BAB I
PENDAHULUAN



Himpunan adalah setiap daftar, kumpulan atau kelas objek-objek yang didefinisikan secara jelas, yang mana objek-objek ini disebut elemen-elemen atau anggota-anggota dan himpunan. Sifat keterkaitan atau yang disebut sifat himpunan yang dimaksud adalah:
1.        Tiap objek dalam kumpulan atau himpunan itu dapat dibedakan dari satu dengan yang lainnya.
2.        Dapat dibedakan adakan objek yang terdapat dalam himpunan dengan yang bukan terdapat dalam himpunan tersebut.

Pada bagian ini akan dijelaskan tentang relasi antar himpunan dan operasi pada himpunan dimana dalam relasi antara himpunan akan dibahas tentang (diagram Venn Euler, himpunan bagian, kesamaan himpunan, himpunan berpotongan dan himpunan lepas) sedangkan dalam operasi pada himpunan akan dibahas tentang (gabungan, irisan, komplemen, selisih dua himpunan, dan sifat-sifat operasi pada himpunan).




BAB II
PEMBAHASAN
RELASI DAN OPERASI HIMPUNAN



A.    DIAGRAM VENN EULER
Untuk menggambarkan relasi antara dua buah himpunan secara sederhana dapat menggunakan diagram Venn-Euler yang umumnya kita kenal dengan sebutan Diagram Ven. Gagasan ini dikemukakan oleh Leonhard Euler (1707-1783) yang dimulai dengan menggunakan lingkaran untuk  mewakili himpunan, selanjutnya dikembangkan oleh John Venn sehingga tercipta diagram seperti yang biasa digunakan sampai sekarang ini. Berikut ini diberikan contoh diagram Venn:
               A                           B                                             A         B


Contoh:
Misalkan  = {1,2,3,4,5,6,7,8}, A= {1,2,3,5} dan B = {2,5,6,8}
Diagram Venn.
7
                  U         A          B          
1          2        8
3          5                        4        6
3                    6



Kardinalitas
·         Jumlah elemen di dalam A disebut cardinal dari Himpunan A
·         Notasi: n (A) atau A

B.     HIMPUNAN BAGIAN
Himpunan A dikatakan himpunan bagian (subset) dari suatu himpunan katakanlah B jika setiap anggota A merupakan anggota dari himpunan B, biasanya dinotasikan dengan A Ì B dibaca (A himpunan bagian atau subset dari B).
Contoh:
1.      M = Himpunan bilangan ganjil positif adalah himpunan bagian dari N = Himpunan bilangan bulat positif, karena semua anggota M menjadi anggota di N, dapat ditulis M Ì N
2.      Diketahui S = {2,3,5,7,9} dan T = {0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,10}, karena semua anggota S ada di T maka S Ì T
A himpunan bagian dari B atau A subset B dapat juga ditulis dengan B  A dibaca B memuat A atau B superset A. Jika A bukan himpunan bagian B ditulis A Ì B. sebagai catatan bahwa subset dari setiap himpunan dan jika A bukan Subset B atau B atau A B, maka ada paling sedikit satu anggota A yang bukan anggota B. Dalam diagram Venn dapat dibuat:
  B
  0     1    4  A
    2    3
    5  7  9          A Ì B
  6   8
          10


