BAB I
PENDAHULUAN


Pendidikan sebagai institusi formal merupakan lingkungan yang kondusif dalam menumbuhkembangkan potensi kreatif siswa. Agar dapat tercipta kondisi yang demikian, pelaksanaan proses belajar-mengajar sedapat mungkin dipusatkan pada aktivitas belajar siswa yang secara langsung mengalami keterlibatan internal dan emosional dalam proses belajar-mengajar. Pengajaran sastra berusaha mendekatkan siswa kepada sastra, berusaha menumbuhkan rasa peka dan rasa cinta kepada sastra sebagai suatu cipta seni.
Dengan usaha ini, diharapkan pengajaran sastra dapat membantu menumbuhkan keseimbangan antara perkembangan kejiwaan anak, sehingga terbentuk suatu kebulatan pribadi yang utuh. Rahmanto mengemukakan bahwa “Pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat, yaitu: membantu keterampilan membaca, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, serta menunjang pembentukan watak (1998:16).
Pernyataan di atas sejalan dengan GBPP bahasa Indonesia ada bertuliskan: “Siswa mampu menikmati, menghayati, memahami, dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan berbahasa”.


BAB II
PEMBAHASAN
METODE KOMUNIKATIF


A.    PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Pendekatan adalah seperangkat asumsi korelatif yang menengahi hakikat pengajaran dan pembelajaran bahasa.Pendekatan itu bersifat aksiomatik(dapat diterima sebagai kebenaran, tanpa pembuktian), Tarigan (1989:11).
Pendekatan adalah seperangkat asumsi, persepsi, keyakinan dan teori tentang bahasa dan pembelajajan yang menjiwai keseluruhan proses belajar dan berbahasa, Nunan (1990:12). Istilah pendekatan dalam pembelajaran bahasa mengacup ada teori teori tentang hakekat bahasa dan pembelajaran bahasa yang berfungsi sebagai sumber landasan atau prinsip pengajaran bahasa. Pendekatan adalah seperangkat asumsi yang saling berhubungan yang menyangkut sifat bahasa, pengajaran bahasa dan belajar bahasa, Anthony (1963).
Pendekatan merupakan dasar teoretis untuk suatu metode. Asumsi tentang bahasa bermacam-macam, antara lain asumsi yang menganggap bahasa sebagai kebiasaan; ada pula yang menganggap bahasa sebagai suatu sistem komunikasi yang pada dasarnya dilisankan; ada pula yang menganggap bahasa sebagai seperangkat kaidah, norma, danaturan.

