Qurais.
Perihal perawakan Abu Bakar, menurut riwayat putrinya, Siti Aisyah (Ummul
Mukminin) bahwa kulitnya putih, badannya kurus, pipinya tipis, mukanya kurus,
matanya cekung, dan keningnya menjorok ke depan. Perihal Akhlaqnya, menurut
Ibnu Hisyam beliau terkenal sebagai seorang pemurah, peramah, pndai bergaul dan
suka menolong. Abu Bakar juga mempunyai sifat sabar, berani, tegas, dan
bijaksana. Karena kesabarannya banyak sahabat masuk Islam karena ajakannya,
seperti: Usman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah, Saad bin
Abi Waqas, Zubair bin Awwam, Abu Ubaidah bin Jarrah, Abdullah bin Mas’ud, dan
Arqom bin Abil Arqom.
2.
Proses Peralihan
Kepemimpinan
Berita wafatnya rasulullah menggemparkan umat islam.
Sebagian mereka tidak mempercayai berita itu, kere dalam shalat subuh sebelum
itu, bekiau hadir di masjid. Berita itu dianggap desas-desus untuk mengacaukan
kaum muslimin. Umar bim Khattab sendiri termasuk orang yang tidak
mempercayainya.
Sesudah mendengar berita itu, Abu Bakar langsung masuk
kerumah rasulullah dan menyaksikan rasulullah telah terbujur ditunggui oleh
Aisyah, Ali bin Abi Thalib serta beberapa orang kerabat dekat beliau, ucapan
Abu Bakar ketika melihat jenazah rasulullah, “Alangkah baiknya anda hidup dan
alangkah baiknya pula ketika anda wafat”, Abu Bakar dibai’at sebagai khalifah
pertama pada tahun 11 H atau 632 M, setelah kaum muhajirin dan anshar
membai’at, Abu Bakar kemudian berpidato sebagai berikuat:
“Wahai manusia! Saya telah diangkat untuk
mengendalikan urusanmu, padahal aku bukanlah orang yang terbaik diantara
kalian, maka jika aku menjalankan tugasku denga baik, ikutilah aku. Tetapi jika
aku berbuat salah maka luruskanlah, hendaklah kamu taat kepadaku selama aku
taat kepada Allah dan rasulnya.tetapi apabila aku tidak taat kepada Allah dan
rasulnya maka kalian tidak perlu menaatiku”.
Abu Bakar memangku jabatan khalifah selama dua tahun
lebih sedikit, yang di habiskan terutama untuk mengatasi berbagai masalah dalam
negri yang muncul akibat wafatnya nabi. Abu Bakar telah membangun kembali
kesadaran dan tekad umat untuk bersatu melanjutkan tugas mulia nabi.
3.
Langkah-langkah kebijakan
Abu Bakar
Sebelum rasulullah wafat, beliau telah menyiapkan sepasukan tentara di
bawah pimpinan Usamah bin Zaid. tetapi sebelum tentara Usamah jadi berangkat
beliau telah wafat. sebagian sahabat ada yang mengusulkan kepada Abu Bakar agar
beliau membatalkan pasukan tentara usamah yang diperintahkan rasulullah itu dan
dikirim saja untuk memerangi oramg-orang yang murtad.
Oleh karena itu beliau menjawab ”Demi Allah” saya tidak akan menurunakan bendera yang telah dipasang oleh rasulullah. disamping itu sebagian sahabat ada yang mengusulkan agar melepas usamah dari jabatannya itu kepada orang lain yang lebih tua dari padanya. Abu Bakar sangat marah mendengar berita itu lalu berkata ”saya tidak akan menurunkan dia karena rasulullah SAW sudah mengangkat dia sebagai tentara.
Oleh karena itu beliau menjawab ”Demi Allah” saya tidak akan menurunakan bendera yang telah dipasang oleh rasulullah. disamping itu sebagian sahabat ada yang mengusulkan agar melepas usamah dari jabatannya itu kepada orang lain yang lebih tua dari padanya. Abu Bakar sangat marah mendengar berita itu lalu berkata ”saya tidak akan menurunkan dia karena rasulullah SAW sudah mengangkat dia sebagai tentara.
Maka
berangkatlah tentara itu menyerang benteng musuh serta membawa harta rampasan
dan kembali ke Madinah dengan kemenangan. Ekspedisi itu sukses dan membawa
pengaruh positif bagi umat islam, khususnya di dalam membangkitkan kepercayaan
diri mereka yang nyaris pudar. Di antara
pesan-pesan Abu Bakar kepada para prajurit yang berperang dan benar-benar
bijaksana itu: ”jangan kamu khianat, janganlah kamu durhaka, janganlah kamu
aniaya, janganlah membunuh anak-anak kecil dan orang tua. jangan, rusak pohon
yang berbuah, membunuh binatang kambing, unta, dan lembu kecuali dimakan
dagingnya.”
A.
Menumpas Nabi palsu
Ada empat
orang yang menamakan dirinya sebagai nabi. padahal islam mengajarkan bahwa Nabi
muhammad SAW adalah nabi akhiruzzaman. keempat yang mengaku nabi itu adalah
nabi palasu. yaitu Musailamah Al kazab dari bani hanifah di yamamah, Sajah
tamimiyah dari bani tamim, Al aswad Al Anshi dari yaman dan tulaihah bin khuwailid
dari bani asad di Nejed.
Adanya
nabi-nabi palsu itu pasti membahayakan kehidupan agama dan negara islam.
khalifah Abu Bakar menugaskan pasukan islam untuk menumpas mereka dan
pengikut-pengikutnya, penumpasan itu ’berhasil dengan gemilang dibawah pimpinan
panglima Khalid bin Walid. Musailamah dibunuh oleh Washy, Al Aswad dibunuh oleh
istrinya sendiri, Tulaihah dan Sajad lari dan menyembunyikan diri.
