BAB I
PENDAHULUAN
Untuk memperoleh pengalaman belajar
di perlukan dorongan untuk belajar. Dorongan ini disebut dengan motivasi.
Dorongan untuk belajar bias berasal dari dalam diri pelajar sendiri, Namun,
kadan-kadan dorongan itu tidak muncul sehingga memerlukan penciptaan kondisi
oleh pihak lain untuk memunculkan atau dorongan yang berasal dari luar. Kadang-kadang
berpangkal pada naluri, kadang pula berpangkal pada suatu keputusan rasional,
tetapi lebih sering hak iti merupakan perpadua kedua proses tersebut. Motivasi
mempunyai banyak relevansi dengan tugas guru yang selalu dihadapkan kepada
pengambilan keputusan mengenai pengorganisasain suatu tugas kegiatan belajar.
Motivasi hendaknya tidak dianggap
sebagai persyarat mutlak untuk kegiatan belajar. Lebih baik motivasi dianggap
sebagai kemauana untuk memasuki suatu situasi belajar. Kegiatan belajar tidak
perlu ditunda sampai ada motivasi yang tepat untuk belajar kalau seseorang
sudah mempunyai motivasi, maka ia selamkanya tidak ada dalam ketegangan damn selalu
siap mengerjakan hal- hal yang diperlukan sesuai dengan apa yang
dikehendakanya. Hal ini, karena motivasi menyangkut pemenuhan seperangkat
kebutuhan dan kekuratan gaya pendorong yang oleh maslau dalam M.suparta
diklasifikasikan atas lima kelompok, yaitu :
BAB II
PEMBAHASAN
SEJARAH
AGAMA DAN INTI AJARAN AGAMA HINDU
A. SEJARAH
AGAMA HINDU
Secara historis, kelahiran agama Hindu
dilatarbelakangi dengan akulturasi kebudayaan antara bangsa Aria sebagai bangsa
pendatang dan Iran, dengan bangsa Dravida sebagai penduduk asli India. Bangsa
Aria masuk ke India kira-kira tahun 1500 SM. Dengan segala kepercayaan dan
kebudayaan yang bersifat Vedawi, telah menjadi thesa di satu pihak, dan
kepercayaan bangsa Dravida yang animist telah menjadi antithesa di lain pihak. Dan
sinkretisme antara keduanya, lahir agama Hindu (Hinduisme) sebagai synthesa.
Berlatar belakang statusnya sèbagai bangsa pendatang,
maka bangsa Aria merasa men-iiliki kelebihan daripada bangsa Dravida. Kedudukan
bangsa Aria yang terdiri dan para brahrnana ahli kitab itu, bagaimanapu tidak
bisa disejajarkañ dengan orang-orang awam pada umumnya, sehingga tidaklah
mengherankan jika di kemudian han agama Hindu lebih banyak diwarnai oleh adanya
klasifikasi masyarakat penganutnya ke dalam kasta-kasta.
Kaum brahmana yang mengusai kitab Veda telah menjadi
kelompok penentu ajaran Hindu, karena itu agama Hindu dikenal juga dengan
istilah agma Brahmana atau disebut Dharma dalam bahasa Sanskerta. Dari sisi
lain, agama Hindu terkadang disebut juga agama Weda, karena aja rannya
bersumber dan kitab Weda, yang wujud lahiriahnya terdiri dari empat kelompok
berikut.
1. Rig Weda, yaitu kitab Weda yang banyak
mengandung puji-pujian (hymne).
2. Sama Weda, sebagai penjabaran dari Ring Weda
ditandai dengan lagu-lagu dan nyanyian suci.
3. Yayur Weda, yakni kitab Weda yang banyak
memuat perihal mantera-mantera untuk persembahan dalam upacara-upacara
keagamaan.
4. Atharwa Weda, yakni kitab Weda khusus bagi
para pendeta tertentu dan golongan brahmana.
Sedangkan menurut isinya, kitab Weda dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut :
1. Mantera, yang berarti
nyanyian doa suci.
