BAB I
PENDAHULUAN


Kegemparan krisis financial di Amerika Serikat dengan Lehman Brother sebagai episentrum-nya membuat kondisi di dua negara kisruh Gelombang krisis yang hampir menyerbu ke hampir semua benua itu, termasuk Indonesia memaksa pemerintah melakukan tindakan safety. Salah satu tindakannya adalah mengamankan APBN. Tindakan safety ini memaksa Paskah Suzzeta, ketua Badan Perencanaan Pembangunan Nasional pergi ke New York dalam rangka menghadiri sidang tahunan IMF.
Tindakannya kali ini benar-benar mendapat sorotan tajam. Pasalnya keberangkatannya dicurigai hendak meyodorkan proposal pinjaman lunak ke Bank Dunia dalam rangka penyelamatan APBN. Tentu saja ini hal yang wajar dalam ‘gerak’ langkah suatu negara dalam kebijakan fiskal-nya. Namun dalam situasi pemulihan ekonomi setelah diterjang ‘badai’ krisis Asia 1997, langkah ini dinilai akan menyebabkan Indonesia kembali masuk ke debt trap.
Dari latar belakang diatas, maka disini penulis akan menjelaskan makalah yang berjudul tentang Struktur dan Kebijakan Moneter Dalam Ekonomi Islam secara terinci agar mudah untuk dimengerti dan mudah untuk dipahami bersama guna mendapatkan ilmu yang bermanfaat.


BAB II
PEMBAHASAN
STRUKTUR DAN KEBIJAKAN MONETER DALAM ISLAM



A.    KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL AT A GLANCE
Kebijakan moneter adalah upaya mengendalikan atau mengarahkan perekonomian makro ke kondisi yang diinginkan atau yang lebih baik dengan mengatur jumlah uang yang beredar. Kebijakan fiskal adalah kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah untuk mengelola/mengarahkan perekonomian yang lebih baik atau diinginkan dengan cara mengubah-ubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah.[1] Banyak topik yang dibahas dalam kajian moneter dan fiskal dalam bidang ekonomi. Terlepas dari topik tersebut, ada tiga alasan atau pertimbangan yang mendasari belajar kebijakan moneter dan fiskal dalam ekonomi Islam.
1.      Dengan mempelajari kebijakan moneter dalam ekonomi Islam dapat diketahui lebih mendalam bagaimana mekanisme uang, bagi hasil, lembaga keuangan, sistem dan kebijaksanaan moneter, serta mekanisme ekonomi bagi hasil
2.      Menganalisis fenomena moneter dalam kaitannya dengan efek kebijaksanaan moneter terhadap kegiatan ekonomi Islam
3.      Menganalisis mekanisme kebijakan fiskal dalam kaitannya dengan pembangunan ekonomi berdasarkan prinsip bagi hasil.[2]


B.     KEBIJAKAN MONETER
Ilmu moneter dan fiskal adalah bidang kajian ilmu ekonomi moneter. Ilmu ekonomi moneter adalah bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari tentang sifat dan pengaruh uang terhadap kegiatan ekonomi.  Banyak topi yang dibahas dalam kajian moneter dan fiskal dalam bidang ekonomi, diantaranya adalah peranan dan fungsi uang, sistem moneter dan pengaruhnya terhadap jumlah uang dan kredit, struktur dan fungsi bank, pengaruh uang dan kredit terhadap kegiatan ekonomi, stabilitas ekonomi, distribusi pendapatan[3].
Apa sebenarnya tujuan kita mempelajari ilmu kebijakan moneter dan fiskal, utamanya dalam ekonomi Islam? Secara umum adalah tiga alasan atau pertimbangan yang mendasari belajar kebijakan moneter dan fiskal dalam ekonomi Islam diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Dengan mempelajari kebijakan moneter dalam ekonomi Islam dapat diketahui lebih mendalam bagaimana mekanisme uang, bagi hasil, lembaga keuangan sistem dan kebijaksanaan moneter serta mekanisme ekonomi bagi hasil
2.      Menganalisis fenomena moneter dalam kaitannya dengan efek kebijaksanaan moneter terhadap kegiatan ekonomi islami
3.      Menganilisis mekanisme kebijakan fiskal dalam kaitannya dengan pembangunan ekonomi berdasarkan prinsip bagi hasil.[4]
Dengan demikian dapat menambah pemahaman kita tentang berbagai hal yang berkaitan dengan uang, lembaga keuangan, kegiatan ekonomi bagi hasil yang dewasa ini sedang marak. Dapat juga diketahui efek dari penerapan kebijakan moneter dan fiskal terhadap upaya-upaya pencapaian pembangunan ekonomi.[5]