B.     MACAM-MACAM PENDEKATAN
1.      Metode Komunikatif
Metode Komunikatif dalam pengajaran bahasa bermula dari suatu teori yang berlandaskan “bahasa sebagai komunikasi”, Tarigan (1989: 280). Pada bagian terdahulu sudah dikemukakan bahwa pandangan tentang bahasa dan pembelajaran bahasa selalu mengalami perubahan, sejalan dengan perkembangan pola pikir masyarakat.Dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa Indonesia, akhir-akhir ini sedang digalakkan penerapan Metode Komunikatif dan pendekatan terpadu.
Metode Komunikatif merupakan pendekatan yang dilandasi oleh pemikiran bahwa kemampuan menggunakan bahasa dalam komunikasi merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa.Tampak bahwa bahasa tidak hanya dipandang sebagai seperangkat kaidah tetapi lebih luas lagi, yakni sebagai sarana untuk berkomunikasi.Ini berarti, bahasa ditempatkan sesuai dengan fungsinya, yaitu fungsi komunikatif. Menurut Littlewood (1981) pemikiran Metode Komunikatif didasarkan pada pemikiran bahwa:
a.       Metode Komunikatif membuka diri bagi pandangan yang lebih luas tentang bahasa. Hal ini terutama menyebabkan orang melihat bahwa bahasa tidak terbatas pada tata bahasa dan kosakata, tetapi juga pada fungsi komunikatif bahasa.
b.      Metode Komunikatif membuka diri bagi pandangan yang luas dalam pembelajaran bahasa. Hal itu menimbulkan kesadaran bahwa mengajarkan bahasa tidak cukup dengan memberikan kepada siswa bagaimana bentuk-bentuk bahasa asing, tetapi siswa harus mampu mengembangkan cara-cara menerapkan bentuk-bentuk itu sesuai dengan fungsi bahasa sebagai sarana komunikasi dalam situasi dan waktu yang tepat. Metode Komunikatif merupakan pendekatan yang dilandasi oleh pemikiran bahwa kemampuan menggunakan bahasa dalam berkomunikasi merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa.
2.      Pendekatan Kognitif
Istilah “pendekatan kognitif” atau “cognitive approaches”, biasa juga disebut dengan “cognitive cole” (Krashen 1986: 132; Steinberg 1986: 192), “kognitif theory” (Stern 1987: 469). Teori atau metode ini telah diinterpretasikan oleh beberapa pakar sebagai “teori terjemahan tata bahasa yang mutakhir, yang telah dimodifikasi”, (Caroll 1966:102).
Kognitif merujuk kepada kegiatan mental seperti berfikir, menganalisis, membentuk konsep, menyelesaikan masalah dan sebagainya. Pendekatan kognitif merupakan pendekatan yang memberi perhatian khusus kepada proses pemikiran individu seperti kemahiran berfikir secara kritis dan kreatif, kemahiran belajar dan motivasi yang dipelopori oleh ahli psikologi Gestalt, Pieget, Vygotsky, Gagne, Bruner dan Ausubel.
3.      Pendekatan Tujuan
Pendekatan tujuan ini dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam setiap kegiatan belajar mengajar, yang harus dipikirkan dan ditetapkan lebih dahulu ialah tujuan yang hendak dicapai. Dengan memperhatikan tujuan yang telah ditetapkan itu dapat ditentukan metode mana yang akan digunakan dan teknik pengajaran yang bagaimana yang diterapkan agar tujuan pembelajaran tersebut dapat dicapai. Jadi, proses belajar mengajar ditentukan oleh tujuan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan itu sendiri.
Pada bagian terdahulu telah disebutkan bahwa kurikulum disusun berdasarkan suatu pendekatan.Seperti kita ketahui, Kurikulum 1975 merupakan kurikulum yang berorientasi pada pendekatan tujuan.Sejalan dengan hal itu, bidang-bidang studi pun orientasinya pada pendekatan tujuan; demikian pula bidang studi Bahasa Indonesia.Oleh karena orientasinya pada tujuan, maka pembelajarannya pun penekanannya pada tercapainya tujuan.
