BAB I
PENDAHULUAN

Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang sering terkait, baik secara substansial maupun secara historis karna kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaliknya paerkembangan ilmu memperkuat keberadapan  filsafat,  kelahiran filsafat di yunani menunjukkan pola pemikiran bangsa yunani dari pandangan mitologi akhirnya lenyap  dan pada gilirannya rasiolah yang lebih domain, dengan filsafat pola yang berfikir yang selalu tergantung  rasio.
Dengan berkembangnya pola fikir manusia, maka berkembang pula tentang pemikiran dan pembahasan di dalam filsafat. Filsafat dibagi menjadi empat periode. Dari latar belakang masalah diatas, maka disini penulis akan menjelaskan makalah yang berjudul tentang Filsafat Pada Abad Modern secara rinci agar mudah untuk dimengerti.






BAB II
PEMBAHASAN
FILSAFAT PADA ABAD MODERN


A.    DEFINISI FILSAFAT
Kata filsafat yang dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah falsafah dan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah philosophy adalah berasal dari bahasa Yunani yaitu Philosophia.[1] Kata Philosophia terdiri atas kata philein yang berarti cinta (love) dan sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom), sehingga secara etimologi istilah filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang sedalam-dalamnya.[2]
Sedangkan filsafat menurut Suyadmi adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi yang berkenaan dengan hakikat.[3]
Begitu juga filsafat menurut Asmoro  Achmadi yaitu berasal dari kata Yunani yaitu filosofia, yang berasal dari kata kerja filosofein yang berarti kebijaksanaan. Kata tersebut juga berasal dari kata Yunani Philosophis  yang berasal dari kata kerja philein yang berarti mencintai, atau philia yang berarti cinta, dan sophia yang berarti kearifan. Dari kata tersebut, lahirlah kata Inggris yaitu philosophy yang biasanya diterjemahkan sebagai cinta kearifan.”[4]