B.
Memberantas kaum murtad
Berita
wafatnya rasulullah SAW, berakibat menggoyahkan iman bagi orang-orang islam
yang masih tipis imannya, banyak orang menyatakan dirinya keluar dari Islam
(murtad). tidak mau shalat dan tidak lagi membayar zakat. bahkan ada sementara
daerah-daerah memisahkan dari dengan pemerintahan pusat di madinah, sedangkan
daerah-daerah yang masih setia adalah Madinah, Mekah dan thaif.
Abu Bakar
berunding dengan para sahabat yang lain dalam menghadapi para kaum murtad itu.
mereka sepakat menyeru agar bertaubat, jika tidak mau sadar, mereka akan
dihadapi dengan menggunakan kekerasan.
Tetapi usaha lemah lembut dari pemerintahan Islam di Madinah itu mereka abaikan, kaum murtad didukung oleh kekuatan besar kurang lebih 40.000 orang. muslimin menghadapi mereka dengan pasukan yang besar pula, Abu Bakar mengirim ekspedisi dibawah pimpinan Ikhrimah bin Abu Jahal, Syurahbil bin Hasnah, Amru bin Ash, dan khalid bin Walid. Tindakan tegas kaum muslimiin itu dapat melumpuhkan kekuatan kaum murtad, sehingga mereka kembali mentaati perintah syariat Islam.Abu Bakar berhasil dalam usaha ini, sehingga wilayah Islam utuh kembali.
Tetapi usaha lemah lembut dari pemerintahan Islam di Madinah itu mereka abaikan, kaum murtad didukung oleh kekuatan besar kurang lebih 40.000 orang. muslimin menghadapi mereka dengan pasukan yang besar pula, Abu Bakar mengirim ekspedisi dibawah pimpinan Ikhrimah bin Abu Jahal, Syurahbil bin Hasnah, Amru bin Ash, dan khalid bin Walid. Tindakan tegas kaum muslimiin itu dapat melumpuhkan kekuatan kaum murtad, sehingga mereka kembali mentaati perintah syariat Islam.Abu Bakar berhasil dalam usaha ini, sehingga wilayah Islam utuh kembali.
C.
Menghadapi kaum yang ingkar
zakat
Banyak
diantara kaum muslimin yang pemahaman mereka, terhadap hukum Islam belum
mendalam dan imannya masih tipis, mereka beanggapan bahwa kewajiban berzakat
hanya semata-mata untuk nabi. karena nabi telah wafat, maka bebaslah mereka
dari kewajiban untuk berzakat. padahal zakat adalah salah satu rukun Islam yang
harus ditegakkan.
Abu Bakar
bermusyawarah dengan para sahabat menghadapi kaum ingkar zakat itu. meskipun
keputusan musyawarah itu tidak bulat, Abu Bakar tetap teguh pada pendiriannya
bahwa kewajiban zakat harus dilaksanakan. mereka yang membangkang harus
diperangi. sebelum pasukan muslimin dikerahkan, Abu Bakar terlebih dahulu
mengirimkan surat kepada pembangkang agar kembali ke Islam. namun sebagian
besar mereka tetap bersikeras, karena itu pasukan muslimin pun dikerahkan dan
dalam waktu yang relatif singkat pasukan Abu Bakar telah berhasil dengan
gemilang.
Dengan
berhasilnya kaum muslimin ini, keadaan negara Arab kembali tenang, dan suasana
umat Islam pun kembali damai.seluruh kabilah taat kembali membayar zakat
sebagaimana pada masa rasulullah SAW.
D.
Mengumpulkan ayat-ayat Al-Qu’an
Akibat
peperangan yang sering dialami oleh kaum muslimin, banyak penghafal Al-Qur’an
(huffadz) yang gugur sebagai syuhada dalam pertempuran. Jumlahnya tidak kurang
dari 70 orang sahabat. Hal ini menimbulkan kekhawatiran dikalangan umat Islam
serta kecemasan dihati Umar bin Khattab akan kehilangan ayat suci Al-Qur’an
itu. Maka dinasehatkan kepada Abu Bakar agar ayat-ayt Qur’an dikumpulkan. Atas
saran-saran dari Umar bin Khattab pada awal 13 H Abu Bakar memerintahkan Zaid
bin Tsabit untuk mengumpulkan ayat-ayat Qur’an menjadi Mushaf. Mengingat dahulu
berserakan dalam dada penghafal, bahkan ada yang ditulis di atas batu, pada
kain, tulang dan sebagainya.
4. khalifah Abu Bakar wafat
Sesudah
memulihkan ketertiban didalam negri, Abu Bakar lalu mengalihkan perhatiaannya
untuk memperkuat perbatasan dengan wilayah Persia dan Bizantium. Yang akhirnya
menjurus kepada serangkaian peperangan melawan kedua kekaisaran itu. Tentara
islam di bawah pimpinan Musanna dan Khalid bin Walid di kirim ke irak dan
menaklukan Hirah. Sedangkan ke syiriah abu bakar mengutus empat panglima,
ekspedisi ke syiria ini sangat besar dengan misi yang besar.
Ketika
pasukan islam sedang mengancam palestina, irak dan kerajaan hirah, dan telah
meraih beberapa kemenangan yang dapat memberikan kepada mereka beberapa
kemungkinan besar bagi keberhasilan selanjutnya, Abu Bakar meninggal dunia khalifah
Abu Bakar wafat pada tanggal 21 jumadil Akhir tahun 13 H / 22 Agustus 634
Masehi. Setelah pemerintahan 2 tahun 3 bulan 10 hari (11 – 13 / 632 – 634 M).
C.
