BAB I
PENDAHULUAN


Islam sebagai agama yang bersifat universal dan mencakup berbagai jawaban atas sebagai kebutuhan manusia. Selain menghadapi kebersihan lahiriyah juga menghendaki kebersihan batiniyah. Lantaran penelitian yang sesungguhnya dalam Islam diberikan pada aspek batinnya. Tasawuf merupakan bidang studi Islam yang memusatkan perhatian pada pembersihan aspek rohani manusia yang selanjutanya dapat menimbulkan akhlak mulia.
Dari suasana demikian itu, tasawuf diharapkan dapat mengatasi berbagai penyimpangan moral yang mengambil bentuk seperti manipulasi, koropsi, kolusi, penyalagunaan kekuasaan dan kesempatan, penindasan, dan sebagainya. Dari latar belakang diatas, maka disini pemakalah akan membahas makalah yang berjudul ‘Model Penelitian Ilmu Tasawuf, Penelitian Ilmu Fiqih, dan Penelitian Pendidikan Islam”.





BAB II
PEMBAHASAN
MODEL PENELITIAN ILMU TASAWUF, PENELITIAN ILMU FIQIH DAN PENELITIAN PENDIDIKAN ISLAM


A.    MODEL PENELITIAN ILMU TASAWUF
1.      Definisi Tasawuf
Tasawuf dari segi kebahasaan terdapat sejumlah istilah yang dihubungkan orang dengan tasawuf. Harun Nasution misalnya, menyebutkan lima istilah yang berhubungan dengan tasawuf, yaitu al-suffah (ahl al-suffah) yaitu orang yang ikut pindah dengan nabi dari makkah ke madinah, shaf yaitu barisan yang dijumpai dalam melaksanakan shalat berjamaah, sufi yaitu bersih dan suci, shopos (bahasa Yunani:hikmah) dan suf (kain wol kasar).
Ditinjau dari lima istilah di atas, maka tasawuf dari segi kebahasaan menggambarkan keadaan yang selalu beroreantasi kepada kesucian jiwa, mengutamakan panggilan Allah, berpola hidup sederhana, mengutamakan kebenaran dan rela mengorbankan demi tujuan-tujuan yang lebih mulia disisi Allah. Sikap demikian pada akhirnya membawa sesesorang berjiwa tangguh, memiliki daya tangkal ynag kuat dan efektif terhadap berbagai godaan hidup yang menyesatkan.
2.      Model-Model Penelitian Tasawuf
a)      Model Sayyed Husein Nasr
Sayyed Husein Nasr merupakan ilmuan yang amat terkenal dan produktif dalam melahirkan berbagai karya ilmiah, termasuk ke dalam bidang tasawuf. Hasil penelitiannya disajikan dalam bukunyan yang bejudul “tasawuf dulu dan sekarang”. Ia menggunakan metode penelitian dengan pendekatan tematik, yaitu pendekatan yang mencoba menyajikan ajaran tasawuf sesuai dengan tema-tema tertentu. Dengan penelitian kualitatif mendasarinya pada studi kritis terhadap ajaran tasawuf yang pernah berkembang dalam sejarah. Ia menambahkan bahwa tasawuf merupakan sarana untuk menjalin hubungan yang intens dengan Tuhan dalam upaya mencapai keutuhan manusia. Ia bahkan mengemukakan tingkatan-tingkatan kerohanian manusia dalam dunia tasawuf.
b)      Model Mustafa Zahri
Mutafa Zahri memusatkan perhatiannya terhadap tasawuf dengan menulis buku berjudul “kunci memahami ilmu tasawuf”. Penelitiannya bersifat ekploratif, yakni menggali ajaran tasawuf dari berbagai literatur ilmu tasawuf. Ia menyajikan tentang kerohanian yang di dalamnya dimuat tentang contoh kehidupan nabi, kunci mengenal Allah, sendi kekuatan batin, fungsi kerohanian dalam menenteramkan batin, serta tarekat dan fungsinya. Ia juga menjelaskan tentang bagaimana hakikat tasawuf, ajaran makrifat, do’a, dzikir dan makna lailaha illa Allah.
c)      Model Kautsar Azhari Noor
Kautsar Azhari Noor memusatkan perhatiannya pada penelitian tasawuf dalam rangka disertasinya. Judul bukunya adalah wahdat al-wujud dalam perdebatan dengan studi dengan tokoh dan pahamnya yang khas, Ibn Arabi dengan pahamnya wahdat al- wujud. Paham ini timbul dari paham bahwa Allah sebagaimana yang diterangkan dalam uraian tentang hulul, ingin melihat diri-Nya di luar diri-Nya. Sifat Tuhan yang banyak itupun dalam arti kualitas atau mutunya, berbeda dengan sifat manusia.
d)     Model Harun Nasution
Harun Nasution merupakan guru besar dalam bidang teologi dan filsafat islam dan juga menaruh perhatian terhadap penelitian di bidang tasawuf. Dalam bukunya yang berjudul filsafat dan mistisisme dalam islam, ia menggunakan metode tematik, yakni penyajian ajaran tasawuf disajikan dalam tema jalan untuk dekat kepada Tuhan, zuhud dan stasion-stasion lain, al-mahabbah, al-ma’rifat, al-fana, al-baqa, al-ittihad, al-hulul, dan wahdat al-wujud. Pendekatan tematik dinilai lebih menarik karena langsung menuju persoalan tasawuf dibandingkan dengan pendekatan yang bersifat tokoh. Penelitiannya itu sepenuhnya bersifat deskriptif eksploratif, yakni menggambarkan ajaran sebagaimana adanya dengan mengemukakannya sedemikian rupa, walau hanya dalan garis besarnya saja.
e)      Model A. J. Arberry
Arberry merupakan salah seorang peneliti barat kenamaan, banyak melakukan studi keislaman, termasuk dalam penelitian tasawuf. Dalam bukunya “pasang surut aliran tasawuf”, Arberry mencoba menggunakan pendekatan kombinasi, yaitu antara pendekatan tematik dengan pendekatan tokoh. Dengan pendekatan tersebut ia coba kemukakan tentang firman Allah, kehidupan nabi, para zahid, para sufi, para ahli teori tasawuf, sruktur teori dan amalan tasawuf, tarikat sufi, teosofi dalam aliran tasawuf serta runtuhnya aliran tasawuf.

