BAB I
PENDAHULUAN



Saat ini, di Negara kita mungkin terdapat sistem pendidikan yang kurang efektif dalam pembelajarannya. Kita melihat bagaimana pembelajaran di Indonesia yang mana saat ini sudah terkombinasi oleh sistem pendidikan dari Barat. Yang mana kebanyakan dari orangtua lebih memilih sistem pendidikan dari Barat yang kurang dalam hal agama. Kita melihat bahwa negara Indonesia mayoritas berpenduduk Muslim. Tetapi pada kenyataannya negara kita kurang menunjukkan sistem pendidikan islam.











BAB II
PEMBAHASAN


A.    PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA DAN TIMUR TENGAH
Pendidikan dalam kontek upaya merekonstruksi suatu peradaban merupakan salah satu kebutuhan asasi yang dibutuhkan oleh setiap manusia dan kewajiban yang harus diemban oleh negara agar dapat membentuk masyarakat yang memiliki pemahaman dan kemampuan untuk menjalankan fungsi-fungsi kehidupan selaras serta mampu mengembangkan kehidupannya menjadi lebih baik dari setiap masa ke masa. tidak hanya di Indonesia secara khusus dan Asia secara umum, Timur Tengah maupun Barat, mereka memiliki tendensi tertentu dalam perwujudan sistem pendidikannya. Saat ini Indonesia sebagai salah satu negeri kaum muslimin terbesar telah didera oleh berbagai keterpurukan, yang diantara penyebab keterpurukan tersebut terjadi karena kekeliruan dalam menyelenggarakan sistem pendidikan nasionalnya.
Dalam UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas Pasal 3 disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berangkat dari definisi di atas maka dapat difahami bahwa secara formal sistem pendidikan indonesia diarahkan pada tercapainya cita-cita pendidikan yang ideal dalam rangka mewujudkan peradaban bangsa Indonesia yang bermartabat sesuai dengan tuntunan agama. Namun demikian, sesungguhnya sistem pendidikan Indonesia saat ini tengah berjalan di atas rel kehidupan, sekularisme. Paham ini adalah adobsi dari Barat. Secara terminologinya yaitu, pandangan hidup yang memisahkan peranan agama dalam pengaturan urusan-urusan kehidupan secara menyeluruh, termasuk dalam penyelenggaraan sistem pendidikan.
Meskipun, pemerintah dalam hal ini berupaya mengaburkan realitas (sekularisme pendidikan) yang ada sebagaimana terungkap dalam UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas pasal 4 ayat 1 yang menyebutkan, “Pendidikan nasional bertujuan membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak serta berbudi mulia, sehat, berilmu, cakap, menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah air”. Perlu dipahami bahwa sekularisme bukanlah pandangan hidup yang tidak mengakui adanya Tuhan. Melainkan, meyakini adanya Tuhan sebatas sebagai pencipta saja, dan peranan-Nya dalam pengaturan kehidupan manusia tidak dominan.
Sehingga manusia sendirilah yang dianggap lebih berhak untuk mendominasi berbagai pengaturan kehidupannya sekaligus memarjinalkan peranan tuhan.Terkait dengan kondisi pendidikan di Indonesia, banyak pihak mengakui kebenaran penilaian bahwa sistem pendidikan di Indonesia adalah yang terburuk di kawasan Asia. Bagaimana tidak, hal ini karena pendidikan sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial politik, termasuk persoalan stabilitas dan keamanan, sebab pelaksanaan pendidikan membutuhkan rasa aman. Kondisi ini menunjukan adanya hubungan yang berarti antara penyelenggaraan pendidikan dengan kualitas pembangunan sumber daya manusia indonesia yang dihasilkan selama ini. Motif untuk menyelenggarakan serta mengenyam pendidikan baik oleh pemerintah maupun masyarakat saat ini lebih kepada tujuan untuk mendapatkan hasil-hasil materi ataupun keterampilan hidup belaka (yang tidak dikaitkan dengan tujuan membentuk kepribadian yang utuh berdasarkan pandangan Islam.
Akhir-akhir ini ada tendensi yang meningkat dikalangan sebagian para orang tua yaitu kebanggaan mereka memasukkan anak-anak mereka ke sekolah SBI (Sekolah Berstandar Internasional), dari pada memasukkan anaknya ke sekolah biasa pada umumnya atau ke pesanteren dan sekolah-sekolah yang berbasis keagamaan lainnya, dengan asumsi bahwa sekolah ini dapat memberikan kepuasan akan hausnya mutu pendidikan yang berkualitas. Hal ini mungkin disebabkan ketidakpuasan para orang tua kepada mutu pendidikan yang diberikan sekolah-sekolah umum atau swasta yang ada, atau hanya karena rasa gengsi dan bangga kepada sekolah-sekolah tersebut, bahkan terkadang sampai memaksakan anak didik yang memiliki keterbatasan kemampuan seperti dengan mendongkrak nilai mereka supaya dapat memasuki sekolah ini.
Perlu diketahui bahwa sekolah-sekolah ini secara umumnya telah mengadopsi sistem pendidikan barat, yang notabennya adalah sistem yang lebih mementingkan keuntungan materi ketimbang ukhrawi (mementingkan akhirat). Lebih mendahulukan wawasan keilmuwan anak dari pada penerapan akhlak mereka, karena mereka lebih memfokuskan kepada keinginan anak didik dari pada perkara yang mengarahkan mereka kepada kebaikan. Bukannya kita menolak setiap hal baru yang datang dari barat, terutama yang berhubungan dengan teknologi modern yang bermanfaat bagi kita. Islam selalu terbuka untuk menerima hal-hal yang baru selama tidak bertentangan dengan ajaran Allah dan Rasul-Nya.
Tetapi apabila hal itu bertentangan dengan ajaran Islam maka kita menolaknya, karena Al-Quran dan Sunah yang sesuai dengan pemahaman para salafus sholih sebagai dasar mengukur perkara-perkara yang lain. Sebagaimana firman Allah SWT, "Kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya" (Surat An-Nisa: 59).