2. Brahmana, yang berisi
uraian tentang upacara korban yang biasa dilakukan oleh pendeta.
3. Upanisyad, berisi tentang
ajaran ketuhanan, perihal manusia dan kelahiran kembali.
B. KETUHANAN
TRIMURTI
Sistem ketuhanan Hindu mendekati paham materialisme
yang bersifat naturalis, karena disandarkan pada peristiwa dan kejadian alam,
sehingga hampir segala gejala dan gerak alamiah merupakan manifestasi dan lambang
kekuatan. Tidaklah mengherankan apabila kepercayaan terhadap kekuatan yang
majemuk itu, menggiring ketuhanan Hindu ke arah polytheisme yang memuja banyak
dewa.
Di antara sekian banyak dewa yang dipuji sebagai
sumber segala kekuatan, hakikatnya terkoordinasi dalam ketuhanan Trimurti,
berikut ini.
a.
Brahmana
Dewa yang dianggap sebagai pencipta alam, yang telah
mewujudkan alam ini dengan segala isinya. Dalam mengendalikan kekuasaannya,
dewahmana didampingi dewi yang sakti, yakni Dewi Saraswati (dewi kesenian dan
pengetahuan); juga memiliki kendaraan khusus yaitu hewan unggas yang disebut
Hangsa.
b. Wisynu
Dianggap sebagai dewa pemeliharaan alam dengan
kekuasaan mendamaikan umat manusia, memelihara ketertiban, serta mewujudkan
kedamaian. Dalam melaksanakan tugasnya, Dewa Wisynu juga didampingi oleh dewi
sakti yang disebut Dewi Sri (dewi kebahagiaan). Kendaraan khusus untuk Wisynu
dilambangkan dengan burung Rajawali atau Garuda.
c. Syiwa
Dianggap sebagai dewa perusak alam yang kekuasaannya
berhubungan dengan kejahatan manusia. Timbulnya peperangan, pembunuhan dan
sebagainya. Perlambang sedang berperannya kekuasaan Syiwa. Sebagaimana Brahmana
dan Wisynu, maka Syiwa pun didampingi dewi sakti yang disebut Dewi Durga (dewi
kematian). Kendaraan khusus untuk Wisynu dilambangkan dengan lembu jantan yang
disebut Nandi.
Wujud ketuhanan Hindu yang polytheisme akan nampak
jelas dengan memperhatikan pemujaan terhadap bermacam-macam dewa sesuai dengan
gerak alam. Penguasaan matahari oleh Dewa Surya, langit dan lautan oleh Down
Waruna, hujan dan perang untuk Dewa Indra, atau angin topan untuk Dewa Maruta
dan bumi oleh Dewi Pertiwi.
Secara inkrnasi, dewa-dowa yang bersemayam di kayangan
berlokasi di Gunung Mahameru, dalam peranannya menyelamatkan kehidupan manusia,
sebagai raja yang berkuasa. Dalam hubungan ini, dapat disebutkan contohnya Rama
sebagai penjelmaan Wisynu di India dan Airlangga sebagai penjelmaan Wisynu di
indonesia.
C. INTI AJARAN HINDU
a. Tentang korban dan sajian,
sebagai persembahan kepada para dewa atau penghormatan terhadap arwah nenek
moyang yang telah meninggal. Korban umum dilakukan dalam bentuk kebersamaan
antara masyarakat setempat, biasanya dalam menghadapi musibah, upacara
pembakaran mayat dan lain-lain. Korban dilakukan khusus oleh keluarga tertentu
dalam hubungannya dengan peristiwa perkawinan, kelahiran dan kematian.
b. Tentang roh disebutkan adanya roh
umum yang bersifat universal, yakni Brahman sebagai Tuhan penguasa semesta dan
roh umum yang telah terkurung dalam tubuh atau benda yang disebut Atman.
c. Perihal karma, bahwa perbuatan
manusia di dunia akan selalu berhubungan dengan hukum kausalitas dimana
perbuatan baik akan menimbulkan akibat baik, dan perbuatan jahat akan
mengakibatkan timbulnya kejahatan.
d. Bahwa proses kehidupan manusia,
tidak terlepas dari kesengsaraan (samsara) dimana manusia lahir, hidup,
berbuat, mati, lahir lagi, dan seterusnya. Semuanya akan terus berputar dan tak
pernah berhenti, melainkan dengan jalan kelepasan.
e. Tentang kelepasan atau disebut
Moksa, merupakan jalan menghindari kesengsaraan dengan cara membebaskan diri
dan godaan keinginan yang melekat dalam tubuh manusia.