Umar bin Khaththab (13-23 H/
634-644 M)
1. Silsilah dan Kepribadian Umar bin Khattab
Umar bin
khattab lahir di Mekkah pada tahun 583 M, dua belas tahun lebih muda dari
Rasulullah, ayahnya bernama khattab bin Nufail bin Abd Uzza bin Riah bin
Abdullah bin Qurth bin Rizal bin Abd bin Kaab bin Luayyah. Sedangkan ibunya
bernama Khattamah binti Hisyam bin Mughiroh Al Makhzumi.
Umar juga
termasuk kelurga dari keturunan Bani Suku Ady (Bani Ady). Suku yang sangat
terpandang dan berkedudukan tinggi dikalangan orang-orang Qurais sebelum Islam.
Umar memiliki postur tubuh yang tegap dan kuat, wataknya keras, pemberani dan
tidak mengenal gentar, pandai berkelahi, siapapun musuh yang berhadapan
dengannya akan bertekuk lutut. Ia memiliki kecerdasan yang luar biasa, mampu memperkirakan
hal-hal yang akan terjadi dimasa yang akan datang, tutur bahasanya halus dan
bicaranya fasih.
Beberapa keunggulan yang dimiliki Umar, membuat kedudukannya semakin dihormati dikalangan masyarakat Arab, sehingga kaum Qurais memberi gelar ”Singa padang pasir”, dan karena kecerdasan dan kecepatan dalam berfikirnya, ia dijuluki ”Abu Faiz”.
Beberapa keunggulan yang dimiliki Umar, membuat kedudukannya semakin dihormati dikalangan masyarakat Arab, sehingga kaum Qurais memberi gelar ”Singa padang pasir”, dan karena kecerdasan dan kecepatan dalam berfikirnya, ia dijuluki ”Abu Faiz”.
Itulah
sebabnya pada saat-saat awal penyiaran Islam, Rasulullah SAW bedoa kepada
Allah, ”Allahumma Aizzul Islam bi Umaraini” artinya: ”Ya Allah, kuatkanlah
Agama Islam dengan salah satu dari dua Umar” yang dimaksud dua Umar oleh
Rasulullah SAW adalah Umar bin Khattab dan Amru bin Hisyam (nama asli Abu
Jahal).
2. Proses Pemilihan Umar Menjadi
khalifah
Ketika Abu
Bakar merasa dirinya sudah tua dan ajalnya sudah dekat.yang terlintas
difikirannya adalah siapa yang akan menggantikannya sebagai khalifah kelak. Abu
Bakar minta pendapat kepada para tokoh sahabat seperti Usman bin Affan, Ali bin
Abithalib, Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah, Usaid bin Khudur.mereka
menyetujui usulan Abu Bakar bahwa Umar bin Khattab akan diangkat sebagai
penggantinya. Setelah Abu Bakar wafat, para sahabat membai’at Umar sebagai
khalifah.
3. Langkah-langkah Kebijakan Umar bin Khattab
Usaha Umar
bin Khattab lebih luas di bandingkan dengan usaha Abu Bakar. karena meliputi
usaha meneruskan ekspansi dan penyiaran Islam ke Syiria dan Persia yang
diteruskan ke Mesir. dalam bidang kenegaraan, khalifah membentuk dewan-dewan
pemerintah serta mengatur tatatertib kehidupan masyarakat Islam.
Dengan demikian
pemerintahan Umar lebih maju diantara keempat zaman khulafaurrasyidin. diantara
usaha-usaha Umar gelombang ekspansi Islam ialah melalui peperangan yang sangat
sengit seperti:
a.
Perang Qadisiyah (16 H=636 M)
panglima
perang pada waktu itu adalah Saat bin Abi Waqosbeserta pasukannya sebanyak
8.500 orang untuk menghadapi tentara persia sebanyak 30.000 yang dipimpin oleh
panglima Rustam. pasukan Islam menang dan pada ahir pertempuran berhasil
menangkap putri Kisra Yaz Dajrid.
b.
Penaklukan Persia
Perluasan
penyiaran Islam ke Persia sudah dimulai oleh Khalid bin Walid pada masa
Khalifah Abu Bakar, kemudian dilanjutkan oleh Umar. Tetapi dalam usahanya itu
tidak sedikit tantangan yang dihadapinya bahkan sampai menjadi peperangan.
c.
Ibu kota Madinah jatuh (18 H=636 M)
Madinah
merupakan ibu kota Persia. Setelah kota itu dikepung selama 2 bulan maka
jatuhlah ketangan Islam. Raja Kisra Yaz Dajrid III meninggalkan Istana dan
melarikan diri ke Nahawan. Di Nahawan. Yaz dajrid III berhasil mengumpulkan
tentara sebanyak 150.000 orang, semua kekuatan dipusatkan disana. Oleh karena
itu Khalifah Umar mengirim bantuan pasukan kepada Saad bin Abi Waqos.
d.
Perang nahawan (21 H=642 M)
Disinilah
puncak pertempuran di Persia, perang itu berakhir dengan kemenangan pasukan
Islam. Karena dahsyatnya pertempuran itu , dalam sejarah dikenal dengan sebutan
Fathul Futuh, artinya pembuka lembar kemenangan.
e.
Persia jatuh ketangan Islam (31 H=652 M)
Setelah
Nahawan dikuasai, mudahlah pasujkan Islam menaklukkan daerah-daerah lain di
Persia. Raja Yaz Dajrid III terus melarikan diri ke timurmenuju perbatasan
Persia. Tetapi malang bagi Kisra belum sampai ketempat yang dituju dia mati
terbunuh. Peristiwa ini terjadi pada masa pemerintahan Khalifah Usman bin Affan(31
H=652 M).
Dengan
tewasnya Raja Kisra berarti jatuhlah negeri Persia ketangan kaum Muslimin.