C.    KESAMAAN HIMPUNAN
Himpunan A dikatakan sama dengan himpunan B jika dan hanya jika setiap anggota A merupakan anggota dari himpunan B dan setiap anggota B merupakan anggota dari himpunan A atau A Ì B dan B Ì A biasanya ditulis dengan A = B dibaca (A himpunan bagian atau subset dari B).
Contoh:
1.      A= {1,2,3,4,5} dan B = {3,4,5,2,1}, maka himpunan A = himpunan B atau A = B, maka {1,2,3,4,5} = {3,4,5,2,1}, karena setiap anggota A juga menjadi anggota B dan setiap anggota B juga menjadi anggota A.
2.      Diketahui S = {x/x-2x-3=0} dan T= {3,-1,1}, serta Q= {-1,3} karena semua anggota S=T=Q
3.      Jika A = {0,1} dan B= {x  x (x-1) = 0}, maka A=B
4.      Jika A ={3,5,8,5} dan B= {5,3,8}, maka A = B
Catatan:
-          A =B Jika dan hanya jika setiap elemen A merupakan elemen B dan sebaliknya setiap elemen B merupakan elemen A.
-          A=B Jika A adalah himpunan bagian dari B dan B adalah himpunan bagian dari A. Jika tidak demikian, maka A B.
-          Notasi: A = B  A Ì B dan B Ì A.

D.    HIMPUNAN BERPOTONGAN
Himpunan A dan B dikatakan berpotongan jika dan hanya jika ada anggota A yang menjadi anggota dari B.
1.      A = {1,2,3,4,5,} dan B= {0,5,6,7,8}, maka himpunan A dan himpunan B berpotongan, karena ada anggota A menjadi anggota B yakni 5.
2.      Diketahui D = {x/x2+3x+2=0}dan E = {x/x2-x-6=0}karena nilai D={-1,-2} dan E = {-2,3}, Jadi ada anggota D Menjadi anggota E yakni -2, maka D berpotongan dengan E.
Dalam diagram Venn untuk contoh:


        A                          B
1                      0
        3             5         6               A Berpotongan B
                   7   8         
  2 3


Catatan:
-          Dibeberapa buku himpunan yang berpotongan juga disebut dengan himpunan bersekutu.

E.     HIMPUNAN LEPAS
Diketahui dua Himpunan A dan B lepas jika dan hanya jika kedua himpunan tersebut tidak ada anggota keduanya sama, A dan B lepas biasanya ditulis (A//B). Contoh:
1.      X = himpunan bilangan bulat positif dan Y = himpunan bilangan bulat negative, karena anggota X tidak ada yang menjadi anggota di Y maka X dan Y dikatakan Lepas (X//Y).
2.      Diketahui D = {1,2,3,4} dan E = {6,7,8,9} karena anggota D tidak ada yang menjadi anggota E, maka D lepas dengan E atau (D//E).
Dalam diagram Venn untuk contoh:
            A                            B
1                      6
2         7       8 
3                           9                 A//B
      4


Catatan:
-          Pada beberapa buku himpunan yang lepas disebut dengan himpunan disjoint  dan dinotasikan dengan (A//B).

F.     OPERASI PADA HIMPUNAN
1.      Gabungan
Gabungan (union) dua buah himpunan A dan B merupakan himpunan semua anggota A dan semua anggota B, biasanya ditulis dengan (A  B) dibaca A gabungan B. Secara matematis dapat juga ditulis menjadi:
A  B = {x x  A atau x B}
Contoh:
a.       Jika A = {2,5,8} dan B = {7,5,22}, maka A  B = {2,5,7,8,22}
b.      Jika X = {0} dan Y = himpunan bilangan asli, maka X U Y = himpunan bilangan cacah dalam diagram Venn dapat ditulis sebagaiamana yang diarsir dibawah ini.
       U
  
      A          B
            Catatan:
a.       Jika A U B dari B U A adalah himpunan yang sama, maka dapat ditulis menjadi: A U B = B U A.
b.      Himpunan A dan B merupakan himpunan bagian dari A U B dan ditulis dengan A Ì (AUB) dan B Ì (AUB).

