BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, orang begitu sering
membicarakan soal kebudayaan. Juga dalam kehidupan sehari-hari, orang tak
mungkin tidak berurusan dengan hasil-hasil kebudayaan. Setiap hari orang
melihat, mempergunakan, dan bahkan kadang-kadang merusak kebudayaan. Namun,
apakah yang disebut kebudayan itu? Apakah masalah tersebut penting bagi
penyelidikan terhadap kebudayaan?
Kebudayaan sebenarnya secara khusus dan lebih teliti
dipelajari oleh antropologi budaya. Akan tetapi, walaupun demikian, seseorang
yang memperdalam perhatiannya terhadap sosiologi sehingga memusatkan
perhatiannya terhadap masyarakat, tak dapat menyampaikan kebudayaan dengan begitu
saja karena di dalam kehidupan nyata kebudayaan tak dapat dipisahkan dengan
begitu saja.
B. Rumusan
Masalah
Dari latar belakang diatas, maka disini pemakalah
dapat merumuskan suatu masalah diantaranya adalah:
1.
Apa
pengertian kebudayaan dan masyarakat?
2.
Unsur-unsur
Kebudayaan?
3.
|
BAB II
PEMBAHASAN
KEBUDAYAAN DAN MASYARAKAT
A. PENGERTIAN
KEBUDAYAAN DAN MASYARAKAT
Kebudayaan secara khusus diteliti oleh antropologi
budaya. Akan tetapi, walaupun demikian, seseorang yang memperdalam perhatiannya terhadap
sosiologi sehingga memusatkan perhatianya terhadpa masyarakat, tak dapat
menyampingkan kebudayaan dengan begitu saja karena di dalam kehidupan nyata
kebudayaan tidak dapat dipisahkan dan selamanya merupakan dwitunggal.[1]
|
B. UNSUR-UNSUR
KEBUDAYAAN
Kebudayaan setiap bangsa atau masyarakat terdiri
dari unsur-unsur besar maupun unsur-unsur kecil yang merupakan bagian dari
suatu kebudayaan yang bersifat sebagai kesatuan. Misalnya dalam kebudayaan
Indonesia dapat dijumpai unsur besar seperti umpamanya Majelis Permusyawaratan
Rakyat, disamping adanya unsur-unsur kecil seperti sisir, kancing, peniti, dan
lain-lainnya yang di dijual di pinggir jalan.[4]
Beberapa orang sarjana telah mencoba merumuskan
unsur-unsur pokok kebudayaan tadi. Misalnya, Melville J. Herskovits mengajukan
empat unsur pokok kebudayaan, yaitu:
1.
Alat-alat
teknologi
2.
Sistem
ekonomi
3.
Keluarga
4.
Kekuasaan
politik.[5]
Bronislaw
Malinowski, yang terkenal sebagai salah satu seorang pelopor teori fungsional
dalam antropologi menyebut unsur-unsur pokok kebudayaan, antara lain:
1.
Sistem
norma yang memungkinkan kerja sama antara seorang pelopor masyarakat di dalam
upaya menguasai alam sekelilingnya
2.
Organisasi
ekonomi
3.
Alat-alat
dan lembaga atau petugas pendidikan, perlu diingat bahwa keluarga merupakan
lembaga pendidikan yang utama
4.
Organisasi
kekuatan.[6]
C. FUNGSI
KEBUDAYAAN BAGI MASYARAKAT
Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi
manusia dan masyarakat. Bermacam kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan
anggota-anggotanya seperti kekuatan alam, maupun kekuatan-kekuatan lainnya di
dalam masyarakat itu sendiri tidak selalu baik baginya. Selain itu, manusia dan
masyarakat memerlukan pula kepuasa, baik dibidang spiritual maupun materiil.
Kebutuhan-kebutuhan masyarakat tersebut di atas untuk sebagian besar dipenuhi
oleh kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri.[7]
Hasil masyarakat melahirkan teknologi atau
kebudayaan kebendaan yang mempunyai keguanaan utama di dalam melindungi
masyarakat terhadap lingkungan dalamnya. Teknologi pada hakikatnya maliputi
paling sedikit ada tujuh unsur.[8]
Didalam setiap masyarakat terdapat pola-pola perilaku atau patterns of behavior. Pola-pola perilaku merupakan cara-cara
masyarakat bertindak atau berkelakuan yang sama dan harus diikuti oleh semua
anggota masyarakat tersebut.[9]
Ada tiga unsur kebudayaan normatif yang merupakan
bagian dari kebudayaan diantaranya adalah:
1.