Dengan demikian terbuktilah ramalan Rasulullah SAW, dengan kisahnya sebagai
berikut: pernah terjadi (tahun 6H) dimana seorang Raja Persia mengoyak-ngoyak
surat dariku, sebaliknya kelak negeri Persia akan dikoyak-koyak dan dikuasai
kaum Muslimin.
4.
Identifikasi Lembaga-lembaga
Pemerintah
Pada masa
khalifah Umar bin Khattab ekspansi Islam meliputi daerah Arabia, syiria, Mesir,
dan Persia. Karena wilayah Islam bertambah luas maka Umar berusaha mengadakan
penyusunan pemerintah Islam dan peraturan pemerintah yang tidak bertentangan
dengan ajaran Islam.
a.
Susunan kekuasaa
Susunan
kekuasaan masa khalifah Umar terdiri dari : Kholifah (Amiril Mukminin) berkedudukan di ibu kota Madinah yang
mempunyai wewenang kekuasaan.Wali (Gubernur), berkedudukan di ibu kota Propensi
yang mempunyi kekuasaan atas seluruh wiyalayah Propensi.
b.
Tugas pokok pejabat
Tugas pokok
pejabat, mulai dari kholifah, wali beserta bawahannya bertanggung jawab atas
maju mundurnya Agama islam dan Negara. Disamping itu mereka juga sebagai imam
shalat lima waktu di masjid.
c.
Membentuk dewan-dewan Negara
Guna
menertipkan jalannya administrasi pemerintahan, Kholifah Umar membentuk dewan-dewan
negara.
5. Mencanangkan Almanak Hijriah
khalifah bin
Umar bin Khattab menetapkan perhitungan tahun baru, yaitu tahun hijriayah yang
dimulai dari hijrahnya Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah (16 Juli 622 M).
Saat itulah dimulainya tahun hijriayah yang pertama.
Disamping itu, Khalifah Umar menetapkan lambang bulan sabit sebagai lambang negara. Hal ini diilhami oleh bendera pasukan khusus Rasulullah SAW yang menggambarkan bulan sabit.
Disamping itu, Khalifah Umar menetapkan lambang bulan sabit sebagai lambang negara. Hal ini diilhami oleh bendera pasukan khusus Rasulullah SAW yang menggambarkan bulan sabit.
Karya-karya
besar Khalifah Umar yang lain adalah mendirikan Baitul Mal, membangun dan
merenovasi masjid-masjid, seperti masjid haram (Mekah), masjid Nabwi ( Madinah
), Masjidil Aqsa dan masjid Umar ( Yerussalem ), dan masjid Amru bin ash
(Fusthtf-Mesir). Memperluas wilayah-wilayah islam seperti, Romawi (13 H=634
M),Damaskus (14H=635 M), Baitul Makdis–Syiriah (18 H=639 M), Mesir 19 H=640 M),
Babilon (20 H 641 M), Nahawan–Persia (21 H=642 M), dan Iskandariah (22 H=643
M).
6. Keberanian Umar Memberantas Kebatilan
Perang di
Syam belum selesai, bahkan perang itu makin berkecamuk, Khalifah Umar bin
Khattab segera mengambil langkah-langkah tertentu. “ kirimakan surat ini kepada
Khalid bin Walid !” titah Kholifah pada pembantunya. “kalu boleh takhu, apa
isinya ?’ tanya Malik bin zafila salah seorang pembantunya. “baiklah, engkau
boleh tahu isi surat itu, aku memberitahukan bahwa Kholifah Abu Bakar telah
wafat dan aku kini sebagai penggantinya. Kedua, pimpimpina ke syam diambil alih
oleh panglima Abu Ubaidah. Sementara itu Khalid bin Walid segera kembali
menghadapku” tegas umar menegaskan.” Mengapa bisa seperti itu ? bukankah Kholid
bin Walid seoran panglima yang gagah dan berani ? dialah panglima perang yang
sering mendapatkan kemenangan, ia selau patuh pada perintah Khalifah,” tanya
Malik bin Zafila.
“memang
benar, saya juga mengetahui kegagahan dan keberanian Khalid, wajar ia mendapat
pujian dan sanjungan dari pencintanya. Akan tetapi ada suatu hal yang mungkin
kalian tidak tahu atau tidak setuju bila kukatakan,” sahut Kholifah Umar Mengapa
? ada apa dengannya ?” “dalam dirinya ada sifat kejam. Aku melihat sendiri
tingkah lakunya ketika memerangi kaum murtad yang telah ditawan dan meminta
perlindungan kepada kita, ternyata Khalid bin Walid tidak mau mengampuninya aku
juga memandang dari segi lain. ingatlah kini Islam masih berkembang. Aku
khawatir orang luar memandang Islam ditegakkan dengan perang dan pedang. Mereka
tentu akan berbalik membenci Islam. Dan tentu saj orang-orang munafik akan
memanfaatkan kelemahan seperti itu,” tegas khalifah Umar menjelaskan secara
terus terang.
Demikianlah
keberanian Umar dalam menegakkan kebenaran dan memberantas kebatilan. Itulah
sebabnya, Khalifah Umar diberi gelar “Al Faruq” artinya pembenar, maksudnya
orang yang membedakan dengan tegas antara kebatilan dan kebenaran.
7. Khalifah Umar bin Khattab Wafat
Umar bin
Khattab adalah profil seorang pemimpin yang suksek dan sahabat rasulullah yang
sejati. Kesuksesannya dalam mengibarkan panji-panji Islam mengundang rasa
dengki di hati orang yang memusuhinya, salah satunya adalah Abu Lu’luah. Abu
Lu’luah berhasil membunuh Khalifah Umar ketika beliau siap-siap memulai shalat
subuh. Abu Lu’luah merasa dendam kepada Umar karena beliau dianggap sebagai
penyebab lennyapnya kerajaan persia di muka bumi. Abu Lu’luah adalah seorang
dari bangasa persia.