2.      Irisan
Irisan (intersection) dua buah himpunan A dan B merupakan himpunan yang anggota-anggotanya adalah anggota A dan anggota B, Biasanya ditulis dengan (A  B) dibaca A irisan B. Secara matematis dapat juga ditulis menjadi:
A  B = {x  x  A dan x  B}
            Contoh:
a.       Jika A = {a,i, u,e,o} dan B = {a, b, c, d, e, f}, Maka A  B = {a,e}.
b.      Jika M = Bilangan asli kelipatan 2 dan N = Bilangan asli kelipatan 3, maka M  N = {6,12,18,24,….}
c.       Jika A ={3,5,10} dan B= {-2,6}, maka A  B = Ø. Artinya: A//B
Dalam diagram Venn dapat ditulis sebagaimana yang diarsir dibawah ini:
                  U

                                 
    A           B

            Catatan:
1.      Jika A dan B suatu himpunan maka A  B= B  A
2.      A B dimuat oleh Himpunan A dan himpunan B, maka (A B) Ì A dan (A B) Ì B.

3.      Komponen
Komponen (Complement) suatu himpunan X merupakan himpunan anggota-anggota di dalam semesta pembicaraan yang bukan anggota X, biasanya ditulis dengan (A atau A0). Secara matematis maka dapat juga ditulis menjadi:
A={x  x  S, x  A}
            Contoh:
1.      Diketahui semesta pembicaraan x = { P, G, M, I} dan Y = {huruf hidup} maka Y = {P,G,M}.
2.      Misalkan S = {1,2,3,……, 10},
a.       Jika A = {1,3,7,10}, makas A; = {2,4,6,8}
b.      Jika A = {x  x/2  P, x < 10}, maka A = {1,3,5,7,10}
         U


                        A

Dalam diagram Venn dapat ditulis sebagaimana yang diarsir pada gambar dibawah ini:






Catatan:
1.      Koplemen dari himpunan semester S adalah himpunan Kosong S = Ø, sebaliknya Ø = S
2.      Komplemen dari komplemen himpunan A adalah himpunan itu sendiri (A) = A.

4.      Selisih
Selisih (Difference) dari dua buah himpunan A dan B merupakan irisan himpunan A dengan B komplemen, biasanya ditulis dengan A-B = A  B. Secara matematis maka dapat ditulis menjadi:
A-B = {x  x  A dan x  B} = A  B
Contoh:
1.      Jika A = {1,2,3,…… 10} dan B = {2,4,6,8,10}, maka A-B ={1,3,5,7,10} dan B-A = Ø
2.      X = {Abjad latin} dan Y = {Huruf hidup}, maka X-Y = {Huruf Konsonan}
Dalam diagram Venn dapat ditulis sebagaimana yang diarsir berikut ini:
                  U

                              A        B


5.      Sifat-sifat Operasi Himpunan
Berdasarkan definisi dari operasi himpunan, maka ada beberapa sifat operasi pada himpunan yang berlaku adalah sebagai berikut:
1.      Hukum Identitas:
-          A U Ø = A
-          A  U = A
2.      Hukum Null/Dominasi:
-          A Ø = Ø
-          A  U U = U
3.      Hukum Komplemen:
-          A U A = U
-          A  A = Ø
4.      Hukum idempotent:
-          A U A = A
-          A  A = A
5.      Hukum involusi:
-          (A) = A
6.      Hukum Penyerapan (Absorpsi)
-          A U (A  B) = A
-          A  (A U B) = A
7.      Hukum Komutatif:
-          A U B = B  A
-          A B = B A
8.      Hukum Asosiatif:
-          A U (B U C) = (A U B) U C
-          A  (B C) = (A  B) C
9.      Hukum distributive:
-          A U (B  C) = (A U B)  (A U C)
-          A  (B U C) = (A  B) U (A C)
10.  Hukum De Morgan:
-          (A B) = A U B
-          (A U B) = A B

6.      Pembuktian Pernyataan Perihal Himpunan
Pernyataan himpunan adalah argument yang menggunakan notasi himpunan. Pernyataan ini dapat berupa:
1.      Kesamaan (identity)
Contoh:
Buktikan “A  (B U C) = (A  B) U (A  C)”


