BAB
I
PENDAHULUAN
Istighostah
adalah
mashdar (pokok kata) dari kata kerja استغاث
– يستغيث yang artinya
adalah: طلب الغيث yaitu meminta pertolongan. Adapun istighostah menurut
ahli nahwu adalah " نداء يخلص من شدة أ و يعين على
دفع بلية " yaitu: menyeru
orang yang dapat melenyapkan kesulitan dan menolong oarang untuk menghilangkan
mara bahaya.
Berkata
Syeihkul Islam Ibnu Taimiah: " Istigshostah
adalah meminta pertolongan, dalam rangka untuk menghilangkan musibah atau
bencana." Seperti istinshor { meminta pertolongan}untuk di
menangkan, dan kata isti'anah ( yang berma'na tholubul 'Auni (meminta
pertolongan). Maka daripada itu, disini kami akan mencoba menjelaskan mengenai
Istighosyah yang sudah kami rangkum sedemikian rupa agar mudah untuk dimengerti.
BAB
II
PEMBAHASAN
TRADISI
ISTIGHOSYAH
A.
DEFINISI
ISTIGHOSYAH DAN DOA
Istighostah
adalah
mashdar ( pokok kata ) dari kata kerja استغاث
– يستغيث yang artinya
adalah: طلب الغيث yaitu meminta pertolongan. Adapun istighostah menurut
ahli nahwu adalah " نداء يخلص من شدة أ و يعين على
دفع بلية " yaitu:
menyeru orang yang dapat melenyapkan kesulitan dan menolong oarang untuk
menghilangkan mara bahaya.
Berkata
Syeihkul Islam Ibnu Taimiah: " Istigshostah
adalah meminta pertolongan, dalam rangka untuk menghilangkan musibah atau
bencana." Seperti istinshor { meminta pertolongan}untuk di
menangkan, dan kata isti'anah ( yang berma'na tholubul 'Auni (meminta
pertolongan).
Adapun
do'a adalah pokok kata dari kata kerja دعا يدعو yang artinya, طلب حضار إ yaitu
" memohon kehadiran " dan di sebutkan pula bahwa do'a adalah
" ما يدعى به من الله yaitu apa-apa yang di gunakan untuk menyeru Allah
berupa perkataan. Ini adalah do'a secara bahasa, adapun secara istilah adalah
sebagaimana yang di katakan syekh ustaimin " طلب
ما ينفع أ و طلب ما د فع ما يضر
"yaitu memohon sesuatu yang bermanfaat serta memohon untuk menolak
sesuatu yang bermadharat ".
B.
PERBEDAAN
ISTIGHOSYAH DENGAN DOA
Perbedaan
antara istighostah dan do'a adalah : istighostah tidak lain dalam rangka untuk
di selamatkan dari suatu musibah, sedangkan do'a maknanya lebih umum, sebab itu
dia mencakup permohonan dari suatu musibah atau untuk selainnya, bentuk 'athaf
(aneksasi) kata doa dalam kalimat (أ و يد عو ) terhadap kata istighostah dalam
kalimat أ ن يستغيث adalah merupakan athof yang bersifat umum kepada yang
bersifat khusus.
Jadi,
antara keduanya terdapat makna umum dan khusus yang muthlak, keduanya bertemu
dalam satu titik namun kata do'a lebih umum, artinya setiap istighostah
adalah do'a dan bukan setiap do'a adalah istighostah.
C.
MACAM-MACAM
DOA DAN ISTIGHOSYAH
Para
ulama membagi do'a menjadi dua bagian diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Do'a ibadah: serti sholat, puasa dan
ibadah yang lain, ketiak sesorang melaksanakan sholat atau puasa sebanarnya ia
telah begdo'a dan meminta kepada Allah ampunan dan menjauhakan dirinya dari
adzab. Baeangsaipa memalingkannya untuk selain Allah maka ia telah berbaut
syirik secara muthlaq, bersabda nabi sallallahu 'alaihi wasallam "
sesungguhnya do'a adalah ibadah ".
2.
Do'a masalah: dalam hal ini terdapat
perincian (tidak sama di hukumi syirik) . barangsiapa meminta pertolongan
pada makhluk atau sesuatu yang ia mampu untuk mengerjakannya, maka hal ini
tidak termasuk syirik, contohnya seseorang yang meminta minum kepada saudaranya
yang memiliki air atau seseorang meminta pertolongan kepada temannya dari hewan
buas dan yang semisalnya. Bersabda nabi sallallahu 'alaihi wasallam : "
Siapa saja yang menyeru kepada kalian maka penuhilah seruannya ". (HR Abu
Daud di shohihkan oleh Al bani dalam al jami' 6021) belau juga bersabda: "
Apabila ada orang yang menyerumu maka penuhilah (HR Muslim)
3.
Berkata sykeh islam ibnu taimiah : "
setiap do'a ibadah lazim ( pasti ) mengandung do'a masalah, dan setiap do'a
masalah mengandung do'a ibadah, Allah berfirman, dalam Al-Qur’an yang berbunyi
sebagai berikut:
Artinya: “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah
diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas.” (Q.S. Al-A’raaf: 55).
Ayat tersebut mengandung do'a ibadah,
karena orang yang meminta itu mengikhlaskan permintaannya kepada Allah. Hal itu
merupakan ibadah yang paling utama, demikian pula halnya dengan orang yang
berdzikir (ingat ) kepada Allah, orang yang membaca Al Qur'an dan
sebagainya dan bisa di katakan juga sebagai orang yang beribadah kepada Allah
di tinjau dari sisi makna, karenanya ia di sebut sebagai orang yang berdo'a
sekaligus sebagai penghamba. (di nukil dari fathul majid syarah kitab tauhid
syekh abdurrahman bin hasan 200-201).
