PERILAKU TERPUJI
A.
ZUHUD
Menurut
kamus besar bahasa Indonesia, Zuhud berarti menjauhi keduniawiaan. Sedangkan
secara istilah menurut Imam Nawawi, zuhud
berarti meninggalkan kemegahan dan kemewahan, meninggalkan kesenangan
hawa nafsu, dan menjauhi keduniawian. Dengan demikian, sebagai orang Islam kita
tidak boleh terlalu berambisi untuk mengejar dunia, apalagi sampai tergila-gila
dengannya. Karena kemewahan dunia itu hanya bersifat sementara saja. Harta,
kepandaian, serta kesenang-senangan dunia
yang lainnya itu suatu saat pasti akan menginggalkan kita. Jadi, kita
jangan sampai terperdaya padanya. Namun demikian, bukan berarti kita harus sama
sekali meninggalkan masalah dunia karena agar bagaimanapun juga kita masih
memerlukannya untuk menumpang kebutuhan hidup kita sehari-hari, dank arena
itulah kita harus menyeimbangkan kebutuhan dunia dengan pemenuhan kebutuhan
akhirat. Hal ini sesuai dengan buyi firman Allah swt yang berbunyi:
Æ÷tGö/$#ur !$yJÏù 9t?#uä ª!$# u#¤$!$# notÅzFy$# ( wur [Ys? y7t7ÅÁtR ÆÏB $u÷R9$# ( `Å¡ômr&ur !$yJ2 z`|¡ômr& ª!$# øs9Î) ( wur Æ÷ö7s? y$|¡xÿø9$# Îû ÇÚöF{$# ( ¨bÎ) ©!$# w =Ïtä tûïÏÅ¡øÿßJø9$# ÇÐÐÈ
Artinya “Dan carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan.” (Q.S. Al-Qashash: 77).
Contohnya
Ahmad seorang pedagang buah, setiap pagi ia berangkat ke pasar untuk berjualan
buah hingga petang. Saat azan tiba, Ahmad langsung menunaikan ibadah salat
wajib, selain itu juga dia melaksanakan salat sunnah lainnya dan selalu
mencerminkan perilaku baik lainnya.
Jika
kita mampu berbuat zuhud, sudah pasti kit akan meraih kebahagiaan yang
sebenarnya. Yakni kebahagiaan saat kita di dunia dan saat kita diakhirat kelak.
Selain itu juga, dengan bersikap zuhud, artinya kita telah mampu mencontoh
kehidupan Rasulullah SAW dan melaksanakan nasihat beliau.
B.
TAWAKAL
Menurut
bahasa “Tawakal” itu berarti berserah diri. Mempercayakan diri atua mewakilkan.
Menurut istilah, tawakal berarti mempercayakan diri kepada Allah swt dalam
melaksanakan suatu rancangan, bersandar kepada kekuasaan-Nya dalam melaksanakan
suatu pekerjaan, dan berserah diri di bawah perlindungan-Nya pada waktu
menghadapi kesukaran. Berarti tawakal adalah berserah diri kepada Allah swt
dengan catatan sudah berusaha terlebih dahulu. Kita boleh merencanakan sesuatu
dan berusaha meraihnya dengan diiringin doa kepada-Nya. Naumn, kita jugap erlu
ingat bahwa yang menentukan hasilnya tetaplah Allah swt. Kita harus senantiasa
yakin bahwa apapun yang kita peroleh itulah yang terbaik untuk kita. Dengan
demikian, maka kita senantiasa akan bertawakal kepada-Nya sesuai dengan firman
Allah swt yang berbunyi:
tA$s% Èbxã_u z`ÏB tûïÏ%©!$# cqèù$ss zNyè÷Rr& ª!$# $yJÍkön=tã (#qè=äz÷$# ãNÍkön=tã U$t6ø9$# #sÎ*sù çnqßJçGù=yzy öNä3¯RÎ*sù tbqç7Î=»xî 4 n?tãur «!$# (#þqè=©.uqtGsù bÎ) OçGYä. tûüÏZÏB÷sB ÇËÌÈ
Artinya “Berkatalah
dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah
memberi nikmat atas keduanya: "Serbulah mereka dengan melalui pintu
gerbang (kota) itu, Maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. dan
hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang
beriman". (Q.S. Al-Maidah: 23).
Contohnya
saat kita menghadapi ujian, kita harus
belajar dengan tekun, dan tidak lupa untuk berdoa kepada-Nya. Untuk memohon
agar kita bisa mengerjakan soal ujian. Hasil ujian nanti kita serahkan kepada
Allah swt. Demikian Allah swt. Menyuruh kita untuk senantiasa bertawakal
kepadanya karena banyak manfaat yang akan kita rasakan darinya, diantara
manfaat tersebut adalah:
1.