Misalnya, untuk pokok bahasan menulis, tujuan pembelajaran yang ditetapkan ialah "Siswa mampu membuat karangan/cerita berdasarkan pengalaman atau informasi dari bacaan”. Dengan berdasar pada pendekatan tujuan, maka yang penting ialah tercapainya tujuan, yakni siswa memiliki kemampuan mengarang. Adapun mengenai bagaimana proses pembelajarannya, bagaimana metodenya, bagaimana teknik pembelajarannya tidak merupakan masalah penting. Demikian pula kalau yang diajarkan pokok bahasan struktur, dengan tujuan "Siswa memiliki pemahaman mengenai bentuk-bentuk kata bahasa Indonesia".
Tujuan tersebut dapat dicapai melalui pembelajaran morfologi bahasa Indonesia.Penerapan pendekatan tujuan ini sering dikaitkan dengan "cara belajar tuntas". Dengan "cara belajar tuntas", berarti suatu kegiatan belajar mengajar dianggap berhasil apabila sedikitnya 85% dari jumlah siswa yang mengikuti pelajaran itu menguasai minimal 75% dari bahan ajar yang diberikan oleh guru. Penentuan keberhasilan itu didasarkan hasil tes sumatif; jika sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa dapat mengerjakan atau dapat menjawab dengan benar minimal 75% dari soal yang diberikan oleh guru maka pembelajaran dapat dianggap berhasil.
Dari berbagai pengertian dan pendapat di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa pendekatan tujuanmerupakanpendekatan yang menekankan pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
4.      Pendekan Terpadu
Pendekatan pembelajaran terpadu adalah seperangkat asumsi yang berisikan wawasan dan aktifitas berfikir dalam merencanakan pembelajaran dengan memadukan pengetahuan, pengalaman dan keterampilan sebagai area isi kegiatan belajar mengajar.
Pendekatan Integratif atau terpadu adalah rancangan kebijaksanaan pengajaran bahasa dengan menyajikan bahan-bahan pelajaran secara terpadu, yaitu dengan menyatukan,menghubungkanatau mengaitkan bahan pelajaran sehingga tidak ada yang berdiri sendiri atau terpisah-pisah.Pendekatan terpadu terdiri dari dua macam:
a.       Integratif Internal yaitu keterkaitan yang terjadi antar bahan pelajaran itu sendiri, misalnya pada waktu pelajaran bahasa dengan fokus menulis kita bisa mengaitkan dengan membaca dan mendengarkan juga.
b.      Integratif Eksternal yaitu keterkaitan antara bidang studi yang satudengan bidang studi yang lain, misalnya bidang studi bahasa dengan sains dengan tema lingkungan maka kita bisa meminta siswa membuat karangan atau puisi tentang banjir untuk pelajaran bahasanya untuk pelajaran sainsnya kita bisa menghubungkan dengan reboisasi atau bisa juga pencemaran sungai.
5.      Pendekatan Struktural
Pendekatan struktural merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran bahasa, yang dilandasi oleh asumsi bahwa bahasa sebagai seperangkat kaidah, norma, dan aturan. Pendekatan struktural merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran bahasa, yang dilandasi oleh asumsi bahwa bahasa sebagai seperangkat kaidah, norma, dan aturan. Atas dasar anggapan tersebut timbul pemikiran bahwa pembelajaran bahasa harus mengutamakan penguasaan kaidah-kaidah bahasa atau tata bahasa.
Oleh sebab itu, pembelajaran bahasa perlu dititikberatkan pada pengetahuan tentang struktur bahasa yang tercakup dalam fonologi, morfologi, dan sintaksis dalam hal ini pengetahuan tentang pola-pola kalimat, pola kata, dan suku kata menjadi sangat penting.Jelas bahwa aspek kognitif bahasa lebih diutamakan.Di samping kelemahan, pendekatan ini juga memiliki kelebihan. Dengan pedekatan struktural, siswa akan menjadi cermat dalam menyusun kalimat, karena mereka memahami kaidah-kaidahnya.
Misalnya saja, mereka mungkin tidak akan membuat kesalahan seperti di bawah ini. "Bajunya anak itu baru"."Di sekolahan kami mengadakan pertandingan sepak bola"."Anak-anak itu lari-lari di halaman". Pendekatan struktural merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran bahasa, yang dilandasi oleh asumsi bahwa bahasa sebagai seperangkat kaidah, norma, dan aturan.