B.     FILSAFAT MODERN
Tidak dapat dipungkiri, zaman filsafat modern telah dimulai. Secara historis, zaman modern dimulai sejak adanya krisis zaman pertengahan selama dua abad (abad ke 14 dan ke 15), yang ditandai dengan munculnya gerakan Renaissance. Renaissance  berarti kelahiran kembali, yang mengacu kepada gerakan keagamaan dan kemasyarakatan yang bermula di Italia (pertengahan abad ke 14).[5]
Tujuan utamanya adalah merealisasikan kesempurnaan pandangan hidup Kristiani dengan mengaitkan filsafat. Yunani dengan ajaran agama Kristen. Selain itu, juga dimaksudkan untuk mempersatukan kembali gereja yang terpecah-pecah.[6]
Disamping itu, para humanis bermaksud meningkatkan suatu perkembangan yang harmonis dari keahlian-keahlian dan sifat-sifat alamiah manusia dengan mengupayakan kepustakaan yang baik dan mengikuti kultur klasik. Renaissance akan banyak memberikan segala aspek realitas.
Aliran yang menjadi pendahuluan ajaran filsafat modern ini didasarkan pada suatu kesadaran atas yang individual dan yang kongkret.[7] Dalam era filsafat modern, yang kemudian dilanjutkan dengan era filsafat abad ke 20, munculah berbagai aliran pemikiran: Rasionalisme, Empirisme, Idealisme, Positivisme, Evolusionisme, Materialisme, Neo-Kantianisme, Pragmatisme, Filsafat Hidup, Fenomenologi, Eksistensialisme, dan Neo-Thomisme.[8]
Untuk lebih jelasnya, dalam memahami beberapa aliran filsafat modern maka akan dijelaskan seperti dibawah ini:
1.      Rasionalisme
Latar belakang rasionalisme adalah keinginan untuk membebaskan diri dari segala pemikiran tradisionalisme yang pernah diterima,  tetapi ternyata tidak mampu menangani hasil-hasil ilmu pengetahuan yang dihadapi. Apa yang ditanam Aristoteles dalam pemikiran saat itu juga masih dipengaruhi oleh khayalan-khayalan.[9]
2.      Empirisme
Sebagai tokohnya adalah Thomas Hobbes, John Locke, dan David Hume. Karena adanya kemajuan ilmu pengetahuan dapat dirasakan manfaatnya, pandangan orang terhadap filsafat mulai merosot. Hal ini terjadi karena filsafat dianggap tidak berguna lagi bagi kehidupan. Pada sisi lain, ilmu pengetahuan besar sekali manfaatnya bagi kehidupan. Kemudian beranggapan bahwa pengetahuan yang bermanfaat, pasti, dan benar hanya diperoleh lewat indera dan empirilah satu-satunya sumber pengetahuan.[10]
3.      Idealisme
Latar belakang munculnya aliran ini yaitu manusia melihat adanya kemajuan ilmu pengetahuan (ilmu pasti, biologi, filsafat dan sejarah) telah mencapai hasil yang menggembirakan. Disisi lain, jalannya filsafat tersendat-sendat. Untuk itu, diperlukan upaya agar filsafat dapat berkembang sejajar dengan ilmu pengetahuan alam.
Gerakan ini dimulai di Inggris, kemudian ke Prancis, dan selanjutnya menyebar keseluruh Eropa, terutama ke Jerman. Di Jerman pertentangan antara rasionalisme dengan empirisme semakin berlanjut. Masing-masing berebut otonomi. Kemudian timbul masalah, siapa yang sebenarnya dikatakan sebagai sumber pengetahuan.[11]
4.      Positivisme
Setelah Kant mengetengahkan tentang kemampuan akal manusia, maka para murid Kant tidak puas terhadap batas kemampuan akal, alasannya karena akal murni tidak akan dapat mengenal hal berada di luar pengalaman.
Apa yang dirintis oleh Kant mencapai puncak perkembangan pada Hegel. Hegel lahir di Stuttgart, Jerman. Pengaruhnya begitu besar sampai luar Jerman. Menjadi profesor ilmu filsafat sampai meninggal. Setelah ia mempelajari pemikiran Kant, ia tidak merasa puas tentang ilmu pengetahuan yang dibatasi secara kritis.[12]
5.      Evolusionisme
Dalam pemikirannya, ia mengajukan konsepnya tentang perkembangan tentang segala sesuatu termasuk manusia yang diatur oleh hukum-hukum mekanik. Pada hakikatnya, antara binatang dan manusia dan benda apa pun tidak ada bedanya. Dimungkinkan terdapat perkembangan manusia pda masa yang akan datang lebih sempurna. Dalam pemikirannya Darwin tidak melahirkan sistem filsafat tetapi pada ahli pikir berikutnya bersifat berdasarkan pada evolusionisme[13].
6.      Materialisme
Menurut pendapat aliran ini, tugas seorang filosof bukan untuk menerangkan dunia, tetapi untuk mengubahnya. Hidup manusia itu ternyata ditentukan oleh keadaan ekonomi. Dari segala hasil tindakannya ilmu, seni, agama, kesusilaan, hukum, politik semuanya itu hanya endapan dari keadaan itu, sedangkan keadaan itu sendiri ditentukan benar-bendar dalam sejarah.[14]
7.      Neo-Kantianisme
Setelah materialisme pengaruhnya merajalela, para murid Kant mengadakan gerakan lagi. Banyak filosof Jerman yang tidak puas terhdap Materialisme, Positivisme, dan Idealisme. Mereka ingin kembali ke filsafat kritis, yang bebas dari spekulasi Idealisme dan bebas dari dogmatis Positivisme dan Materialisme. Gerakan ini disebut dengan Neo-Kantianisme.[15]
8.      Pragmatisme
Pragmatisme berasal dari kata pragma yang artinya guna. Pragma berasal dari kata Yunani. Maka Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar adalah apa saja yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan akibat-akibat yang bermanfaat secara praktis. Misalnya berbagai pengalaman pribadi tentang kebenaran mistik, asalkan dapat membawa kepraktisan dan bermanfaat. Artinya, segala sesuatu dapat diterima asalkan bermanfaat bagi kehidupan.[16]
9.      Filsafat Hidup
Aliran filsafat ini lahir akibat dari reaksi dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menyebabkan industrialisasi semakin pesat. Hal in imempengaruhi pola pemikiran manusia. Peranan akal pikir hanya digunakan untuk menganalisis sampai menyusun suatu sintesis baru. Bahkan alam semesta atau manusia dianggap sebagai mesin, yang tersusun dari beberapa komponen, dan bekerja sesuai dengan hukum-hukumnya.[17]
10.  Fenomenologi
Fenomenologi berasal dari kata fenomen yang artinya gejala, yaitu suatu hal yang tidak nyata dan semua. Kebalikanya kenyataan juga dapat diartikan sebagai ungkapan kejadian yang dapat diamati lewat indra. Misalnya, penyakit flu gejalanya batuk, pilek.
Dalam filsafat fenomenologi, arti diatas berbeda dengan yang dimaksud, yaitu bahwa suatu gejala tidak perlu harus diamati oleh indera, karena gejala juga dapat dilihat secara batiniah, dan tidak harus berupa kejadian-kejadian. Jadi, apa yang kelihatan dalam dirinya sendiri seperti apa adanya.
11.  Eksistensialisme
Kata eksistensialisme berasal dari kata eks  = keluar dan sistensi atau sisto =berdiri, menempatkan. Secara umum berarti manusia dalam keberadaanya itu sadar dirinya ada dan segala sesuatu dalam keberadaanya ditentukan oleh akunya. Karena manusia selalu terlihat disekelilingnya, sekaligus sebagai miliknya. Upaya untuk menjadi miliknya itu manusia harus berbuat menjadikan, merencanakan, yang berdasarkan pada pengalaman yang konkret. Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang memandang berbagai gejala dengan berdasarkan pada eksistensinya. Artinya, bagaimana manusia berada dalam dunia.
Pemikirannya Soren Klerkegaard mengemukakan bahwa keberadaan itu tidak berada pada suatu sistem yang umum tetapi berada dalam eksistensi yang individu, yang konkret. Karena eksistensi manusia penuh dengan dosa, hanya iman kepada Kristus sajalah yang dapat mengatasi perasaan bersalah karena dosa.
12.  Neo-Thomisme
Pada pertengahan abad ke 19, ditengah-tengah gereja Katolik banyak pengamat paham Thomisme, yaitu aliran yang mengikuti paham Thomas Aquinas. Pada mulanya dikalangan gereja terdapat semacam keharusan untuk mempelajari ajaran tersebut. Kemudian, akhirnya menjadi suatu paham Thomisme yaitu:
a)      Paham yang menganggap bahwa ajaran Thomas sudah sempurna. Tugas kita adalah memberikan tafsir sesuai dengan keadaan zaman.
b)      Paham yangmenganggap bahwa walaupun ajaran Thomas telah sempurna, tetapi masih terdapat hal-hal yang pada suatu saat belum dibahas. Oleh karena itu, sekarang perlu diadakan penyesuaian sehubungan dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
c)      Paham yang menganggap ajaran Thomas harus diikuti, akan tetapi tidak boleh beranggapan bahwa ajarannya betul-betul sempurna.[18]