C.    KEBIJAKAN MONETER: STRUKTUR, INSTRUMEN, DAN TUJUAN
1.      Uang dan bank
Uang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam sistem ekonomi modern. Pentingnya uang ini muncul karena adanya dorongan kegiatan pertukaran, sehingga uang pada mulanya dijadikan sebagai alat tukar. Selain sebagai alat tukar, perkembangan lebih lanjut atas fungsi uang adalah sebagai alat penyimpan nilai atau bahkan sebagai alat penyimpan kekayaan.
Tetapi dari segi sistem financial secara keseluruhan, dapat disimpulkan dua fungsi fundamental uang, yaitu:
a)      Memungkinkan terjadinya likuiditas secara mencukupi, sehingga produksi dan tukar-menukar dapat terjadi secara wajar
b)      Termobilisasinya pendapatan, sumber daya dan pengalokasiannya kepada para investor secara sesuai.
2.      Instrumen Kebijakan Moneter
Instrumen moneter yang dapat diterapkan dalamm perekonomian Islam dapat ditempuh dengan dua instrumen besar, yaitu kontrol kuantitatif untuk penyaluran pembiayaan dan kontrol untuk merealisasikan tujuan sosio ekonomi. Instrumen besar pertama (kontrol kuantitatif penyaluran pembiayaan) didukung dengan instrumen moneter berupa:
a)      Statutory Reserve Requirement
b)      Financing Ceiling
c)      Government Deposits
d)     Common Pool
e)      Moral Persuassion
f)       Equity Base Instrument
g)      Change In The Profit and Loss Sharing Ratio.[6]

Sementara instrumen moneter besar kedua (merealisasikan tujuan sosio ekonomi) mencakup beberapa instrumen moneter  diantaranya adalah sebagai berikut:
a)      Treating The Created Money as Fay’
b)      Goal Oriented Allocation of Financing[7].

3.      Tujuan-tujuan Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter dalam Ekonomi Islam akan mencoba mencapai tujuan dalam sektor sosio-ekonomi. Beberapa tujuan penting yang dapat dirumuskan di sini, di antaranya:
a)             Ekonomi menjadi baik dengan tenaga kerja penuh dan pertumbuhan ekonomi (Economic well-being with full employment and optimum rate of economic growth);
b)            Keadilan sosio-ekonomi dan distribusi pendapatan dan kekayan yang merata (Sosio-economic justice and equitable distribution of income and wealth);
c)             Stabilitas nilai uang (Stability in the value of money).[8]