D. ALIRAN
HINDUISME
- Aliran Wedanta atau disebut juga utara Mimamsa, dipelopori oleh pendeta Badrayana yang termaktub dalam buku Wedanta Sutra dan Brahmasutra. Penganut terkenal dari aliran ini adalah pendeta Ramanuya (akhir abad 11 M). Aliran ini berisi :
1) Bahwa sumber utama dan titik
akhir dari segala sesuatu adalah Brahman, yang bersifat azali.
2) Bahwa hakikat nanusia adalah
penjelmaan rahman dalam wujud yang terbatas yang disebut Atman; terdiri
dari Purusa dan Praketti (Rohani dan Jasmani) yang bersifat
sementara.
3) Kelepasan dilakukan dengan
menghilangkan keterbatasan Brahman dalam situasi Atman melalui pengetahuan
serta kesadaran diri terhadap kenyataan yang dialami.
- Aliran Samkhya, disponsori oleh Pendeta Kapila (sekitar abad 8 SM) bersamaan lahirnya Upanisyad. Aliran ini berisi :
1) Bahwa sumber segala sesuatu
adalah dua zat yang kekal, yakni Purusa (roh) dan Prakerti (benda). Di dalam
Prakerti terdapat tiga guna sebagai daya kekuatan, yakni Sattawa (daya
terang yang membawa kesadaran). Rajasa (daya penggerak atau motivator
untuk melakukan aktivitas), serta daya putus asa (yang membawa kemalasan).
2) Bahwa persekutuan antara Purusa
dan Prakerti akah melahirkan situasi mahal yang dapat menimbulkan ahamkara. Dan
hubungan keduanya timbul pengamatan, perbuatan dan budi.
3) Bahwa kelepasan dilakukan dengan
cara mengembalikan Purusa kepada kepribadiannya semula, melalui
pengetahuan praktis (yoga).
- Aliran Yoga,. sebagai kelanjutan operasional dan aliran Samkhya, dipelopori oleh pendeta Patanjali (sekitar tahun 450 M). Aliran ini menyatakan :
Bahwa jajan
kelepasan diperoleh tergantung pada diri manusia sendiri dalam usahanya
melepaskan diri dari segala keinginan pada barang-barang yang tampak, sehingga
tidak berminat sama sekali pada hal-hal duniawi (wairagya).
Ada delapan
tingkat yang harus dilalui untuk mencapai kelepasan yang terdapat dalam aliran
ini yaitu:
a. Ahimsa (jangan, membenci,
mencuri, berbuat mesum, dan sebagainya).
b. Membersihkan diri lahir batin
semata-semata hanya untuk berbakti pada Tuhan.
c. Penguasaan nafas hidup.
d. Peguasaan gerak-gerik tubuh.
e. Perenungan diri sendiri.
f. Perenungan barang yang diamati.
g. Mematikan rangsangan dari luar.
h. Penghapusan identitas pribadi.
Dari persiapan yang bersifat etis, fisis, imaginatif
dan samadhi, dimaksudkan untuk mencapai tujuan akhir dari manusia, yakni
berpisahnya pengaruh Prakerti dalam Purusa dengan Tuhan sebagai titik sasaran
renungan. Dari sini dapat dimengerti bahwa kelepasan Yoga bukan dalam bentuk
persekutuan Tuhan seperti Wedanta, bukan pula pengingkaran terhadap peranan
Tuhan seperti Samkhya, melainkan Tuhan diwujudkan secara simbolis dan bersifat
pasif.
