BAB I
PENDAHULUAN
Dzikir dan do’a adalah dua hal yang saling berhubugan.
Dzikir sebagai sebutan dan ingat kepada Allah merupakan pendahuluan do’a. Orang
dapat berdo’a bila ia menyebut nama Allah dan ingat kepada-Nya, yang merupakan
tujuan kepada siapa ia memanjatkan do’a. Dengan mulut dan hati yang berdzikir,
diharapkan orang yang berdo’a tergerak melakukan perbuatan yang sesuai dengan
kehendak nama yang ia sebut dalam dzikir.
Dzikir menempati sentral amaliah jiwa hamba Allah yang
beriman, karena dzikir adalah keseluruhan getaran hidup yang digerakkan oleh
kalbu dalam totalitas ilahi. Totalitas inilah yang mempengaruhi aktivitas
hamba, gera-gerik hamba, kediaman hamba, kontemplasi hamba, dan saat-saat hamba
istirab dalam tidurnya. Dzikir yang memenuhi ruang-ruang kalbu kita adalah
dzikir yang tidak pernah dibatasi oleh raung dan waktu. Jika waktu muncul
akibat gerakan-gerakan empisi, maka dzikir yang hakiki tidak pernah memiliki
waktu, kecuali waktu ilahi itu sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
DZIKIR DAN DO’A
A. PENGERTIAN
DZIKIR DAN DOA
Kata “dzikr” menurut bahasa
artinya ingat. Sedangkan dzikir menurut pengertia syariat adalah mengingat
Allah SWT dengan maksud untuk mendekatkan diri kepadaNya[1].
Kita diperintahkan untuk berdzikir kepada Allah untuk selalu mengingat akan
kekuasaan dan kebesaranNya sehingga kita bisa terhindar dari penyakit sombong
dan takabbur. Seperti firman Allah SWT yang berbunyi sebagai berikut:
Artinya: “Hai orang-orang yang
beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang
sebanyak-banyaknya.” (QS. Al-Ahzab: 41).
Berdzikir dapat dilakukan dengan berbagai cara dan dalam keadaan
bagaimamanapun, kecuali ditempat yang tidaksesuai dengan kesucian Allah.
Seperti bertasbih dan bertahmid di WC.[2] Seperti firman Allah SWT yang berbunyi:
Artinya: “(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS.
Ali Imran : 191).[3]
Sedangkan
Kata doa dalam Al-Qur’an mempunyai beberapa pengertian. Sedangkan doa dalam
pengertian keagamaan (islam) adalah seruan, permintaan, permohonan,
pertolongan, dan ibadah kepada Allah Swt. supaya terhindar dari mara bahaya dan
mendapatkan manfaat. Doa adalah kontak bathin dengan Allah sebagai perwujudan
pengabdian hamba yang tulus ikhlas kepada-Nya. Ia menjadi terkabul karena
disertai oleh usaha manusia untuk mencapainya dan tekad untuk mengikuti
tuntututan Allah dalam hidup. Inilah inti dari segala doa.[4]
Dan karena itu, tidak mengherankan bila Rasulullah saw. bersabda bahwa doa
adalah senjata orang beriman.
Doa
sebagai permintaan adalah seperti yang dilakukan oleh Nabi Zakaria, yang
meminta kepada Allah supaya diberi anak cucu yang saleh. Nabi Ibrahim a.s.
memuji Allah atas dua orang putra yang diberikan kepadanya di usia senja dan ia
meminta kepada Allah supaya permintaannya dikabulkan. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa doa tidak saja dilakukan untuk meminta sesuatu tetapi
juga sebagai pernyataan kehambaan dan sikap penyerahkan diri kepada Allah[5].
Sebagaimana
akidah tauhid dimaksudkan untuk membentuk kepribadian yang utuh dan integral
melalui pelaksanaan syariat yang akhirnya menciptakan moralitas dan perilaku
yang integral, maka doa pun dimaksudkan untuk menciptakan daya tahan diri yang
lebih tinggi. Semua itu dalam rangka menunaikan tugas suci yang diberikan Allah
kepada manusia, yakni menjadi khalifah-Nya di muka bumi.[6]
B.
BENTUK
DAN CARA BERDZIR
Ada
beberapa bentuk dan cara berdzikir diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Dzikir
dengan hati, yaitu dengan cara bertafakur, memikirkan ciptaan Allah sehingga
timbul di dalam fikiran kita bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa. Semua
yang ada di alam semesta ini pastilah ada yang menciptakan, yaitu Allah SWT.
