BAB I
PENDAHULUAN
Metodologi
pengajaran bahasa mengalami perkembangan terus-menerus seiring dengan
perkembangan yang terjadi pada disiplin ilmu bahasa. Lebih dari itu,
hasil-hasil penelitian dalam bidang pengajaran bahasa itu sendiri juga
memberikan kontribusi kepada lahirnya pendekatan dan metode baru dalam
pengajaran bahasa. Harus diakui bahwa
sebagian besar dari perkembangan tersebut terjadi pada pengajaran bahasa
Inggris yang merupakan bahasa dunia paling penting dewasa ini.
Sedangkan
pengajaran bahasa Arab lebih banyak berperan sebagai pengadopsi sehingga
seringkali tertinggal satu langkah dibelakang pengajaran bahasa Arab di
Indonesia kurang memiliki akses kelembaga-lembaga ilmiah di timur tengah.
Daripada itu, kami menyusun makalah yang berjudul “Metodologi Pengajaran Bahasa
Arab” agar bisa menjadi pedoman dan bisa menjadikan tambah wawasan dan ilmu
kita semua yang mana sudah kami ringkas materi-materinya didalam makalah ini
sebagai tugas kelompok dalam mata kuliah Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab.
BAB II
PEMBAHASAN
METODOLOGI PENGAJARAN BAHASA
A.
PENGERTIAN PENDEKATAN, METODE DAN TEKNIK
Dalam
pengajaran bahasa ada tiga istilah yang perlu dipahami pengertian dan konsepnya
secara tepat, yakni pendekatan, metode dan teknik. Edward Anthony (1963)
menjelaskan konsep ketiga istilah tersebut sebagai berikut:
1.
Pendekatan
adalah seperangkat asumsi berkenaan dengan hakekat bahasa, dan belajar mengajar
bahasa.
2.
Metode adalah
rencana menyeluruh penyajian bahasa secara sistematis berdasarkan pendekatan
yang ditentukan.
3.
Sedangkan teknik
adalah kegiatan spesifik yang diimplementasikan dalam kelas, selaras dengan
metode dan pendekatan yang telah dipilih.
Dengan demikian,
pendekatan bersifat aksiomatis, metode bersifat procedural, dan teknik bersifat
operasional. Pada kenyataanya, istilah metode dan pendekatan sering digunakan
secara bergantian untuk mengungkapkan maksud yang sama sehingga terkesan adanya
kerancuan. Sebagai missal kita mengenal sebutan “metode gramatika, metode
langsung, dan metode membaca” tapi tidak pernah dikenal istilah untuk
pendekatannya. Sebaliknya kita mengenal “pendekatan aural-oral dan pendekatan
komunikatif” tapi tidak pernah dikenal istilah untuk metodenya. Padahal ketika
disebut “metode” pasti dibaliknya terdapat pendekatan atau asumsi yang menjadi
landasanya, dan ketika disebut “pendekatan” pasti harus tergambar pula metode
atau rancangan materi dan penyajiannya.[1]
B.
RUANG
LINGKUP DAN TUJUAN METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB
1.
Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Arab
a. Bercakap-cakap
(Muhadasah)
Metode muhadasah
yaitu cara menyajikan bahan pelajaran bahasa Arab melalui percakapan, dalam
percakapan itu dapat terjadi antara murid dan guru dan antara murid dengan
murid, sambil menambah dan terus memperkaya perbendaharaan kata-kata yang semakin
banyak. Kalau diperhatikan lebih jauh, anak kecil belajar bahasa ibunya memang
dimulai dengan percakapan ini, mula-mula ia ucapkan kata-kata yang diajarkan
oleh ibunya meskipun tidak langsung ia pahami atau dimengerti, setelah agak
lancar mulai ia menyusun kata-kata dan akhirnya lama-kelamaan menjadi mahir dan
paham berbicara yang ia ucapkan itu.
b. Muthola’ah
(membaca)
Metode
Muthala’ah yaitu cara menyajikan pelajaran dengan cara membaca baik membaca
dengan bersuara meupun membaca dalam hati.