Hal ini dapat dijelaskan bahwa keadilan sosial-ekonomi dan kesesuaian distribusi pendapatan serta kesejahteraan merupakan tujuan yang sangat penting bagi kebijakan moneter hanya dalam kerangka Islam. Lebih-lebih, tujuan yang pertama dan ketiga yang dirumuskan di atas akan nampak sama di permukaan, dan akan sangat kelihatan perbedaannya dari sistem ekonomi yang ada.[9]
Sistem ekonomi Islam adalah suatu sistem yang didasarkan pada agama. Di dalam Islam, tujuan yang hendak dicapai tidak dapat dipisahkan dari ideologi dan keyakinan. Tujuan membawa sanksi, dan sejauh tujuan-tujuan tersebut didasarkan pada Al-Qur’an dan Sunnah, maka menjadi keharusan, bukan persoalan tawar-menawar politik dan untung-untungan[10].
D.    SUMBER EKSPANSI MONETER
Fungsi utama sistem moneter adalah memperlengkapi kebutuhan transaksi masyarakat, khusunya dalam rangka menumbuhkan ekonomi. Fungsi ini harus menjamin bahwa pertumbuhan moneter adalah memungkinkan atau tidak excessive atau deficient. [11]
Oleh karena itu, kita perlu melihat dan mengkontrol sumber-sumber ekspansi moneter. Dari sisi pendekatan ekonomi islam, ada 3 sumber ekspansi moneter, yaitu: (1) fiat money creation; (2) credit money; (3) balance of payments surplus, berikut adalah penjelasan dari 3 sumber ekspansi moneter, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Fiat Money Creation
Bank sentral membuat uang dikarenakan ada dua alasan. Pertama, ketika pemerintah secara langsung meminjam darinya. Kedua, ketika bank sentral memutuskan melakukan “perluasan” kegiatan pasar terbuka? pada kasus pertama, pemerintah meminjam untuk kasus anggaran defisit dan pada kasus kedua bank sentral mencoba menstabilkan ekonomi melalui kegiatan pasar terbuka.
Dalam Kasus pertama, bank sentral mencipta dan meminjamkan nominal uang kepada pemerintah untuk mengendalikan perilaku bunga. Dalam sistem ekonomi Islam, tidak ada asset yang dijalankan dengan menggunakan bunga, yang berarti bahwa hal ini harus dilakukan untuk asset bebas-bunga.
Dalam sistem ekonomi Islam, apapun yang dilakukan pemerintah, seharusnya mampu menciptakan stabilitas harga. Stabilitas harga merupakan hal penting dalam aplikasi ekonomi Islam. Kecuali itu, pemerintah perlu mengendalikan inflasi.
2.      Credit Money
Pada sistem ekonomi saat ini, deposit bank komersial merupakan bagian yang signifikan dari persediaan uang. Deposit ini dapat dibagi menjadi dua bagian. Pertama, Primery deposit dan kedua derivative deposit.  Primery deposit merupakan uang/modal dasar bank dan derivative deposit merupakan cadangan fraksional yang didapatkan bank komersial dari ekstensi kredit, mengarah pada penambahan persediaan uang, seperti yang dilakukan pemerintah atau bank sentral mencetak mata uang.
Dalam ekonomi Islam, penggalangan ini merupakan masalah penting, sehingga penciptaan uang merupakan hak istimewa masyarakat, sehingga bank diizinkan untuk memberikan kredit atau bank sentra akan menerapkan 100 % sebagai cadangan bank.
3.      Balance of payments surplus
Keseimbangan surplus pembayaran adalah sumber lain dari ekspansi uang, tetapi hal ini tidak begitu penting bagi negara Islam, sebab banyak negara Islam yang mengalami balance of payment deficits dan di beberapa negara mendapatkan nilai itu, pendekatan ini mengarahkan kepada ekspansi otomatis pada persediaan uang.
Hal ini akan terjadi jika Pemerintah mengeluarkan surplusnya di dalam Negeri dan sektor swasta. Keseimbangan defisit pembayaran tidak akan melanggar ini secara memungkinkan. Jika pemerintah suatu negara mengeluarkan secara teratur menurut kemampuan ekonomi untuk menghasilkan supply, maka tidak akan terjadi inflasi sebagai akibat dari balance of payments surplus.[12]