B.     SISTEM PENDIDIKAN DI TIMUR TENGAH
Melihat kembali sejarah dan bahkan sampai sekarang, sejauh ini Timur Tengah tetap menjadi “kiblat” umat Islam. Timur Tengah sebagai “negara asal” kelahiran Islam adalah penyebab yang utama kemudian di susul dengan maraknya setiap generasi menuntut ilmu kesana sehingga terjadi transformasi keilmuan Islam khususnya di Indonesia dengan berdiri dan berkembangnya pesantren-pesantren atau lembaga keislaman lainnya sebagai sarana pembentukan pribadi muslim yang terpadu.
Timur Tengah selalu identik dengan Islam,terutama jika mengkaitkannya dengan sejarah bagaiman Islam berkembang yang kemudian muncul dengan pesatnya berbagai kajian bidang keilmuan Islam melalui tokoh-tokoh ternama dari bidangnya masing-masing. Keberhasilan inilah yang selalu jadi gambaran jelas mengapa sampai saat ini Timur Tengah tetap menjadi pilihan khusus bagi para pembelajar Islam untuk menuntut ilmu ke Negara Seribu Menara ini.
Kalau dilihat dengan kacamata teori pendidikan, bisa dikategorikan sebagai suatu sistem pendidikan tradisional, dan sistem pendidikan di negara-negara Timur Tengah (Islam khususnya) masih menerapkan sistem ini, yaitu pemerintah pusat memegang kontrol pendidikan, termasuk menentukan kurikulum yang berlaku secara nasional baik bagi sekolah negeri ataupun sekolah swasta. Pengajaran menekankan hafalan dan daya ingat untuk menguasai materi pelajaran yang diberikan. Materi pelajaran diarahkan agar murid bisa lulus ujian akhir atau test masuk ke sekolah lebih tinggi, tidak mengembangkan daya kritis dan kemandirian murid. Semua murid diperlakukan sama, tidak ada statemen khusus untuk murid yang tertinggal. Sekolah menekankan pada diri murid sikap hormat dan patuh kepada guru dan sekolah.
Dengan singkat sistem pendidikan yang dilakukan pada negara-negara di Timur Tengah- dapat dikatakan suatu sistem pendidikan yang kaku, seragam dan tiada pilihan bagi anak. Kadang bangga kita ketika menengok corak dan karakteristik pendidikan Barat dan Eropa yang unik dan maju, tapi tidak bisa dikesampingkan kebobrokan moral dan etika yang menghancurkan pranata-pranata kehidupan sosial manusia yang agung dan fitrah dari asalnya, dan masyarakat yang bertumpu pada nilai-nilai materialistik semata-mata, hanya akan melahirkan generasi yang berfikir materi semata . Kebingungan lain yang sering timbul adalah bagaimana mengaitkan agama dan pendidikan umum secara wajar.