Melalui metode
Mutholaah ini, diharapkan anak didik dapat mengucapkan lafat dan kata-kata dan
kalimat dalam bahasa Arab yang fsih, lancar dan benar. Tidak sembarang baca,
akan tetapi memperhatikan tanda-tanda baca, tebal-tipisnya bacaan. Sebab, salah
dalam mengucapkan tanda baca, akan berakibat kesalahan arti yang dimaksud.
c. Imla’
(dikte)
Metode Imla’
disebut juga metode dikte, Tu metode menulis. Dimana guru membacakan acara
pelajaran, dengan menyuruh siswa untuk menulis di buku tulis. Dan Imla’ dapat
pulla berlaku, dimana guru menuliskan materi pelajaran Imla’ di papan tulis,
dan setelah selesai diperlihatkan kepada siswa. Maka materi Imla’ tersebut
dihapus dan menyuruh siswa untuk menuliskannya kembali di buku tulisnya.
d. Insya’
(mengarang)
Metode Insya’
yaitu cara menyajikan bahan pelajaran dengan cara menyuruh siswa mengarang
dalam bahasa Arab, untuk mengungkapkan isi hati, pikiran dan pengalaman yang
dimilikinya. Melalui metode ini diharapkan anak didik dapat mengembangkan daya
imajinasi secara kreatif dan produktif sehingga berpikirnya menjadi berkembang
dan tidak statis.
e. Mahfudzat
(menghafal)
Metode
mengahafal yakni cara menyajikan materi pelajaran bahasa Arab dengan jalan
menyuruh siswa untuk menghafal kalimat-kalimat berupa; syair, cerita, kata-kata
hikmah dan lain lain yang menarik hati. Pada umumnya belajar menghafal
syair-syair, kata-kata hikmahndalam bahasa Arab, sangat digemari oleh anak
didik. Terutama pada tingkat ibtidaiyah dan Tsanawiyah, apalagi materi
menghafal menarik dan menyentuh perasaan anak didik.
f. Qawa’id
(nahwu saraf)
Pada umumnya
banyak orang Islam menyangka bahwa bahasa Arab itu disamkan dengan Nahwu Saraf,
lalu mereka membayangkan bahwa kalau begitu belajar bahasa Arab itu sukar,
sulit dan memusingkan otak saraf. Kesan bahwa bahasa Arab itu sukar, sulit dan
memusingkan kepala adalah banyak disebabkan dari kesalahan metode dalam
mengajar. Sistem dan metode pengajaran lama, terlalu menitikberatkan dan
mengutamakan Nahwu saraf dari pada Ta’bir (percakapan), Muthala’ah (membaca),
dan Imla’ (menulis).
2.
Tujuan Pembelajaran Bahasa Arab
Tujuan
pengajaran bahasa Arab menentukan approach, metode dan teknik pengajaran bahasa
itu. Dengan lain perkataan approach, ,etode dan teknok mempunyai hubungan yang
erat sekali dengan tujuan pengajaran bahasa. Oleh karena itu tujuan pengajaran
suatu bahasa haruslah dirumuskan sedemikian rupa agar arah yang dituju tepat
mengenai sasaran.
Pengajaran
bahasa Arab diarahkan kepada pencapaian tujuan yakni tujuan jangka panjang
(tujuan umum), dan tujuan jangka pendek (tujuan khusus). Dalam tujuan khusus
adalah merupakan penjabaran dari tujuan umum, karena tujuan umum itu sulit
dicapai tanpa dijabarkan secara operasional dan spesifik. Pada tujuan umum
bahasa bahasa Arab ditujukan pada pencapaian tujuan:
1. Agar
siswa dapat memahami al-Quran dan al-Hadits sumber hukum Islam dan ajaran.
2. Dapat
memahami dan mengerti buku-buku agama dan kebudayaan Islam yang ditulis dalam
bahasa Arab.
3. Supaya
pandai berbicara dan mengarang dalam bahasa Arab.
4. untuk
digunakan sebagai alat pembantu keahlian lain (suplementary).
5. Untuk
membina ahli bahasa Arab, yakni benar-benar profesional.[2]
Oleh
karena tujuan di atas masih sangat umum dan masih mengambang, maka perlu
dijabarkan lagi secara khusus agar tujuan umum tadi dapat tercapai. Sehingga
akan ada tujuan khusus Muhadasah (bercakap-cakap), tujuan khusus Muthalaah
(membaca), tujuan khusus Imla’ (dikte), tujuan khusus Insya’ (mengarang),
tujuan khusus Qawaid (nahwu saraf), yang ini akan kita bicarakan di waktu
membicarakan macam-macam metode pengajaran bahasa Arab.