Khalifah Umar pulang kerahmatullah pada tanggal 26 Dzul Hijjah 23 H/3 November 644 M dalam usia 63 tahun. Beliau memegang amanat sebagai khalifah selama 10 tahun 6 bulan (13-23 H=634-644 M).
Khalifah Umar pulang kerahmatullah pada tanggal 26 Dzul Hijjah 23 H/3 November 644 M dalam usia 63 tahun. Beliau memegang amanat sebagai khalifah selama 10 tahun 6 bulan (13-23 H=634-644 M).
Atas
persetujuan Siti Aisyah istri rasulullah Jenazah beliau dimakamkan berjajar
dengan makam Rasulullah dan makam Abu Bakar. Demikianlah riwayat seorang
khalifah yang bijaksana itu dengan meninggalkan jasa-jasa besar yang wajib kita
lanjutkan.
D.
Utsman bin Affan (23-36 H/ 644-656 M)
1. Silsilah dan Kepribadian Usman bin Affan
Usman bin di
lahirkan 5 tabin Ahun setelah kelahiran Nabi Muhammad SAW. Yaitu pada 576 M di
kota thoiaf, kota yang palinga subur di antara kota –kota lainnya ditanah
hijaz. Usman seorang saudagar yang berhsil karena tekun lemah lembut dan
pemurah.sejak usia belia dia sudah berniaga ke Negeri syam, daerah jajahan
Romawi. Keahliannya berdagang berkat didikan ayahnya sendiri, sehingga menjadi
seirang saudagar yang kaya raya. Setelah menginjak dewasa, Usman menjadi
saudagar yang kaya, dermawan, berbudi luhur, bersikap jujur, dan teguh hati serta
berprasangka halus. Dengan pribadi yang demikian Usman termasuk orang yang
mempunyai kedudukan yang terhormat dan mulia di dalam masyarakat Qurais.
Sifat mulia
Usman meningkat setelah ia memeluk agama Islam. Sewaktu Nabi kekurangan dana
dalam perang tabuk (9H=631M) melawan pasukan Byzantium (Romawi timur) Abu Bakar
menyerahkan seluruh hartanya (40.000 dirham), Umar bin Khattab menyerahkan
separuh hartanya, Asmi bin Abdi menyumbangkan 70 goni kurma, Usman bin Affan
menanggung 1/3 dari keseluruhan biaya pasukan besar itu dengan menyerahkan 90
ekor kuda, serta uang tunai 1.000 dinar = 10.000 dirham.
2. Proses Pemilihan Usman Sebagai Khalifah
Sebelum
khalifah Umar wafat, beliau sempat berwasiat dan menunjuk tim yang terdiri dari
6 orang sahabat terkemuka, sekaligus telah dijamin Nabi masuk surga, sebagai
calon ganti kekhalifaannya. Keenam orang tersebut adalah Usman bin Affan, Ali
bin Abi Tholib, Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam
dan Sa’ad bin Abi Waqash. Kepada tim, Umar menganjurkan agar putranya, Abdullah
bin Umar ikut sebagai peserta musyawarah dan tidak boleh dipilih menjadi
khalifah.awalnya hasil musyawarah yang diketuai oleh Abdurrahman bin Auf
menunjukkan bahwa suara pada posisi seimbang, antara Ali dan Usman. Karena
Usman lebih tua, Abdurrahman menetapkan Usman bin Affan sebagai khalifah.
Ketetapan
itu disetujui oleh anggota tim dengan berbagai pertimbangan yang matang.
Disamping Usman sebagai salah seorang sahabat yang terdekat dengan Nabi, beliau
juga seorang Assabiqunal Awwalun yang terkenal kaya dan dermawan, jiwa dan
hartanya dikorbankan demi kejayaan Islam. Usman bin Affan dibaiat sebagai
khalifah pada tahun 23 H/644 M.
3. Jasa Usman dalam Pembukuan Mushaf
Pada masa
Usman terjadi perluasan wilayh kekuasaan Islam sampai pada wilayah Afrika. Asia
dan Eropa. Kaum muslimin terpencar ke wilayah-wilayah kekuasaan Islam tersebut.
Karena mereka berasal dari berbagai bangsa yang berbeda, maka sering terjadi
perbedaan dalam membaca Al-Qur’an, keadaan ini mendorong perlunya satu jenis Al-Qur’an
yang dijadikan pedoman untuk semua kaum muslimin.
Untuk maksud
tersebut Khalifah Usman akan membukukan dan menggandakan Al-Qur’an.
Lembaran-lembaran syst Al-Qur’an yang telah dikumpulakan pada masa Abu Bakar
dan disimpan oleh hafsah, diminta oleh Usman. Ia kemudian membentuk panitia
penulisan kembali ayat Al-Qur’an, yang terdiri dari Zaid bin Tsabit sebagai
ketua, dengan anggota: Abdullah bin Zubair, Sa’ad bin Ash, dan Abdurrahman bin
Harits.
Tugas
panitia ini adalah menyalin kembali lembaran-lembaran buku Al-Qur’an yang telah
telah menjadi buku ini disebut Al-Mushaf. Panitia menggandakan sebanyak 5 buah.
Empat diantaranya dikirim ke Mekkah, Syiria, Basrah, dan Kufah. Sedang satu
buah ditinggal di Madinah, yang disebut Mushaf Usmani atau Mushah Al Imami.
4. Usman bin
Affan Wafat
Khalifah
Usman bin Affan banyak mengambil keluarganya, Bani Umayyah untuk menduduki
pemerintahan. Pengawasan pada pejabat yang kurang. Khalifah Usman umurnya telah
lanjut, sehingga pengaturan pemerintahan hanya dilakukan oleh pembantu-pembantu
dekat dan familinya sendiri. Keluhan masyarakat tidak disampaikan kepada
Khalifah. Keadaan ini menimbulkan keresahan dan protes dari masyarakat mesir
dan kufah. Mereka datang ke Madinah untuk menyampaikan protes mereka.
