BAB I
PENDAHULUAN
Melihat tugas dan
fungsi kependidikan, seperti telah disebutkan dalam bab sebelumnya, jelas menunjukan bahwa tugas dan fungsi
tersebut bisa berbeda dan berubah-ubah menurut tuntutan hidup manusia atau
masyarakat. Pada masa abad-abad permulaan berdirinya sistem pendidikan
kalsikal, tugas kependidikan adalah mencerdaskan daya pikir (intelek) manusia dengan melalui mata
pelajaran menulis, membaca dan berhitung.
Dari latar belakang
diatas, maka disini penulis akan
menjelaskan suatu masalah yang berjudul Manusia dan Proses Kependidikan yang
mana makalah tersebut sudah kami rangkum sedemikian rupa agar mudah untuk
dipahami dan mudah untuk dimengerti.
BAB II
PEMBAHASAN
MANUSIA DAN PROSES KEPENDIDIKAN
A. TUGAS
KEPENDIDIKAN
Adapun tugas dari kependidikan adalah mencerdaskan
daya pikir (intelektual) manusia dengan melalui mata pelajaran menulis, membaca
dan berhitung atau terkenal dengan 3 R’s (Writing,
reading, and arithmatic).[1]
Akan tetapi, sesuai dengan perkembangan tuntutan hidup manusia maka tugas
tersebut semakin bertambah dan meluas, yaitu kecuali mencerdaskan otak, yagn
terdapat didalam kepala juga mendidik akhlak atau moralitas yang berkembang dari
dalam hati atau dada.
Oleh karena itu, semakin meningkatnya rising demands[2]
maka akhirnya manusia ingin pula mendidik kecekatan atau keterampilan tangan
untuk bekerja terampil. Keterampilan tersebut pada prinsipnya terletak pada
kemampuan tangan manusia. Pada akhirnya proses pendidikan itu berlangsung pada
titik kemampuan berkembangnya tiga hal yaitu head, heart, and hand (3 H’s). Mungkin pada masa selanjutnya,
sasaran pokok proses kependidikan tersebut masih mengalami perubahan atau
penambahan lagi.[3]
B. PROSES
KEPENDIDIKAN
Manusia mengalami proses kependidikan yang
bersasaran pokok pada 3 H terus berlangsung sampai mendekati waktu ajalnya
(sakaratul maut). Proses kependidikan adalah long life education yang dilihat dari segi kehidupan masyarakat
dapat dikatakan sebagai suatu proses yang tanpa akhir.[4]
Adapun proses tersebut akan menuju kepada dua arah.
Diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Menyeleksi
bakat dan kemampuan apa saja yang dimiliki oleh manusia untuk selanjutnya
dikembangkan melalui proses kependidikan
2.
Menyeleksi
sampai dimanakah kemampuan manusia dapat dikembangkan guna melaksanakan tugas
hidupnya dalam hidup bermasyarakat.[5]
Dengan demikian,
dapat diketahui dan diramalkan titik maksimal perkembangan yang akan menjadikan
anak survive dalam masyarakat yang senantiasa berkembang. Dengan kata lain,
proses kependidikan bagi manusia adalah usaha yang sistematis dan berencana untuk
menyeleksi kemampuan belajar manusia agar dapat berkembang sampai pada titik
potensi kapabilitasnya semaksimal mungkin, melalui prosos belajar mengajar.
C. MANUSIA
DALAM PROSES KEPENDIDIKAN
Dari segi sosial psikologis, manusia dalam proses
pendidikan juga dapat dipandang sebagai makhluk yang sedang tumbuh dan
berkembang dalam proses komunikasi antara individualitasnya dengan orang lain
atau lingkungan sekitarnya. Dalam proses ini dapat membawanya kearah
pengembangan sosialitas dan kemampuan moralitasnya (rasa kesusilaanya).
Pada proses tersebut terjadilah suatu pertumbuhan
atau perkembangan secara dialektis atau secara interaksional antara individualitas
dan sosialitas serta lingkungan sekitarnya. Sehingga terbentuklah suatu proses
biologis, psikologis, dan sosiologis sekaligus dalam waktu bersamaan yang dapat
dirumuskan sebagai suatu rangkaian faktor-faktoe sebagai berikut:[6]
Faktor kemampuan dasar x faktor lingkungan x waktu
adalah sautu tingkat perkembangan manusia. Dalam hubungannya dengan proses
kependidikan yang berlaku bagi manusia itu, menurut ajaran Islam dipandang
sebagai suatu perkembangan alamiah manusia, yaitu suatu proses yang harus
terjadi terhadap diri manusia itu sendiri. Oleh karena itu, merupakan pola
perkembangan hidupnya yang telah ditentukan oleh Allah atau dikatakan sebagai sunnatullah. Firman Allah dibawah ini
dapat dijadikan pandangan dasar yaitu:
Artinya: “Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan
segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan
segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami
bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain.
Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.” (Q.S. Al-Mu’minuun:
12-14).[7]
Ayat diatas, menunjukan
bagaiman manusia berproses dalam pertumbuhan biologisnya sejak alam periode
pranatal, hingga menjadi bentuk manusia yang sempurna ini. Proses demikian
adalah dilihat dari segi biologis, merupakan suatu yang alamiah sesuai dengan prinsip-prinsip
ilmu biologi modern sekarang.
BAB III
KESIMPULAN
Dalam
pembahasan makalah diatas, maka dapat kami simpulkan bahwa tugas dari
kependidikan adalah mencerdaskan daya pikir (intelektual) manusia dengan
melalui mata pelajaran menulis, membaca dan berhitung atau terkenal dengan 3
R’s (Writing, reading, and arithmatic).
Akan
tetapi, sesuai dengan perkembangan tuntutan hidup manusia maka tugas tersebut
semakin bertambah dan meluas, yaitu kecuali mencerdaskan otak, yagn terdapat
didalam kepala juga mendidik akhlak atau moralitas yang berkembang dari dalam
hati atau dada.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama Islam RI, Al-Qur’an
dan Terjemahnya, (Semarang: CV. Thoha Putera, 1989).
Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan (Pengantar Mengenai
Sistem dan Metode), (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Ilmu Pendidikan
(FIP), IKIP Yogyakarta, 1982).
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Edisi Revisi, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2010).
[1] Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Edisi Revisi, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2010), hal. 53.
[2] Artinya yaitu kebutuhan
yang meningkat.
[3] Ibid.
[4] Ibid, hal. 53-54.
[5] Ibid.
[6] Ibid, hal. 54-55.
[7] Departemen Agama Islam
RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: CV. Thoha Putera, 1989).
0 komentar:
Post a Comment