Langkah-langkah
dalam proses belajar mengajar bahasa Arab di atas merupakan salah satu upaya
dalam rangka untuk mencapai tujuan pengajaran bahasa Arab.
C.
DASAR-DASAR TEORITIS PENGAJARAN BAHASA
Sebagaimana
disebutkan dimuka, pengembangan metode pengajaran dibangun diatas landasan
teori-teori ilmu jiwa (psikologi) dan ilmu bahasa (linguistic). Psikologi
menguraikan tentang bagaimana belajar sesuatu. Sedangkan linguistic memberikan
informasi tentang seluk-beluk bahasa. Informasi dari keduanya, diramu menjadi
suatu cara atau metode yang memudahkan proses belajar-mengajar, untuk mencapai
tujuan tertentu. Pada bagian ini, akan diuraikan secara singkat teori-teori
dalam kedua bidang ilmu tersebut dalam hubungannya dengan belajar dan mengajar
bahasa.[3]
1.
Teori-teori Ilmu
Jiwa
Para
ahli psikologi pembelajaran sepakat bahwa dalam proses belajar mengajar terdapat unsur internal dan
eksternal. Internal adalah bakat, minat, kemauan, dan pengalaman terdahulu
dalam diri pembelajar, sedangkan eksternal adalah lingkungan, guru, buku teks,
dan sebagainya. [4] yang menjadi pokok
perselisihan adalah jawaban terhadap pertanyaan “unsur manakah yang menjadi
factor dominan atau paling besar pengaruhnya dalam proses pembelajaran?”
jawaban pertanyaan ini bisa ditelusuri melalui dua mazhab psikologi, yakni
mazhab behaviorisme dan mazhab cognitive.
Secara
singkat akan kami jelaskan kedua mazhab tersebut sebagai berikut:
a.
Mazhab
Behaviorisme
Pelopor
mazhab ini adalah ilmuan Rusia Pavlov (1849-1939) yang termasyhur dengan
teorinya yang menghubungkan stimulus primer (makanan) dan stimulus skunder
(nyala lampu dan bunyi lonceng) dengan respon (keluarnya air liur) anjing yang
dijadikan sebagai hewan percobaanya. Berdasarkan penelitian Pavlov, air liur
anjing mengalir pada saat lampu menyala meskipun tanpa ada makanan.
Dari
paparan tersebut diatas, maka tampak jelas bahwa yang menjadi perhatian utama
para penganut mazhab Behaviorisme dalam pembelajaran adalah factor-faktor
eksternal dan bahwa merekayasa lingkungan pembelajaran adalah cara yang efektif
untuk mencapai tujuan.[5]
b.
Mazhab cognitive
Bertolak
belakang dengan mazhab Behaviorisme yang menekankan pentingnya stimulus
eksternal dalam pembelajaran mazhab cognitive, menegaskan pentingnya keaktifan
pembelajaran. Pembelajaranlah yang mengatur dan menekankan proses pembelajaran.
Lingkungan bukanlah penentu awal dan akhir positif atau negative hasil belajar.
2.
Teori-teori Ilmu
Bahasa
Perbedaan
dalam cara atau metode mengajarkan bahasa dipengaruhi pula oleh perbedaan pandangan terhadap hakekat
bahasa dan perbedaan dalam cara menganalisis dan mendeskripsikan bahasa. Pada
bagian ini akan dikemukakan dua aliran paling penting saat ini dalam ilmu
bahasa, yaitu aliran structural dan aliran transformasi generative.[6]
a.
Aliran
Struktural
Beberapa teori
tentang bahasa menurut aliran mazhab ini dapat disebutkan antara lain:
1)
Bahasa itu
pertama-tama adalah ujaran (lisan)
2)
Kemampuan
berbahasa diperoleh melalui kebiasaan yang ditunjang dengan latihan dan
penguatan
3)
Setiap sistemnya
sendiri yang berbeda dari bahasa lain
digunakan untuk menganalisis bahsa lainya
b.
Aliran Generatif-Transformasi
Tata
bahasa Generatif-Transformasi membedakan dua struktur bahasa, yaitu struktur
luar dan struktur dalam. Bentuk ujaran yang diucapakn atau ditulis oleh penutur
adalah struktur luar yang merupakan manifestasi dari struktur dalam. Ujaran itu
bisa berbeda bentuk dengan struktur dalamnya, tetapi pengertian yang dikandung
sama. Struktur luar bisa saja memiliki bentuk yang sama dengan struktur
dalamnya, tetapi tidak selalu demikian.