Sebagian
masyarakat Madinah juga ikut bergabung dengan mereka , karena kurang mendapat
perhatian yang memuaskan, protes itu berubah menjadi pemberontakan. Suasana
yang panas ini dimanfaatkan oleh Abdullah bin Saba’ (munafiq Yahudi) untuk
meniupkan fitnah dan mengobarkan permusuhan dikalangan umat Islam. Ahirnya Hamran bin sadan Asy Syaqie menyelinap
ke ruang khusus rumah Usman.ia menikamnya dari belakang, ketika Usman sedang
berpuasa dan tengah menela’ah kandungan isi Al-Qur’an.
Peristiwa
itu terjadi pada 18 Dzulhijjah 34 H (656 M). Usman menjadi khalifah selama 12
tahun, dan wafat dalam usia 82 tahun. Sifatnya yang lemah lembut dan berhati
sosial telah meninggalkan jasa yang tidak sedikit untuk kepentingan Islam,
antara lain: Menyempurnkan pembukuan Al-Qur’an Merenovasi bangunan Masjid
Nabawi di Madinah, Membentuk angkatan laut atas usul Muawiyah bin Abu Sofyan, Membangun
gedung-gedung pengadilan, yang semula masjid-masjid, Menompas
pemberontakan-pemberontakn seperti di Khurasan dan Iskandariyahv v Membagi
wilayah Islam menjadi 10 Propinsi yang dipimpin oleh seorang
Amir/Wali/Gubernur, meliputi Al Jund-Abdullah bin Rabi’ah, Basrah-Abu Musa bin
Abdullah, Damaskus-Muawiyah bin Abu Sofyan, Emese-Umar bin Sa’ad, Bahrain-Usman
bin Abil Ash, sha’a-Ja’la bin Munabbik, Taif-Sufyan bin Abdullah, Mesir-Amr bin
Ash, Mekkah-Nafi’ bin Abdul Maris, dan Kuwait-Mughiroh bin Sya’bah. Ekspansi
Islam, meliputi: Armenia, Tripoli, Thabaristan, Harah, Barkoh, Kabul, Ghanzah
dan Turkistan.
E.
Ali bin Abi Thalib (36-41 H/656-661 M)
1. Silsilah dan Kepribadian Ali bin Abi Tholib
Ali bin Abi
tholib lahir pada tahun 603 Mdisamping ka’bah kota Mekkah, lebih muda 32 tahun
dari Nabi Muhammad SAW.Ali termasuk keturunan Bani Hasyim. Abu tholib memberi
nama Ali dengan Haidarah, mengenang kakeknya yang bernama Asad. Haidarah dan
Asad dalam Bahasa Arabartinya singa. Sedang Nabi Muhammad memberi nama “ALI” yang
menakutkan musuh-musuhnya. Pada usia 6 tahun, Ali bin Abi Tholib diasuh oleh
Nabi Muhammad sebagaimana Nabi diasuh oleh ayahnya, Abu tholib. Karena mendapat
didikan dan asuhan langsung dari Nabi Muhammad SAW, maka Ali tumbuh sebagai
anak yang berbudi luhur, cerdik, pemberani, pintar dalam berbicara dan
berpengetahuan luas.
2. Gelar-gelar yang disandang oleh Ali antara lain:
“Babul Ilmu”
gelar dari Rasulullah yang artinya karena beliau termasuk orang yang banyak
meriwayatkan hadist Zulfikar karena pedangnya yang bermata,juga disebut
“Asadullah” (singa Allah) dua dan setiap Rasulullah memimpin peperangan Ali
selalu ada dibarisan depan dan memperole kemenangan. “Karramallahu Wajhahu”
gelar dari Rasulullah yang artinya wajahnya dimuliakan oleh Allah, karena sejak
kecil beliau dikenal kesalehannya dan kebersihan jiwanya. “Imamul masakin” (pemimpin orang-orang
miskin), karena beliau selalu belas kasih kepada orang-orang miskin, beliau
selalu mendahulukan kepentingan orang-orang fakir, miskin dan yatim. Meskipun ia
sendiri sangat membutuhkan. Ali termasuk
salah satu seorang dari tiga tokoh yang didalamnya bercermin kepribadian
Rasulullah SAW. Mereka itu adalah Abu Bakar Asshiddiq, Umar bin Khattab dan Ali
bin Abi Tholib. Mereka bertiga laksana mutiara memancarkan cahayanya, itulah
sebabnya Ali dijuluki “Almurtadha” artinya orang yang diridhai Allah dan
Rasulnya.
3.
Proses Pemilihan Ali sebagai
Khalifah
Setelah
wafatnya Usman bin Affan, keadaan tetap menegangkan. Kelompok-kelompok masih
berkeliaran di Madinah. Para pemuda menghendaki agar Ali segera menggantinya,
namun dengan sopan Ali menolak permintaan itu. Ali menganggap bahwa
pengangkatan Khalifah adalh masalah yang sangat penting karena itu masalah ini
memerluakn dukungan para sahabat yang dahulu berjuang bersama Nabi SAW. Ali
menyatakan: “Mana pahlawan Badar seperti Zubair bin Awwan, Tholhah bin
Ubaidillah dan Sa’ad.” Mendengar hal itu kaum muslimin mengajak Zubair, Thalhah
dan Sa’ad bersama-sama membaiat Ali bin Abi Tholib sebagai khalifah. Mereka
setuju dan terjadilah pembai’atan Ali sebagai khalifah bagi umat Islam.
4.
Kebijakan Ali Menyusun kembali Aparatur Kekhalifaan
a.