2.      Implikasi
Buktikan bahwa “Jika A B = Ø dan A (B U C) maka selalu berlaku bahwa A  C”.

7.      Pembuktian Dengan Menggunakan Diagram Venn
Contoh:
Misalkan A, B dan C adalah himpunan.
Buktikan A (B U C) = (A B) U (A C) dengan diagram Venn.
Bukti:
                 A           B                                   A         B



           A (B U C)                                 (A B) U (A C)
Kedua diagram Venn memberikan area arsiran yang sama. Terbukti bahwa: A (B U C) = (A B) U (A C) diagram Venn  hanya dapat digunakan  jika himpunan yang digambarkan tidak banyak jumlahnya. Metode ini mengilustrasikan ketimbang membuktikan fakta. Diagram Venn tidak dianggap sebagai metode yang valid untuk pembuktian secara formal.

8.      Pembuktian  dengan Menggunakan Tabel Keanggotaan
Contoh:
Misalkan A, B dan C adalah himpunan.
Buktikan bahwa A (BUC) = (A B) U (A C)
A
B
C
B U C
A (B U C)
A B
A C
(A B) U (A C)
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1

Karena kolom A (B U C) dan kolom (A B) U (A C) sama, maka terbukti bahwa  A (B U C) = (A B) U (A C).

9.      Pembuktian dengan Menggunakan Aljabar Himpunan
Contoh:
Misalkan A dan B himpunan. Buktikan bahwa (A B) U (A B)= A
Bukti:
(A B) U (A B) = A (B U B)         (Hukum Operasi Selisih)
    =A U                     (Hukum Komplemen)
                            =A                           (Hukum Identitas)
Contoh:
Misalkan A dan B himpunan. Buktikan bahwa AU (B-A)= AUB
Bukti:
AU (B-A)        = AU(B A)                (Definisi Operasi Selisih)
= (AUB)  (AUA)      (Hukum Distributive)
= (AUB)  U                    (Hukum Komplemen)
= AUB                         (Hukum Identitas).


10.  Pembuktian dengan Menggunakan Definisi
Metode ini digunakan untuk membuktikan pernyataan himpunan yang tidak berbentuk kesamaan, tetapi pernyataan yang terbentuk implikasi. Biasanya, di dalam implikasi tersebut terdapat notasi himpunan bagian (  atau  ).
            Contoh:
Misalkan A dan B himpunan. Jika A  B=  dan A (B U C), maka A C. Buktikan!
Bukti:
1.      Dari definisi himpunan bagian, P    Q jika dan hanya jika setiap x P juga  Q. Misalkan x  A. Karena A  (B U C), dari definisi himpunan bagian, x juga  (B U C).
Dari definisi operasi gabungan (U), x  (B U C) berarti x  B atau x  C.
2.      Karena x A dan A  B= , Maka x B
Dari (1) dan (2), x  C harus benar. Karena  x  A juga berlaku x  C, maka dapat disimpulkan A  C.


BAB III
KESIMPULAN



Dari pembahasan makalah diatas, maka dapat kami simpulkan bahwa Untuk menggambarkan relasi antara dua buah himpunan secara sederhana dapat menggunakan diagram Venn-Euler yang umumnya kita kenal dengan sebutan Diagram Ven. Gagasan ini dikemukakan oleh Leonhard Euler (1707-1783) yang dimulai dengan menggunakan lingkaran untuk  mewakili himpunan, selanjutnya dikembangkan oleh John Venn.
Sedangkan Kesamaan Himpulan Jika, Himpunan A dikatakan sama dengan himpunan B jika dan hanya jika setiap anggota A merupakan anggota dari himpunan B dan setiap anggota B merupakan anggota dari himpunan A atau A Ì B dan B Ì A biasanya ditulis dengan A = B dibaca (A himpunan bagian atau subset dari B).







DAFTAR PUSTAKA



Theresia, 1992. Pengantar Dasar Matematika Logika dan Teori Himpunan. Jakarta: Erlangga.

Yunus, Muhammad. 2007. Logika: Suatu Pengantar. Yogyakarta: Graha Ilmu.


0 komentar:

 
Top