B.     PENELITIAN ILMU FIQIH
Dimensi hukum Islam yang dekat dengan umat Islam maupun komunitas ilmiah adalah dimensi ilmu fiqih, karena mencakup wilayah kehidupan mulai dari  thaharah sampai jihad. Pada wilayah penelitian fiqih memiliki dua sifat dasar bentuk fiqih dan substansi fiqih. Dalam substansi fiqih (ibadah) meliputi: sholat, puasa, zakat, haji dan an lain-lain. Disamping itu, untuk keperluan  penyusunan dan perumusan model penelitian fiqih dapat ditambahkan model penelitian substansi fiqih secara khusus. Model penelitian fiqih yang dimaksud adalah:
  1. Model penelitian dalil fiqih
  2. Model penelitian kaidah fiqih
  3. Model penelitian ulama fiqih
  4. Model penelitian ulama fuqaha
  5. Model penelitian mazhab fiqih
  6. Model penelitian kitab fiqih
  7. Model penelitian substansi Fiqih
  8. Model penelitian pengajaran fiqih
  9. Model penelitian institusional fiqih
  10. Model penelitian fiqih dan pola prilaku
  11. Model penelitian masalah fiqih
  12. Model penelitian transformasi fiqih
  13. Model penelitian perkembangan fiqih
  14. Model penelitian rujukan prilaku
Wilayah penelitian ibadah dan munakahat  baik dalam teks maupun konteks memiliki proporsi yang sangat besar karena kedua substansi itu berkenaan dengan pranata (institusi) tertua, setua kehidupan manusia dalam pergaulan kehidupan mereka. Sementara itu, untuk mengarahkan pelaksanakan penelitian memerlukan kerangka berfikir yang selanjutnyan menjadi kerangka analistis. Kerangka berfikir itu dapat berupa kerangka teori yang didasarkan pada tinjauan pustaka. Isi dari tinjauan pustaka dan kerangka berfikir merupakan pendekatan wujud operasional dari pendekatan penelitian, sama halnya pada metode atau cara penelitian fiqih.
Dalam rencana penelitian itu mencangkup beberapa unsur: judul penelitian, latar belakang penelitian, perumusan fokus atau masalah penelitian, tujuuan dan kegunaan penelitian, tujuan pustaka, kerangka berfikir, hipotesa (apabila diperlukan), penentuan metode penelitian, penentuan dan pemilihan sumber data dan penentuan cara pengumpulan data serta analisa data. Walaupun penelitian fiqih sesuai dengan metodeloginya, tak dipungkiri kritik dan modifikasi harus dikembangkan agar wacana penelitian dilakukan secara dinamis.
C.    PENELITIAN PENDIDIKAN ISLAM
Dilihat dari segi obyek kajiannya, Ilmu Pendidikan dapat dibagi menjadi tiga bagian.
1.      Ada pengetahuan ilmu yaitu pengetahuan tentang hal-hal atau obyek-obyek yang empiris, diperoleh dengan melakukan penelitian ilmiah, dan teori-teorinya bersifat logis dan empiris. Pengujian teorinya pun diukur secara logis dan empiris. Bila logis dan empiris, maka teori ilmu itu benar, dan inilah yang selanjutnya disebut science.