Sedangkan Istighosah di bagi
menjadi tiga macam diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Yang
di perintahkan: yaitu istighostah kepada Allah ta'ala: adapun dalil yang
menunnjukkan hal itu adalah firman Allah: " katakanlah: terangkan kepadaku
jika datang siksaan Allah kepadamu, atau datang kepada kamu hari kiamat
apakah kamu menyeru sembahan lain selain Allah jika kamu orang-orang yang benar
! ( tidak ) hanya dialah yang kamu seru maka dia menghilangkan
bahaya yang karenanya kamu meninggalkan sembahan-semabahanmu yang kamu
sekutukan dengan Allah ". (al an'am 40-41).
Dan firmannya:
" (ingatlah ) ketika kamu memohon pertolongan pada Allah lalu di
perkenankannya bagimu: " sesungguhnya aku mendatangkan bala
bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang beturut-turut." ( al anfal 9
).
2. Istrighostah
yang di perbolehkan : yaitu istighostah ( meminta bantuan) kepada seseorang
yang mempunyai sifat hayyun (hidup), hadir (ada di hadapan),
qodir (mampu) Allah berfirman:
Artinya: “Dan Musa
masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah, Maka didapatinya di
dalam kota itu dua orang laki-laki yang ber- kelahi; yang seorang dari
golongannya (Bani Israil) dan seorang (lagi) dari musuhnya (kaum Fir'aun). Maka
orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan
orang yang dari musuhnya lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Musa
berkata: "Ini adalah perbuatan syaitan Sesungguhnya syaitan itu adalah
musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya).” (Q.S. Al-Qashash: 15).
Ayat ini berkenaan dengan orang
berada di bani isroil yang beristighostah kepada musa untuk
mengalahkan musuhnya dari fir'aun. Maka beristighostah kepada orang
yang sudah meninggal, yang ghoib ( jin dan lain sebagainya atau manusia tiada
di hadapannya ) ataupun orang yang tidak mempunyai kamampuan, seperti
menurunkan hujan dan lain-lain. Ini adalah syirik besar. Do'a adalah ibadah
sedangkan istighostah adalah lebih khusus daripada do'a, dan memalingkan do'a
kepada selain Allah seperti istighostah, dia adalah musyrik. Orang musyrik tidak akan di
ampuni selama tidak bertaubat pada Allah ta'la dengan taubat nashuha.
3. Istighostah
yang dilarang. Yaitu istighostah kepada selain Allah yang tidak mempunyai sifat
hayyun (hidup) hadir dan qadir (mampu) hukum
berdo'a dan beristighostah kepada selain Allah. Do'a adalah ibadah, begitupula
dengan istighostah, karena istighostah adalah sejenis dengan do'a walaupun
dengan makna yang lain lebih khusus, perbedaan antara istighostah dengan
do'a adalah: istighostah tidak lain dalam rangka meminta di
selamatkan dari suatu musibah, sedangkan do'a makananya lebih umum, sebab itu
mencakup permohonan selamat dari musibah atau untuk selainnya. Bentuk 'athof
( aneksasi ) kata do'a dalam kalimat أ و يد عو terhadap kata istighostah
dalam kalimat أن يستغيث merupakan 'athof dari yang bersifat umum
kepada yang bersifat khusus. Jadi antara keduanya terdapat makan umum dan makna
khusus yang muthlak, artinya setiap istighostah adalah do'a dan bukan
setiap do'a adalah istighostah.
Setip
perkara yang di syari'atkan dan di perintahkan o;eh Allah bagi hamba-hambanya
pelaksanannya adalah ibadah. Karenanya, jika ibadah tersebut di alihkan kepada
selain Allah maka di adalah seorang yang musyrik. Allah berfirman : "
katakanlah hanya kepada Allah saja yang aku sembah dengan memurnikan
ketaatan kepadanya dalam (menjalankan) agamaku. (Az zumar: 14).
Ibnu Qayyim berkata di antara jenis-jenis kesyirikan
adalah mengadukan keperluan-keperluannya kepada orang-orang yang sudah
meninggal dunia, meminta pertolongan dan mengarahkan tujuan pada
mereka, inilah asal terjadi keysirikan di dunia, sebab orang yang sudak
meninggal sudah terputus amalnya, dan sudah tidak memiliki manfaat dan madharat
pada dirinya sendir.
BAB
III
KESIMPULAN
Dari
pembahasan makalah diatas, maka dapat kami simpulkan bahwa Istighostah adalah
mashdar ( pokok kata ) dari kata kerja استغاث
– يستغيث yang artinya
adalah: طلب الغيث yaitu meminta pertolongan. Adapun istighostah menurut
ahli nahwu adalah " نداء يخلص من شدة أ و يعين على
دفع بلية " yaitu:
menyeru orang yang dapat melenyapkan kesulitan dan menolong oarang untuk
menghilangkan mara bahaya.
Berkata Syeihkul
Islam Ibnu Taimiah: " Istigshostah
adalah meminta pertolongan, dalam rangka untuk menghilangkan musibah atau
bencana." Seperti istinshor (meminta pertolongan}untuk di
menangkan, dan kata isti'anah ( yang berma'na tholubul 'Auni (meminta
pertolongan).
DAFTAR
PUSTAKA
0 komentar:
Post a Comment