- Agama Sikh, dikategorikan sebagai gerakan pembaharuan dalam Hinduisme, yang ditimbulkan akibat pengaruh masuknya agama Islam (abad-12) dan agama Kristen (abad-18) ke India. Di bawah pimpinan Kabir dan Nanak, gerakan Sikh berkembang di India dengan inti ajaran sebagai berikut.
a)
Bahwa Tuhan adalah zat yang disembah
oleh penganut sebuah agama. Oleh karena itu, penyembahan terhadap banyak dewa
merupakan kesalahan.
b)
Kelepasan diperoleh dengan iman dan
bakti serta persekutuan dengan Tuhan di dalam kasih.
c)
Perbedaan kasta tidak dibenarkan.
Gerakan ini berpedoman pada Kitab Suci tersendiri yang disebut Adi Granth.
- Agama Brahma Samaj, merupakan gerakan pembaharuan Hinduisme sebagai reaksi dari pengaruh agama Kristen di India. Didirikan oleh Ram Mohan Roy (1772-1833) seorang Hindu yang berpendidikan barat. Brahma Samaj yang berarti persekutuan masyarakat brahman, melaksanakan kebaktiannya setiap hari Sabtu, semacam misa Minggu yang dilakukan umat Kristen. Acara kebaktian dilaksanakan dengan membaca ayat Weda, menafsirkan Upanisyad, berkotbah dalam bahasa Benggala dan menyanyikan lagu-lagu Hindu yang diiringi musik. Beberapa inti ajaran dari gerakan ini adalah sebagai berikut.
a)
Bahwa Weda merupakan satu-satunya
kitab suci sebagai dasar iman.
b)
Tuhan adalah Zat yang berpribadi dan
tidak pernah meniti, Maha Mendengar dan mengabulkan doa.
c)
Menyembah Tuhan harus dilakukan
secara rohani.
d)
Jalan kelepasan untuk memperoleh
keselamatan dilakukan dengan cara tobat serta menghentikan perbuatan dosa.
Sebagai gerakan Hinduisme yang moderat, Brahma Samaj
banyak dianut oleh masyarakat India, dimana kegiatannya diperluas sampai ke
bidang sosial kemasyarakatan. Dari gerakan ini, lahir aliran Arya Samaj yang
dipimpin oleh Swami Dayanad Saraswati dan Ram Krisna Mission yang dipimpin oleh
Sri Rama Krisna.
Selain kitab Weda, Hinduisme juga sangat menghargai
hasil kesusasteraan yang termaktub dalam kitab Ramayana dan Mahabarata, dimana
keduanya mengungkapkan perihal nilai perjuangan menegakkan kebenaran. Ramayana
adalah hasil karya Walmiki yang mengemukakan peranan Rama dan Sinta dalam
menghadapi keangkaramurkaan Rahwana; sedangkan Mahabarata hasil tulisan Wiyasa
menampilkan peranan Pandawa melawan kejahatan Kurawa.
BAB III
KESIMPULAN
Kelahiran agama hindu di latar
belakangi dengan akulturasi kebudayaan antara bangsa Arya sebagai bangsa
pendatang dari iran, dengan bangsa dravida sebagai penduduk asli India. Agama
hindu lebih banyak diwarnai oleh adanya klasifikasi masyarakat penganutnya
kedalam kasta-kasta, adapun dewa-dewa yang dipuji sebagai sumber segala
kekuatan, hakikatnya terkoordinasi dalam ketuhanan trimurti yaitu : Brahma,
Wisnu dan Syiwa. Inti dari ajaran agama hindu antara lain:
1.
Tentang korban dan sajian, sebagai
persembahan kepada para dewa atau penghormatan terhadap arwah nenek moyang yang
telah meninggal.
2.
Tentang roh disebutkan adanya roh
namun yang bersifat universal, yakni Brahman sebagai tuhan penguasa semesta dan
roh umum yang telah terkurung dalam tubuh atau benda yang disebut atman.
3.
Perihal karma
4.
Tentang proses kehidupan manusia
- Tentang kelepasan atau disebut moksa
DAFTAR
PUSTAKA
0 komentar:
Post a Comment