C.    METODE KOMUNIKATIF
Istilah Metode Komunikatif dalam pembelajaran bahasa diilhami oleh suatu teori yang memandang bahasa sebagai alat berkomunikasi. Berdasarkan teori tersebut, maka tujuan pembelajaran bahasa dirumuskan sebagai ikhtisar untuk mengembangkan kemampuan yang oleh Hymes (11972).
Selanjutnya, untuk memahami hakikat Metode Komunikatif, menurut Syafi’ie (1998) ada delapan hal yang perlu diperhatikan, diantaranya adalah sebagai berikut:

1.      Teori Bahasa
Metode Komunikatif berdasarkan pada teori bahasa yang menyatakan bahwa pada hakikatnya bahasa itu merupakan suatu sistem untuk mengekspresikan makna. Teori ini lebih memberi tekanan pada dimensi semantik dan komunikatif. Oleh karena itu, dalam pembelajaran bahasa yang berdasarkan Metode Komunikatif yang perlu ditonjolkan ialah interaksi dan komunikasi bahasa, bukan pengetahuan tentang bahasa.
2.      Teori Belajar
Pembelajar dituntut untuk melaksanakan tugas-tugas yang bermakna dan dituntut untuk menggunakan bahasa yang dipelajarinya. Teori belajar yang cocok untuk pendekatan ini ialah teori pemerolehan bahasa kedua secara alami. Teori ini beranggapan bahwa proses belajar bahasa lebih efektif apabila bahasa diajarkan secara informal melalui komunikasi langsung di dalam bahasa yang sedang dipelajari.
3.      Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai berdasarkan Metode Komunikatif merupakan tujuan yang lebih mencerminkan kebutuhan siswa iaitu kebutuhan berkomunikasi, maka tujuan umum pembelajaran bahasa ialah mengembangkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi (kompetensi dan performansi).


4.      Silabus
Silabus disusun searah dengan tujuan pembelajaran, yang harus dipehatikan ialah kebutuhan para pembelajar. Tujuan-tujuan yang dirumuskan dan materi yang diilih harus sesuai dengan kebutuhan siswa.
5.      Tipe Kegiatan
Tipe kegiatan komunikasi dapat berupa kegiatan tukar informasi, negosiasi makna, atau kegiatan berinteraksi.
6.      Peranan Guru
Guru berperan sebagai fasilitator, konselor, dan manajer proses belajar.
7.      Peranan Siswa
Peranan siswa sebagai pemberi dan penerima, sebagai negosiator dan interaktor. Di samping itu, pelatihan yang langsung dapat mengembangkan kompetensi komunikatif pembelajar. Dengan demikian, siswa tidak hanya menguasai struktur bahasa, tetapi menguasai pula bentuk dan maknanya dalam kaitan dengan konteks pemakaiannya.
8.      Peranan Materi
Materi disusun dan disajikan dalam peranan sebagai pendukung usaha meningkatkan kemahiran berbahasa dalam tindak komunikasi yang nyata. Materi berfungsi sebagai sarana yang sangat penting dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

BAB III
KESIMPULAN


Dari pembahasan makalah diatas, maka dapat kami simpulkan bahwa Pendidikan sebagai institusi formal merupakan lingkungan yang kondusif dalam menumbuhkembangkan potensi kreatif siswa. Agar dapat tercipta kondisi yang demikian, pelaksanaan proses belajar-mengajar sedapat mungkin dipusatkan pada aktivitas belajar siswa yang secara langsung mengalami keterlibatan internal dan emosional dalam proses belajar-mengajar. Pengajaran sastra berusaha mendekatkan siswa kepada sastra, berusaha menumbuhkan rasa peka dan rasa cinta kepada sastra sebagai suatu cipta seni.
Metode Komunikatif dalam pembelajaran bahasa diilhami oleh suatu teori yang memandang bahasa sebagai alat berkomunikasi. Berdasarkan teori tersebut, maka tujuan pembelajaran bahasa dirumuskan sebagai ikhtisar untuk mengembangkan kemampuan yang oleh Hymes.



DAFTAR PUSTAKA



Hapipudin Sarma, 2012. Bahan Ajar Pembinaan Dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa San Sastra Indonesia. Cirebon: Universitas Muhammadiyah Cirebon.

Pranowo. 1996. Analisis Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Tarigan, Henri Guntur. 1989. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.



1 komentar:

Unknown said... 6 December 2013 at 21:50

terimakasih postingannya,, sangat bermanfaat. semoga semangat menulis tak pernah surut..
Fighting :)

 
Top