Menambah
semangat dalam ikhtiar
2.
Senantiasa optimal
dalam meraih sesuatu
3.
Menjadi hamba
yang pandai bersyukur
4.
Disayang oleh
Alah swt.
Pengertian itu,
dapatlah ditegaskan bahwa tawakal tersebut berkaitan dengan sesuatu rencana
yang tetap (keputusan) atau kemauan (azam) yang disertai dengan bersungguh-sungguh untuk melaksanakan rencana tersebut.
PERILAKU TERCELA
A.
‘ANANIAH
‘Ananiah berarti mementingkan diri sendiri dan
mengabaikan orang lain, ‘Ananiah disebut
juga egois. Orang yang memiliki sifat egois menilai sesuatu berdasarkan dirinya
sendiri dan tidak memperdulikan kepentingan orang lain. orang yang bersifat
‘ananiah mirip dengan orang takabur dan
angkuh. Sifat ananiah akan mendatangkan kebinasaan bagi pemilik sifat tersebut.
Contohnya
pada saat musyawarah untuk pemilihan
OSIS di sekolah, kamu mengajukan usul atau saran yang kamu miliki. Akan tetapi,
bukan berarti usul tersebut harus diterima oleh semua peserta musyawarah.
Karena untuk mencapai mufakat keputusan akhir harus berdasarkan kepentingan
bersama.
Ada
beberapa cara yang dapat kamu gunakan agar dapat terhindar dari sifat ‘ananiah
diantaranya adalah:
1.
Senantiasa sadar
bahwa manusia adalah makhluk yang sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa
bantuan orang lain, seperti yang tercermin dalam Pancasila sila ke2
2.
Menghargai
pendapat orang lain
3.
Senantiasa
menyadari bahwa setiap manusia mempunyai kekurangan dan kelebihan.
B.
GADAB
Gadab
juga biasa disebut dengan marah. Orang yang memiliki sifat marah atau gadab
bisa disebut pemarah. Gadab dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Jika
seseorang marah ia dikuasai oleh setan sehingga orang yang sedang marah tidak
menyadari sesuatu yang diperbuat atau diucapkannya. Oleh karena itu, sifat ini
harus dijauhkan dari kehidupan kita sehari-hari. Dalam Al-Qur’an Allah
berfirman yang berbunyi:
* (#þqããÍ$yur 4n<Î) ;otÏÿøótB `ÏiB öNà6În/§ >p¨Yy_ur $ygàÊótã ßNºuq»yJ¡¡9$# ÞÚöF{$#ur ôN£Ïãé& tûüÉ)GßJù=Ï9 ÇÊÌÌÈ tûïÏ%©!$# tbqà)ÏÿZã Îû Ïä!#§£9$# Ïä!#§Ø9$#ur tûüÏJÏà»x6ø9$#ur xáøtóø9$# tûüÏù$yèø9$#ur Ç`tã Ĩ$¨Y9$# 3 ª!$#ur =Ïtä úüÏZÅ¡ósßJø9$# ÇÊÌÍÈ
Artinya “Dan
bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu)
orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit,
dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Q.S. Ali-Imron: 133-134).
Islam
mengajarkan kepada seluruh umatnya untuk memiliki sifat pemaaf terhadap
sesamanya. Seperti memaafkan teman yang pernah menghina kita baik yang
disengaja ataupun yang tidak disengaja. Sikap mudah memberi maaf atas kesalahan
orang lain memang bukan mudah untuk dilakukan. Sikap ini, hanya dimiliki oleh
mereka yang bertakwa kepada Allah swt.
C.
HASAD
Hasad
berarti menaruh marah benci karena iri terhadap keberuntungan orang lain. hasad
juga sering disebut dengan iri hati atua dengki. Orang yang memiliki sifat
hasad selalu tidak senang dengan apa yang diperoleh orang lain. dia menginginkan
apa yang diperoleh orang lain itu hilang
atau pindah kepadanya.
Contohnya
jika teman kamu mempunyai handpone baru dengan model yang sedang trend seperti
Blackbary. Kamu juga ingin mempunyai handphone tersebut dengan tipe yang sama
atau jika mampu kamu akan membeli handpone dengan merek dan fitur yang lebih
canggih dari Blackbary yang dimiliki teman kamu itu.