2. Dzikir
dengan lisan (ucapan), yaitu dengan cara mengucapkan lafazh-lafazh yang di
dalammya mengandung asma Allah yang telah diajarkan oleh Rasulullah kepada
ummatnya. Contohnya adalah: mengucapkan tasbih, tahmid, takbir, tahlil,
sholawat, membaca Al-Qur’an dan sebagainya.
3. Dzikir
dengan perbuatan, yaitu dengan cara melakukan apa yang diperintahkan Allah dan
menjauhi larangan-laranganNya. Yang harus diingat ialah bahwa semua amalan
harus dilandasi dengan niat. Niat melaksanakan amalan-amalan tersebut adalah
untuk mendapatkan keridhoan Allah SWT.
C. WAKTU
YANG BAIK UNTUK BERDOA
Ada beberapa waktu yang baik untuk berdoa
diantaranya adalah sebaga iberikut[7]:
1.
Waktu tengah malam atau
sepertiga malam yang terakhir dan waktu setelah sholat lima waktu.
Dari
Abu Umamah ra, ia berkata : Rasulullah SAW ditanya oleh shabat tentang doa yang
lebih didengar oleh Allah SWT. Rasulullah SAW menjawab : “Yaitu pada waktu
tengah malam yang terakhir dan sesudah shalat fardhu.” (HR. At-Turmudzi).
2.
Pada hari Jum’at
Dari
Abu Hurairah ra. bahwasanya ketika Rasulullah SAW membicarakan hari jum’at
beliau bersabda : “Pada hari itu ada suatusaat apabila seorang muslim yang
sedang sholat bertepatan dengan saat itu kemudian ia memohon kepada Allah,
niscaya Allah mengabulkan permohonannya.” Dan beliau memberi isyarat bahwa
waktu itu sangat sebentar. (HR. Al-Bukhori dan Muslim).
3.
Waktu antara adzan dan
iqomah
Dari
Anas bin Malik ia berkata : Rasulullah SAW telah bersabda : “Doa diantara adzan
dan iqomah tidak ditolak.” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan At-Turmudzi).
4.
Waktu seseorang sedang
berpusa
“Ada
tiga golongan yang tidak ditolak doa mereka, uaitu : orang yang berpuasa sampai
iaberbuka, kepala negara yang adil, dan orang-orang yang teraniaya.” (HR.
At-Turmudzi dengan sanad yang hasan).
D.
BEBERAPA
MANFAAT DZIKIR DAN BERDOA
1. Menghilangkan
segala kerisauan dan kegelisahan serta mendatangkan
kegembiraan dan kesenangan.
2. Mendatangkan
wibawa dan ketenangan bagi pelaku-nya
3. Mengilhamkan
kebenaran dan sikap istiqomah dalam setiap urusan
4. Mendatangkan
sesuatu yang paling mulia dan paling agung yang dengan itu kalbu manusia
menjadi hidup seperti hidupnya tanaman karena hujan.
5. Dzikir
juga menjadi penyebab turunnya sakinah (ketenangan), penyebab adanya
naungan para malaikat, penyebab turunnya mereka atas seorang hamba,
serta penyebab datangnya limpahan rahmat, dan itulah nikmat yang paling besar
bagi seorang hamba.
6. Menghalangi
lisan seorang hamba melakukan ghibah, berkata dusta, dan melakukan perbuatan
buruk lainnya.
7. Orang
yang berdzikir akan membuat teman duduknya tentram dan bahagia.
8. Orang
yang berdzikir akan diteguhkan kalbunya, dikuatkan tekadnya, dijauhkan dari
kesedihan, dari kesalahan, dari setan dan tentaranya. Selain itu kalbunya akan
didekatkan pada akhirat dan dijauhkan dari dunia.
9. Apabila
kelalaian merupakan penyakit, dzikir merupakan obat baginya. Ada ungkapan: Jika
kami sakit, kami berobat dengan dzikir.
10. Memudahkan
pelaksanaan amal saleh, mempermudah urusan yang pelik, membuka pintu yang
terkunci, serta meringankan kesulitan.
11. Memberi
rasa aman kepada mereka yang takut sekaligus menjauhkan bencana.
12. Dzikir
menghilangkan rasa dahaga disaat kematian tiba sekaligus memberi rasa aman dari
segala kecemasan.
E.