E.     STRUKTUR KELEMBAGAAN
Setiap sistem memiliki persyaratan unik dalam mengendalikan struktur institusional yang akan menjamin berfungsinya sistem secara baik. Apakah yang akan dijadikan itu struktur sistem moneter dan fiskal dalam sistem ekonomi bebas-bunga, ini adalah permasalahan yang alami. Struktur organisasional sistem moneter Islami adalah sama seperti dengan sistem yang sudah ada, tetapi model operasinya sangat-sangat berbeda.
Ada beberapa struktur Kelembagaan Kebijakan Moneter diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Bank Sentral
Bank sentral adalah lembaga yang dipercaya mengelola persediaan uang dengan melibatkan masalah flat money seperti halnya pengawasan bank komersial. Bank sentral akan menentukan program tahunan pertumbuhan persediaan uang yang diharapkan sesuai dengan tujuan ekonomi nasioanal. Banyak uang yang diharapkan dapat dilakukan satu dari dua cara yang ada.
Dalam skema waktu, bank sentral akan membukakan rekening investasi di bank-bank anggotanya. Pada skema yang lainnya, bank sentral akan membagi Mo secara memadai bagi pemerintah seperti kredit bebas bunga dan menempatkan ke bank komersial maupun lembaga kredit tertentu sebagai Deposito Mudarabah.
2.      Bank Anggota
Bank dalam sistem Islam adalah bukan bank komersial tradisional (konvesional). Selanjutnya untuk melengkapi jasa perbankan secara teratur mereka juga akan melakukan investasi langsung. Produk-produk barunya dapat dilakukan dengan menekankan pada aktivitas investasi. Hal ini dapat berbagai macam, diantaranya adalah sebagai berikut:
1)      Investasi Langsung
2)      Profit –sharing Ventures
3)      Central Deposit Certificate.
3.      Pembendaharaan
Dalam hal ini memiliki tiga cabang yaitu: Cabang Distribusi, alokasi, dan cabang market-correction. Cabang distribusi bertanggung jawab terhadap proses pengumpulan seperti halnya distribusi zakat. Cabang alokasi akan mengalokasikan sumber-sumber yang ada pada bidang-bidang kebutuhan pokok hidup masyarakat.
Seperti: layanan kesehatan, pendidikan, keamanan. Cabang Market correction akan menangani masalah monopoli eksternalitas dan ketidakteraturan pasar.





BAB III
KESIMPULAN


Dari pembahasan makalah diatas, maka dapat kami simpulkan bahwa  Kebijakan moneter adalah upaya mengendalikan atau mengarahkan perekonomian makro ke kondisi yang diinginkan atau yang lebih baik dengan mengatur jumlah uang yang beredar. Kebijakan fiskal adalah kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah untuk mengelola/mengarahkan perekonomian yang lebih baik atau diinginkan dengan cara mengubah-ubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
 Banyak topik yang dibahas dalam kajian moneter dan fiskal dalam bidang ekonomi. Terlepas dari topik tersebut, ada tiga alasan atau pertimbangan yang mendasari belajar kebijakan moneter dan fiskal dalam ekonomi Islam. Dengan demikian dapat menambah pemahaman kita tentang berbagai hal yang berkaitan dengan uang, lembaga keuangan, kegiatan ekonomi bagi hasil yang dewasa ini sedang marak. Dapat juga diketahui efek dari penerapan kebijakan moneter dan fiskal terhadap upaya-upaya pencapaian pembangunan ekonomi.




DAFTAR PUSTAKA




Abdul Mannan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1997).

Muhammad, Kebijakan Fiskal dan Moneter Dalam Ekonomi Islam, (Jakarta: Salemba Empat, 2002).

Nopirin, Ekonomi Moneter, (Yogyakarta: Buku, BPFE, 1998).

Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Makro: Suatu Pengantar, (Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI, 2004).



[1] Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Makro: Suatu Pengantar, (Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI, 2004), hal. 245-257.
[2] Ibid, hal. 258-259.
[3] Muhammad, Kebijakan Fiskal dan Moneter Dalam Ekonomi Islam, (Jakarta: Salemba Empat, 2002), hal. 172.
[4] Ibid, hal. 173-174.
[5] Ibid, hal. 175.
[6] Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Op Cit, hal. 270.
[7] Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Op Cit, hal. 271.
[8] Abdul Mannan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1997), hal. 230.
[9] Ibid, hal. 231.
[10] Ibid.
[11] Ibid.
[12] Ibid, hal. 190.

0 komentar:

 
Top