Tanah-tanah atau pemberian-pemberian yang dilakukan
Khalifah Usman bin Affan kepada famili, sanak kerabatnya dan kepada siapa saja
yang tanpa alasan yang benar atu tidak syah, ditarik kembali dan menjadi milik
Baitul Mal sebagai kekayaan negara. Hal ini dilakukan Khalifah untuk
membersihkan pemerintahan.
b.
Wali/Amir atau gubernur-gubernur penguasa wilayah yang
diangkat Khalifah Usman diganti dengan orang-orang baru. Hal ini dilakukan
Khalifah Ali, karena mereka banyak yang tidak disenangi oleh kaum muslimin,
bahkan banyak yang menganggap bahwa mereka itulah yang menyebabkan timbulnya
pemberontakan-pemberontakan pada masa Khalifah Usman.
c.
Sebagai upaya untuk mencerdaskan umat, Khalifah Ali
meningkatkan dalm Ilmu pengetahuan, khususnya ilmu yang berkaitan dengan Bahasa
Arab agar umat Islam mudah dalam mempelajari Al-Qur’an dan Hadits.
d.
Berusaha untuk mengembalikan persatuan dan kesatuan
umat Islam. Akan tetapi usahanya ini kurang berhasil, karena api fitnah
dikobarkan kaum munafik Yahudi yang tidak menyukai Islam.
e.
Mengatur tata pemerintahan untuk mengembalikan
kepentingan umat, seperti memberikan kepada kaum muslimin tunjangan yang
diambil dari Baitul Mal sebagaimana yang telah dilakukan Abu Bakar dan Umar.
5.
Kekecewaan sebagian Masyarakat Terhadap Kegagalan Ali
Menangkap Pembunuh Usman
Umat Islam
pada Khalifah Ali, pecah menjadi beberapa kelompok. ini adalah akibat belum
selesainya kasus wafatnya Usman bin Affan. Oleh karena itu, masa pemerintahan
Ali diwarnai berbagai kekecewaan yang mengakibatkan pemberontakan-pemberontakan
yang ingin menombangkan Khalifah Ali.
a. Perang Jamal
Dinamakan
perang Jamal, karena dalam perang itu Aisyah mengendarai unta. Perang ini
terjadi antara Khalifah Ali dengan Aisyah yang didukung oleh Zubair dan
Thalhah. Ketiga sahabat ini menuntut balas atas kematian Khalifah Usman bin
Affan.perang ini terjadi pada tahun 36 H dan tidak berlangsung lama. Zubair dan
Thalhah tewas, begitu juga unta yang tunggangi Aisyah terbunuh. Sedangkan
Aisyah pun dapat ditawan oleh pasukan Khalifah Ali bin Abi Tholib.
“Sebaiknya Ibunda kembali ke Madinah”, usul Khalifah Ali bin Abi Tholib, “Baiklah. Akan tetapi aku beramanat agar engkau tetap mencari pembunuh Usman bin Affan dan memenggal kepala penjahat itu”, sahut Aisyah.
“Sebaiknya Ibunda kembali ke Madinah”, usul Khalifah Ali bin Abi Tholib, “Baiklah. Akan tetapi aku beramanat agar engkau tetap mencari pembunuh Usman bin Affan dan memenggal kepala penjahat itu”, sahut Aisyah.
“Saya setuju
, Demi Allah, saya akan mencari pembunuh Usman bin Affan”, sumpah Khalifah Ali.
Akhirnya Aisyah janda Nabi SAW dikembalikan ke Mdinah dengan penuh kehormatan.
b. Perang Siffin
Setelah
Khalifah Ali menundukkan pasukan berunta di Basrah, beliau bersama pasukannya
menuju Kufah. Dari Kufah beliau mengirim Jabir bin Abdullah Al Bajali untuk
meminta Muawwiyah mengurungkan niatnya menentang beliau, dan mengajak agar
Muawwiyah menyatakan bai’ahnya terhadap Khalifah Ali bin Abi Tholib.
Utusan Ali diterima oleh Muawwiyah.
Ia memberi jawaban:
1.
Ia tidak akan memberi bai’ah, sebelum kematian Usman
diselesaikan dengan tuntas
2.
Kalau Ali mengabaikan pengusutan terhadap pembunuhan
Usman, bukan bai’ah yang dilakukan. Tetapi Muawwiyah akan mengangkat senjata
untuk melawan Ali. Dimulailah perang besar di dataran Siffin dengan dahsyatnya
antara Ali dengan Muawwiyah. Pertempuran berkecamuk hingga 4 hari lamanya.
Dalam pertempuran tersebut tentara Muawwiyah mula-mula menang, tetapi kemudian
kalah, dan akhirnya hendak melarikan diri. Tiba-tiba amru mengambil siasat
damai dengan memerintahkan kepada seluruh tentaranya mengacungkan Mushaf
Al-Qur’an pada pucuk tombaknya serta menyeru “Marilah damai dengan hukum
Kitabullah”.
Melihat situasi yang demikian, pasukan Ali pecah menjadi dua golongan satu
golongan menerima perdamaian, mengingat pertempuran yang dilakukan sesama
muslik, satu golongan yang lain berpendapat perang terus hingga nyata siapa
nanti yang menang, dengan dugaan mereka bahwa mengangkat Kitabullah hanyalah
semata-mata tipu daya musuh.
Khalifah Ali terpaksa mengikuti golongan pertama yang lebih banyak, yaitu menghentikan pertempuran yang sedang berkobar dan menantikan keputusan yang akan dirundingkan tanggal 15 Rajab 37 H. Perundingan tersebut dikenal dengan perdamaian Daumatul Jandal, karena terjadi di daerah Daumatul Jandal. Dalam perundingan itu, pihak Muawwiyah mengangkat Amr bin Ash sebagai kepala utusan, dari pihak Ali mengangkat Abu Musa Al Asy’ari.