Mempunyai
sifat iri hati atau dengki juga bisa membahayakan bagi diri sendiri Karena akan
merasa gelisah takut tersaingi oleh orang lain yang lebih dari dirinya dalam
segala hal. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu kamu hindari agar sifat iri
tersebut tidak mengalir di dalam darah kamu, antara lain sebagai berikut:
1.
Senantiasa
menyadari dampak buruk dari hasad
2.
Senantiasa bergaul
dengan orang-orang yang Shaleh
3.
Selalu berfikir
positif terhadap orang lain
4.
Dan senantiasa
mensyukuri atas segala nikmat yang Allah swt berikan kepada kita.
D.
GIBAH
Gibah
adalah membicarakan kejelekan atau aib
seseorang, baik itu sebuah kebenaran ataupun tidak. Gibah sangat berbahaya
karena akan menciptakan permusuhan dengan sesame. Karena itulah didalam Islam
kita dilarang untuk bergibah, sebagaimana firman Allah yang berbunyi:
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qç7Ï^tGô_$# #ZÏWx. z`ÏiB Çd`©à9$# cÎ) uÙ÷èt/ Çd`©à9$# ÒOøOÎ) ( wur (#qÝ¡¡¡pgrB wur =tGøót Nä3àÒ÷è/ $³Ò÷èt/ 4 =Ïtär& óOà2ßtnr& br& @à2ù't zNóss9 ÏmÅzr& $\GøtB çnqßJçF÷dÌs3sù 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 ¨bÎ) ©!$# Ò>#§qs? ×LìÏm§ ÇÊËÈ
Artinya “Hai
orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena
sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang
dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang
suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima
taubat lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Al-Hujurat: 12).
Contohnya
saat kamu sedang bermain dengan dua teman kamu. Kemudian tiba-tiba kamu
membisikan temanmu yang satu dengan suara pelan. Sehingga teman yang lain
menaruh curiga dan berprasangka buruk terhadapmu. Ini tidak boleh terjadi, karena bisa merusak hubungan persaudaraan
yang sebelumnya terjalin. Sehingga menimbulkan pertentangan yang tidak
diinginkan.
Untuk
itu, kamu perlu menghindari sikap gibah seperti yang dijelaskan oleh Ummu
Usamah ‘Aliyyah dalam bukunya “Dua Belas Akhlak tercela disekitar kita”. Adapun
caranya adalah sebagai berikut:
1.
Senantiasa
berprasangka baik terhadap orang lain
2.
Meyadari bahwa
manusia tidak ada yang sempurna
3.
Senantiasa takut
akan azab Allah
E.
NAMIMAH
Namimah
biasa disebut dengan istilah fitnah. Dengan demikian, namimah adalah perkataan
bohong yang tanpa dasar dengan tujuan untuk menjelek-jelekan orang lain. oleh
karena itu, kita sebagia orang yang beriman
dengan mudah mempercayai berita-berita yang belum jelas kebenarannya.
Kita harus mencari tahu dulu bukti-buktinya demi kebaikan bersama. Seperti
firman Allah yang berbunyi:
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä bÎ) óOä.uä!%y` 7,Å$sù :*t6t^Î/ (#þqãY¨t6tGsù br& (#qç7ÅÁè? $JBöqs% 7's#»ygpg¿2 (#qßsÎ6óÁçGsù 4n?tã $tB óOçFù=yèsù tûüÏBÏ»tR ÇÏÈ
Artinya “Hai
orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu
berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal
atas perbuatanmu itu.” (Q.S. Al-Hujurat: 6).
Contohnya
kamu mempunyai teman dekat bermama Juha dan Reni. Suatu hari, Juha dating
kepadamu dan menceritakan tentang kejelekan Reni kepadamu, maka kamu jangan
langsung mempercayainya. Karena jika berita yang kamu dengar tidak benar sama saja kamu menfitnah orang
lain. Sedangkan dalam Al-Qur’an ditegaskan bahwa fitnah itu lebih kejam dari
pada pembunuhan, adapun firman Allah tersebut adalah:
|
|
Artinya
“Dan fitnah lebih kejam daripada
pembunuhan”. (Q.S. Al-Baqarah: 217).
Demikian
bahayanya fitnah hingga Allah SWT. Mengatakan bahwa perkataan fitnah itu lebih
kejam dari pada pembunuhan. Agar kamu dapat terhindar dari perbuatna tersebut,
maka sebaiknya kamu mencari kebenran atau setiap berita yang kamu dapatkan dari
orang lain kamu juga harus menyadari bahasa yang akan timbul dari sikap fitnah
tersebut.
Adapun
keburukan dari sifat fitnah tersebut bisa merusak jalinan persaudaraan sesame
muslim dan umat beragama.
0 komentar:
Post a Comment