ORANG
YANG MAKBUL DOANYA
Ada tiga orang yang tidak ditolak
Do’a mereka diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Orang
yang berpuasa sampai dia berbuka
2. Seorang
penguasa yang adil
3. Do’a
orang yang dizalimi (teraniaya).
Do’a mereka diangkat oleh Allah ke atas awan dan
dibukakan baginya pintu langit dan Allah bertitah, “Demi keperkasaanKu, Aku
akan memenangkanmu (menolongmu) meskipun tidak segera.” (HR. Tirmidzi).
Tiga
macam Do’a dikabulkan tanpa diragukan lagi, yaitu Do’a orang yang dizalimi,
Do’a kedua orang tua, dan Do’a seorang musafir (yang berpergian untuk maksud
dan tujuan baik). (HR. Ahmad dan Abu Dawud).
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah diatas, maka dapat kami
simpulkan bahwa Do’a adalah otaknya (sumsum/intinya) ibadah. (HR. Tirmidzi)
selain itu
Do’a adalah senjata seorang mukmin dan tiang (pilar) agama serta cahaya langit dan bumi. (HR. Abu Ya’la). Pengembalian diri seseorang hanyalah kepada Sang Pencipta Allah SWT dengan melakukan ibadah,karena do’a termasuk ibadah maka dapat dipanjatkan tatkala tidak dalam menghadapi permasalahan yang rumit.
Do’a adalah senjata seorang mukmin dan tiang (pilar) agama serta cahaya langit dan bumi. (HR. Abu Ya’la). Pengembalian diri seseorang hanyalah kepada Sang Pencipta Allah SWT dengan melakukan ibadah,karena do’a termasuk ibadah maka dapat dipanjatkan tatkala tidak dalam menghadapi permasalahan yang rumit.
Sedangkan dzikir adalah mengingat Allah SWT
dengan maksud untuk mendekatkan diri kepadaNya. Kita diperintahkan untuk
berdzikir kepada Allah untuk selalu mengingat akan kekuasaan dan kebesaranNya
sehingga kita bisa terhindar dari penyakit sombong dan takabbur.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim Mahmud, Terapi
Dengan Dzikir Mengusir Kegelisahan & Merengkuh Ketenangan Jiwa, Misykat
(Jakarta: Mizan Publika, 2004).
Departemen Agama, Yayasan
Penyelenggara Penterjemah al-Qur’an, (Semarang: Tanjung Mas Inti, 1992).
In’ammuzahiddin Masyhudi, Nurul
Wahyu A, Berdzikir dan Sehat ala Ustad Haryono, (Semarang: Syifa
Press, 2006).
M. Amin, Aziz, Tirmidzi Abdul
Majid, Analisa Zikir dan Doa, (Jakarta: Pinbuk Press, 2004).
M. Afif Anshori, Dzikir Demi
Kedamaian Jiwa Solusi Tasawuf Atas Manusia Modern, (YogyakartaL Pustaka
Pelajar, 2003).
Teungku Hasbi Ash-Shiddieqiy, Pedoman
Dzikir Dan Doa, (Jakarta: Bulan Bintang, Cet ke-llX, 1990).
[1]
In’ammuzahiddin Masyhudi, Nurul Wahyu A, Berdzikir dan Sehat ala Ustad
Haryono, (Semarang: Syifa Press, 2006), hlm. 7.
[2] M. Afif
Anshori, Dzikir Demi Kedamaian Jiwa Solusi Tasawuf Atas Manusia Modern, (YogyakartaL
Pustaka Pelajar, 2003), hlm, 16.
[3]
Departemen Agama, Yayasan Penyelenggara Penterjemah al-Qur’an, (Semarang:
Tanjung Mas Inti, 1992), hlm, 674 dan 373.
[4] Teungku
Hasbi Ash-Shiddieqiy, Pedoman Dzikir Dan Doa, (Jakarta: Bulan
Bintang, Cet ke-llX, 1990), hlm, 36.
[5] Ibid, hal. 37.
[6] Abdul
Halim Mahmud, Terapi Dengan Dzikir Mengusir Kegelisahan & Merengkuh
Ketenangan Jiwa, Misykat (Jakarta: Mizan Publika, 2004), hlm, 78-79.
[7] M.
Amin, Aziz, Tirmidzi Abdul Majid, Analisa Zikir dan Doa, (Jakarta: Pinbuk
Press, 2004), hlm. 19-21.
0 komentar:
Post a Comment