C.    CIRI KHAS PEMIKIRAN FILSAFAT MODERN
Ada dua hal yang menandai sejarah modern, yakni runtuhnya otoritas gereja dan menguat otoritas Sains. Dua hal itu yang pada dasarnya menjelaskan lain-lainnya. Kebudayaan modern kurang bernuansa gerejawi negara-negara semakin menggantikan gereja sebagai otoritas politik yang mengontrol kebudayaan. Mula-mula kekuasaan bangsa-bangsa utamanya berada ditangan raja, kemudian sebagaimana di Yunani Kuno.
Raja-raja secara perlahan digantikan oleh demokrasi atau tran. Penolakan terhadap ororitas gereja yang merupakan ciri negatif dari abad modern. Muncul lebih awal dari pada ciri positifnya yakni penerimaan terhadap otoritas Sains.
Dalam penasonse Italia, sains memainkan peran yang sangat kecil, perlawanan terhadap gereja oleh orang-orang di hubungkan dengan zaman kuno jauh sebelum tumbuhnya otoritas gereja dan abad pertengahan serbuan sains pertama kali datang secara serius melalui publikasi teori copernican pada tahun 1543.
Tetapi teori ini tidak kunjung menebar pengaruh sampai kemudian dipelajari dan di kembangkan oleh kepler dan Gahleo pada abad ke-17. Sejak saat itu di mulailah pertikaian panjang antara Sains dan dogma. Dan akhirnya kaum tradisionalis terpaksa mengakui kemenangan ilmu pengetahuan baru.
Namun demikian filsafat modern kebanyakan mempertahankan kecenderungan individualistik dan subjektif-subjektif ciri ini sangat kentara dalam diri descarles yang membangun seluruh ilmu pengetahuan ari kepastian eksistensinya sendiri.[19]





BAB III
KESIMPULAN


Dari pembahasan makalah diatas, maka dapat kami simpulkan bahwa Kata filsafat yang dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah falsafah dan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah philosophy adalah berasal dari bahasa Yunani yaitu Philosophia. Kata Philosophia terdiri atas kata philein yang berarti cinta (love) dan sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom), sehingga secara etimologi istilah filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang sedalam-dalamnya.
Aliran yang menjadi pendahuluan ajaran filsafat modern ini didasarkan pada suatu kesadaran atas yang individual dan yang kongkret. Dalam era filsafat modern, yang kemudian dilanjutkan dengan era filsafat abad ke 20, munculah berbagai aliran pemikiran: Rasionalisme, Empirisme, Idealisme, Positivisme, Evolusionisme, Materialisme, Neo-Kantianisme, Pragmatisme, Filsafat Hidup, Fenomenologi, Eksistensialisme, dan Neo-Thomisme.





DAFTAR PUSTAKA



Asmoro Achmadi, Filsafat Umum: Edisi Revisi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011).

Surajiyo, Ilmu Filsafat: Suatu Pengantar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008).

Suyadmi, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia: Untuk SD, SMP, SMA, dan Umum, (Magelang: Tidar Ilmu, tt).



[1] Surajiyo, Ilmu Filsafat: Suatu Pengantar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 1
[2] Ibid, hal. 1.
[3] Suyadmi, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia: Untuk SD, SMP, SMA, dan Umum, (Magelang: Tidar Ilmu, tt), hal, 172.
[4] Asmoro Achmadi, Filsafat Umum: Edisi Revisi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hal. 1.
[5] Ibid, hal. 113.
[6] Ibid, hal. 113.
[7] Ibid, hal. 114.
[8] Ibid, hal. 114-115.
[9] Ibid, hal. 115.
[10] Ibid, hal. 116.
[11] Ibid.
[12] Ibid, hal. 120-121.
[13] Ibid, hal. 122.
[14] Ibid, hal. 123.
[15] Ibid, hal. 124.
[16] Ibid, hal. 124-125.
[17] Ibid, hal. 125.
[18] Ibid, hal. 128.

0 komentar:

 
Top