Sejalan
dengan itu, Chomsky membagi kemampuan berbahasa menjadi dua, yakni kompetensi
dan performansi. Kompetensi adalah kemampuan ideal yang dimiliki oleh seseorang
penutur. Kompetensi menggambarkan pengetahuan tntang system bahasa yang
sempurna, yaitu pengetahuan tentang system kalimat (sintaks), system kata
(morfologi), system bunyi (fonologi), dan system makna (semantic).
Sedangkan
performansi adalah ujaran-ujaran yagn bisa didengar atau dibaca, yang merupakan
tuturan seseorang apa adanya tanpa dibuat-buat. Oleh karena itu, performansi
bisa saja tidak sempurna, dan oleh karena itu pula menurut Chomsky, suatu tata
bahasa hendaknya memberikank kompetensi dan bukan performansi.[7]
D.
PENDEKATAN
PEMBELAJARAN BAHASA ARAB
1. Definisi
Pendekatan
Pendekatan
adalah seperangakat asumsi-asumsi yang antara satu dan lainnya saling terkait.
Asumsi-asumsi ini sangat berhubungan dengan karakter bahasa dan karakter proses
pengajaran serta pembelajarannya.
2.
Macam-Macam Pendekatan
-
Pendeketan Analisis dan Non analisis
Pendekatan Analisis adalah
pendekatan yang didasarkan pada seperangkat ungkapan-ungkapan dan asumsi-asumsi
kebahasaan dan sosiolinguistics. Pendekatan ini didasarkan pada kajian-kajian
ilmu social kabahasaan, semantik, proses bicara (speech art).
Pendekatan Non Analisis adalah
pendekatan yang didasarkan pada konsep psycholinguistics dan konsep pendidikan
bukan pada konsep kebahasaan. Pengajaran ini berlangsung dalam situasi
kehidupan alami dan difokuskan pada pemenuhan kesempatan pemerolehan bahasa
bukan pembelajarannya.
-
Pendekatan Komunikatif
Pendekatan Komunikatif adalah
pengajaran bahasa secara komunikatif, artinya pengajaran yang dilandasi oleh
teori komunikatif atau fungsi bahasa.
-
Pendekatan all-in-One System
Pendekatan all-in-One system adalah
pendekatan yang menghendaki pengajaran bahasa Arab sebagai sebuah sistem,
materi-materi pelajaran bahasa Arab tidak diajarkan sevcara terpisah tetapi
harus diajarkan secara terkait, baik membaca, mendengar, berbicara, maupun menulis.
-
Pendekatan Aural-Oral
Aural adalah menimbulkan daya
tangkap pelajar terhadap bahasa yang didengar. Oral mengandung makna adanya
kemampuan berbahas secara lisan.
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah diatas, maka dapat kami
simpulkan bahwa pengajaran bahasa Arab lebih banyak berperan sebagai pengadopsi
sehingga seringkali tertinggal satu langkah dibelakang pengajaran bahasa Arab
di Indonesia kurang memiliki akses kelembaga-lembaga ilmiah di timur tengah. Tujuan
pengajaran bahasa Arab menentukan approach, metode dan teknik pengajaran bahasa
itu. Dengan lain perkataan approach, ,etode dan teknok mempunyai hubungan yang
erat sekali dengan tujuan pengajaran bahasa. Oleh karena itu tujuan pengajaran
suatu bahasa haruslah dirumuskan sedemikian rupa agar arah yang dituju tepat
mengenai sasaran.
Pengajaran bahasa Arab
diarahkan kepada pencapaian tujuan yakni tujuan jangka panjang (tujuan umum),
dan tujuan jangka pendek (tujuan khusus). Dalam tujuan khusus adalah merupakan
penjabaran dari tujuan umum, karena tujuan umum itu sulit dicapai tanpa
dijabarkan secara operasional dan spesifik.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Fuad Effendy,
2005. Metodologi Pengajaran Bahasa
Arab, Malang: Misyat.
Henry Guntur Tarigan, 1990, Pengajaran
Kompetensi Bahasa, Bandung:Angkasa Bandung.
0 komentar:
Post a Comment