2.      Pengetahuan filsafat yaitu pengetahuan tentang obyek-obyek yang abstrak logis, diperoleh dengan berfikir, dan teori-teorinya bersifat logis dan hanya logis (tidak empiris). Kebenaran atau kesalahan teori filsafat hanya diukur dengan logika; bila logis dinilai benar; bila tidak maka salah. Bila logis dan ada bukti empiris, maka teori itu bukan teori filsafat, melainkan teori ilmu (sains).
3.      Pengetahuan mistik yaitu pengetahuan yang obyek-obyeknya tidak bersifat empiris, dan tidak pula terjangkau oleh logika. Obyek pengetahuan ini bersifat abstrak, supra logis. Obyek ini dapat diketahui melalui berbagai cara, misalnya dengan merasakan pengetahuan batin, dengan latihan atau cara lain. Pengetahuan kita tentang yang gaib, diperoleh dengan cara ini.
Dari ketiga macam pengetahuan tentang pendidikan Islam tersebut, maka dapat disimpukan bahwa pengetahuan (ilmu) pendidikan Islam terdiri dari pengetahuan filsafat pendidikan, tasawuf (mistik) pendidikan dan ilmu pendidikan. Filsafat dan tasawuf terkadang disebut ilmu, padahal secara akademis keduanya itu bukan ilmu tapi pengetahuan, karena yang disebut ilmu harus bersifat empiris dan memiliki ciri-ciri ilmiah.
Dengan demikian jika disebutkan Ilmu Pendidikan Islam, maka cakupannya ialah masalah-masalah yang berada dalam dataran ilmu (sains), yaitu obyek-obyek yang logis dan empiris tentang pendidikan. Pendidikan Islam merupakan salah satu bidang studi Islam yang mendapat banyak perhatian dari para ilmuwan. Berbagai model penelitian yang berkaitan dengan pendidikan Islam telah dilakukan, antara lain sebagai berikut:
1.      Model Penelitian tentang Problema Guru
Dalam usaha memecahkan problema guru, Himpunan Pendidikan Nasional di Amerika Serikat pernah mengadakan penelitian tentang problema yang dihadapi guru secara nasional pada tahun 1968. Prosedur yang dilakukan dalam penelitian tersebut, yaitu dengan pengumpulan data yang dilakukan oleh bagian Himpunan Pendidikan Nasional melalui survey pendidikan umum guru pada musim semi tahun 1966.
2.      Model Penelitian tentang Lembaga Penelitian
Lembaga pendidikan Islam adalah wadah atau tempat berlangsungnya proses pendidikan Islam yang berlangsung bersama dengan proses pembudayaan. Kepentingan dan keutamaan keluarga sebagai lembaga pendidikan Islam diisyaratkan dalam Al-Qur’an. Perintah untuk menjaga dan memelihara diri, kaum keluarga dari kesengsaraan dan api neraka. Sejak masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia lembaga pernikahan dan keluarga memegang peranan yang penting dalam proses pendidikan Islam.
Dalam ajaran Islam adalah wajib untuk mendirikan lembaga pendidikan lanjutan. Maka terbentuknya pesantren yang kemudian berpengaruh dan bersaing dengan sistem pendidikan Barat yang diperkenalkan oleh pemerintah Belanda, timbullah sistem pendidikan terpadu antara sekolah umum dan madrasah.
3.      Model Pendidikan Kultur Pendidikan Islam
Untuk mengenal model penelitian yang dilakukan oleh  peneliti ini dapat dikemukakan sebagai berikut:

a)      Model Penelitian Mastuhu
Secara garis besar isi penelitian tersebut mengemukakan latar belakang pemikiran yang berpijak pada tema di sekitar hubungan antara pendidikan nasional dan pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan nasional sangat tergantung pada partisipasi seluruh lapisan masyarakat. Partisipasi akan muncul dan berkembang apabila rakyat mengerti dan merasakan manfaatnya dalam keseharian.
b)      Model Penelitian Zamakhsyari Dhofier
Model penelitian yang dilakukan Zamakhsyari Dhofier masih di sekitar pesantren. Penelitian yang dilakukan berjudul “Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kiai” yang telah diterbitkan oleh LP3ES pada tahun 1982. Model penelitian yang dilakukan ini tidak menyebutkan secara eksplisit tentang latar belakang pemikiran, tujuan, ruang lingkup, metode dan pendekatannya, sebagaimana lazimnya sebuah penelitian. Namun jika dipelajari secara seksama tampak berbagai unsur yang ada dalam penelitian dijumpai dalam masalah ini. Penelitian ini berdasarkan studi lapangan, yaitu dua buah lembaga pesantren. Kedua pesantren itu adalah pesantren Tegal Sari dan pesantren Tebu Ireng.



BAB III
KESIMPULAN



Dari pembahasan makalah diatas, maka dapat kami simpulkan bahwa Tasawuf merupakan bidang studi Islam yang memusatkan perhatian pada pembersihan aspek rohani manusia yang selanjutanya dapat menimbulkan akhlak mulia. Pada wilayah penelitian fiqih memiliki dua sifat dasar bentuk fiqih dan substansi fiqih. Dalam substansi fiqih (ibadah) meliputi: sholat, puasa, zakat, haji dan an lain-lain. Disamping itu, untuk keperluan  penyusunan dan perumusan model penelitian fiqih dapat ditambahkan model penelitian substansi fiqih secara khusus.
Dari Model penelitian pendidikan Islam tersebut, maka dapat disimpukan bahwa pengetahuan (ilmu) pendidikan Islam terdiri dari pengetahuan filsafat pendidikan, tasawuf (mistik) pendidikan dan ilmu pendidikan. Filsafat dan tasawuf terkadang disebut ilmu, padahal secara akademis keduanya itu bukan ilmu tapi pengetahuan, karena yang disebut ilmu harus bersifat empiris dan memiliki ciri-ciri ilmiah.




DAFTAR PUSTAKA





Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 1998).

Abdul Hakim Atang, dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008).
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997).
Buchori, Didin Saefuddin, Metodologi Studi Islam, (Bogor: Granada Sarana Pustaka, 2005).
Hasan Bisri, Cik, Metode Penellitian Fiqih, (Bogor: Prenada Media, 2003).
Mukti Ali,  Metode Memahami Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1991).




 
Top