Khalifah Ali terpaksa mengikuti golongan pertama yang lebih banyak, yaitu menghentikan pertempuran yang sedang berkobar dan menantikan keputusan yang akan dirundingkan tanggal 15 Rajab 37 H. Perundingan tersebut dikenal dengan perdamaian Daumatul Jandal, karena terjadi di daerah Daumatul Jandal. Dalam perundingan itu, pihak Muawwiyah mengangkat Amr bin Ash sebagai kepala utusan, dari pihak Ali mengangkat Abu Musa Al Asy’ari.
Tanya jawab diadakan dan akhirnya setuju untuk mempersiapkan jawaban agar
Ali dan Muawwiyah diturunkan dari keKhalifaan. Kemudian diserahkan kepada umat
untuk memilih Khalifah yang disukainya, demi persatuan dan kesatuan umat Islam.
Mula-mula Abu Musa berdiri, kemudian memutuskan mencabut Ali dari keKhalifaan.
Setelah itu Amr bin Ash juga berdiri dan memutuskan memecat Ali seperti yang
dikatakan Abu Musa dan menetapkan Muawwiyah menjadi Khalifah atas pemilihan
umat.
6.
Peristiwa Tahkim dan
Dampaknya
Akibat
terjadinya perselisihan pendapat dalam pasukan Ali, maka timbullah golongan
Khawarij dan Syi’ah. Khawarij adalah golonga yang semula pengikut Ali , setelah
berhenti perang Siffin mereka tidak puas, dan keluar dari golongan Ali, karena
mereka ingin melanjutkan peperangan yang sudah hampir menang, dan mereka tidak
setuju dengan perundingan Daumatul Jandal.
Mereka berkomentar mengapa harus bertahkim kepada manusia, padahal tidak ada tempat bertahkim kecuali allah. Maksudnya tidak ada hukumselain bersumber kepada Allah. khawrij menganggap Ali telah keluar dari garis Islam. Karena itu orang-orang yang melaksanakan hukum tidak berdasarka Kitab Allah maka ia termasuk orang kafir.
Mereka berkomentar mengapa harus bertahkim kepada manusia, padahal tidak ada tempat bertahkim kecuali allah. Maksudnya tidak ada hukumselain bersumber kepada Allah. khawrij menganggap Ali telah keluar dari garis Islam. Karena itu orang-orang yang melaksanakan hukum tidak berdasarka Kitab Allah maka ia termasuk orang kafir.
Sebaliknya
golongan kedua Syi’ah (golongan yang tetap setia mendukung Ali sebagai
Khalifah) memberi tanggapan bahwa tidak menutup kemungkinan kepemimpinan
Muawwiyah bertindak salah, karena ia manusia biasa, selain itu golongan Syi’ah
beranggapan bahwa hanya Ali satu-satunya yang berhak menjadi Khalifah.
Mengingat
perdebatan ini tidak titik temunya dan mengakibatkan perundingan Daumatul
Jandal gagal sehingga perdamaian tidak terwujud.
7.
Ali bin Abi Tholib Wafat
Kaum Khawarij tidak lagi mempercayai kebenaran pemimpin-pemimpin Isalam,
dan mereka berpendapat bahwa pangkal kekacauan Islam pada saat itu adalah
karena adanya 3 orang imam, yaitu Ali, Muawwiyah dan Amr.
Kemudian
kaum Khawarij membulatkan tekadnya, “tiga orang imam itu harus dibunuh dalam
satu saat, bila hal itu tercapai umat Islam akan bersatu kembali”. Demikian
tekad mereka. “Saya membunuh Ali”, kata Abdurrahman bin Muljam, “Saya membunuh
Muawwiyah”, sambut Barak bin Abdullah Attamimi, “Dan saya membunuh Amr”,
demikian kesanggupan Amr bin Bakr Attamimi.
Mereka
bersumpah akan melaksanakan pembunuhan pada tanggal 17 Ramadhan 40 H/24 Januari
661 M di waktu subuh. Diantara tiga orang Khawarij tiu. Hanya Ibnu Muljam yang
berhasil membunuh Ali ketika beliau sedang sholat Subuh di Masjid Kufah tetapi
Ibnu Muljam pun tertangkap dan juga dibunuh.
Barak
menikam Muawwiyah mengenai punggungnya, ketika Muawwiyah sedang sholat Subuh di
Masjid Damaskus. Sedang Amr bin Bakr berhasil membunuh wakil imam Amr bin Ash
ketika ia sedang sholat Subuhdi Masjid Fusthat Mesir. Amr bin sendiri tidak
mengimami sholat, sedang sakit perut di rumah kediamannya sehingga ia selamat.
Khalifah Ali
wafat dalam usia 58 tahun, kemudian Hasan bin Ali dinobatkan menjadi Khalifah
yang berkedudukan di Kufah.
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Peradaban Islam pada masa khulafaur Rasyidin tampaknya lebih banyak
dilakukan oleh dua khalifah berikutnya yakni Umar bin Khattab serta Usman bin
Affan karena keduanya memerintah relatif cukup lama dibandingkan Abu Bakar dan
Ali bin Abi Thalib. Sehingga fakta sejarah menunjukkan bahwa zaman Khulafaur Rasyidin
tersebut termasuk kedalam zaman perkembangan Islam yang cemerlang yang ditandai
dengan ekspansi, integrasi, pertumbuhan dan kemajuan yang menunjukkan peradaban
tersendiri dengan segala karakteristiknya.
2.
Saran
Tugas kelompok
ini masih banyak kekurangan dan kesalahan dikarenakan keterbatasan pengetahuan
dan wawasan penyusun . Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik
dari semua pihak yang bersifat membangun guna kesempurnaan tugas kelompok ini.
Atas saran dan kritiknya penyusun ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Drs.Samsul
Munir Amin,MA.2010.Sejarah Peradaban
Islam.Jakarta: Amzah.
0 komentar:
Post a Comment