C.    HUBUNGAN INDONESIA DENGAN TIMUR TENGAH
Hubungan antara Indonesia dengan Mesir semakin baik, dengan dibukanya perwakilan RI di Mesir dengan menunjuk HM Rasyidi sebagai Kuasa Usaha. Perwakilan tersebut merangkap sebagai misi diplomatik untuk seluruh negara-negara Liga Arab. Hubungan yang makin erat ini memberi kontribusi besar kepada Indonesia, ketika terjadi perdebatan Indonesia di forum Majelis Umum PBB dan Dewan Keamanan PBB yag membicarakan sengketa Indonesia-Belanda, para diplomat Arab dengan gigih mendukung Indonesia.
Presiden Sukarno pun membalas pembelaan negara-negara Arab di forum Internasional dengan mengunjungi Mesir dan Arab Saudi pada Mei 1956 dan Irak 1960. Pada 1956, ketika Majelis Umum PBB memutuskan untuk menarik mundur pasukan Inggris, Prancis dan Israel dari wilayah Mesir, Indonesia mendukung keputusan itu dan untuk pertama kalinya mengirim Pasukan Pemelihara Perdamaian PBB ke Mesir yang dinamakan dengan Pasukan Garuda I.
Indonesia yang telah megikat hubungan harmonis sejak dulu dengan negara Tim-Tengah. Kencangnya isu terorisme yang banyak digembor-gemborkan AS, membuat investor-investor dari Tim-Tengah mengalihkan investasinya ke negara lain. Pengalihan ini di prioritaskan kepada negara yang terutama negara yang bermayoritas memeluk Islam. Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, lebih menjadi sorotan negara Tim-Teng dibandingkan dengan negara-negara lain. Seperti, Malaysia, Thailand, Vietnam dll.Reputasi Indonesia di bidang percaturan politik internasional juga mempunyai posisi yang terhormat, misalnya ketika menjadi inisiator Konferensi Asia-Afrika tahun 1955. Indonesia, bersama India. Mesir dan Yugoslavia menajdi pelopor berdirinya Gerakan Non-Blok. Selain itu juga, potensi alam Indonesia yang kaya dengan bahan mentah dapat diolah menjadi komoditi perdagangan ke Tim–Teng, karena lebih dari 70 persen kebutuhan negara-negara tersebut dari impor.
Hubungan yang sudah terjalin sudah lama, hubungan ini sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk meraih kerja sama dalam bidang perdagangan maupun untuk mendapatkan hibah dan bantuan kemanusian. Aplikasi dari hubungan ini terlihat ketika Menteri Perdagangan dan Industri Kuwait berkunjung ke Indonesia tahun 2000, ia menyatakan akan tetap menanamkan investasinya sebesar 1,2 milyar dolar AS, untuk menolong keluar Indonesia dari krisis.
Selain itu juga, Indonesia memiliki kekuatan transaksi keuangan yang jumlah bertriliun-triliun rupiah terhadap suatu negara yang berada di Tim-Teng, yaitu suatu transaksi yang terkait dengan penyelenggaraan haji tiap tahun. Pada tahun 2006 Indonesia memberangkatkan sekitar 205.000 jama’ah haji. Jika biaya haji sekitar 2.577,00 dolar AS, maka dana yang terkumpul adalah sekitar 528.285.000,00 dolar AS atau Rp 4.860.222.000.000,00. Dari jumlah tersebut akan menjadi devisa Arab Saudi dalam bentuk living cost, akomodasi, konsumsi di Airport King Abdul Aziz dan Madinah, dan biaya-biaya lainnya.
Namun demikian, masih banyak kekurangan-kekuarangan khususnya dari pihak Indonesia sendiri. Seperti halnya yang diungkapan oleh Alwi Sihab Mantan Menko Kesra “Hubungan dagang Indonesia dengan Tim-Teng memiliki beberapa kelemahan, yaitu pendekatan yang masih rendah dan pengusaha Indonesia lebih berorientasi ke Amerika Serikat, Eropa dan Jepang”. Kurangnya pendekatan dan menyepelekan pasar Tim-Teng mengakibatkan beberapa pengusaha Arab mengalihkan pandangannya ke Malaysia, Thailand, Singapura dan Filipina.


BAB III
KESIMPULAN



Dari pembahasan makalah diatas, maka dapat kami simpulkan bahwa Hubungan bilateral Indonesia dan Australia tergolong hubungan yang sangat unik, di satu sisi menjanjikan berbagai peluang kerjasama namun di sisi lain juga penuh dengan berbagai tantangan. Kondisi ini disebabkan oleh berbagai perbedaan menyolok diantara kedua negara dan bangsa bertetangga, yang terkait dengan kebudayaan, tingkat kemajuan pembangunan, orientasi politik yang mengakibatkan pula perbedaan prioritas kepentingan.
Tidak dipungkiri, perbedaan-perbedaan tersebut akan menciptakan berbagai masalah yang akan selalu mewarnai hubungan kedua negara di masa-masa mendatang. Masa Pemerintahan Orde Baru di Indonesia merupakan suatu masa berkembangnya hubungan antara Indonesia dengan Australia. Akan tetapi ketika terjadi pemisahan Timor Timur dari Indonesia pada 1999, hubungan kembali memanas.



DAFTAR PUSTAKA


Australia: Investigasi Balibo Tak Ganggu Hubungan dengan Indonesia, harian TEMPO, interaktif, internasional. Kamis, 10 September 2009

Hanvitra, Randy Ramadhani. 2009. Menyoal Hubungan Indonesia dan Timur Tengah. Diakses dari www.unisosdem.org  pada tanggal 23 November 2009 pada jam 14.25 WIB

Hubungan antara Australi dan Indonesia,  Australia-Indonesia Institute. Diakses dari http://www.dfat.gov.au/aii/publications/bab11/html pada tanggal 23 November 2009 pada jam 14.23 WIB

0 komentar:

 
Top