Unsur-unsur
yang menyangkut penilaian misalnya apa yang baik dan buruk, apa yang
menyenangkan dan tidak menyenangkan apa yang sesuai dengan keinginan dan apa
yang tidak sesuai dengan keinginan
2.
Unsur-unsur
yang berhubungan dengan apa yang seharusnya seperti bagaimana orang harus
berlaku
3.
Unsur-unsur
yang menyangkut kepercayaan seperti misalnya harus mengadakan upacara adat pada
saat kelahiran, pertunangan, perkawinan, dan lain-lain.[10]
D. BENTUK-BENTUK
KEBUDAYAAN
Ada beberapa cara yang dapat dipakai untuk
mengklasifikasikan corak atau isi atau bentuk kebudayaan. Walaupun begitu,
berbagai macam klasifikasi yang dibuat oleh para ahli ilmu sosial itu bukan
berbeda-beda dalam spesifikasinya. Para ahli sosiologi pada umumnya sependapat
bahwa isi dari kebudayaan itu dapat menjadi dua buah unsur komponen yang nyata,
yaitu komponen material dan non material. Adapun penjelasannya sebagai berikut:[11]
1.
Kebudayaan
materi
Bagian
materi dari suatu kebudayaan itu meliputi segala sesuatu yang telah diciptakan
dan digunakan oleh manusia dan mempunyai bentuk yang dapat dilihat dan diraba.
Meskipun pada kenyataanya, kebudayaan materi itu mudah dikenali, kebudayaan
tersebut mempunyai kaitannya dengan aspek-aspek non materi dari kebudayaan yang
tidak begitu mudah untuk di pahami. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa benda
yang sama boleh jadi mempunyai kegunaan atau arti yang berbeda di dalam
kebudayaan yang berlainan.
2.
Komponen
non materi
Aspek
non materi dari kebudayaan itu merangkum semua buah karya manusia yang ia
gunakan untuk menjelaskan serta dijadikan pedoman bagi tindakan-tindakannya,
dan itu tak hanya dapat di temukan di dalam pikirannya orang-orang. Dikenal dua
buah kategori dari kebudayaan non materi itu. Pertama, meliputi apa yang secara luas dapat didefinisikan sebagai
norma-norma individu, sedangkan kategori kedua
meliputi kelompok-kelompok norma-norma yang membentuk pranata sosial (social institutions).
E. TIPE-TIPE
PARTISIPASI KEBUDAYAAN
Para ahli ilmu sosial banyak berhutang budi kepada
ahli antropologi bersama Linton berkat klasifikasinya yang baik atas tipe-tipe
partisipasi kebudayaan sebagai berikut:
1.
Partisipasi
Menyeluruh (Universal)
Adalah
trait-trait kebudayaan yang diperlukan bagi seluruh anggota dari suatu
masyarakat. Kemenyeluruhan kebudayaan itu diperlukan untuk eksistensi mereka di
dalam suatu masyarakat bangsa tertentu, dan ini mencakup undang-undang serta
adat kebiasaan yang berhubungan dengan kehidupan keluarga, persekolahan,
aktivitas-aktivitas bisnis, dan aktivitas tertentu dari pemerintahan.
2.
Partisipasi
Pilihan (Alternatives)
Adalah
situasi-situasi dimana individu bisa memilih beberapa kemungkinan tindakan yang
sama, atau hampir sama baiknya dimana masyarakat yang lebih besar. Bisa
diberikan contoh dengan meneruskan misal tentang kemenyeluruhan kebudayaan yang
telah diberikan di atas.
3.
Partisipasi
Kekhususan (Speciallity)
Adalah
aspek-aspek unik dari kebudayaan yang
tidak diikuti oleh khalayak ramai secara umum. Semua kelompok masyarakat yang
besar meliputi kelompok-kelompok yang dapat dikatakan khusus didalam pengertian
profesi, pekerjaan, atau keagamaan.[12]
F. SIFAT
HAKIKAT KEBUDAYAAN
Walaupun setiap masyarakat mempunyai kebudayaan yang
saling berbeda satu dengan lainnya,
setiap kebudayaan mempunyai sifat hakikat yang berlaku umum bagi semua
kebudayaan dimanapun juga. Sifat hakikat kebudayaan adalah ciri setiap
kebudayaan, tetapi bila seseorang memahami sifat hakikatnya yang esensial,
terlebih dahulu harus memecahkan pertentangan-pertentangan yang ada di
dalamnya, yaitu sebagai berikut:[13]
1.
Didalam
pengalaman manusia, kebudayaan bersifat universal.
Akan tetapi, perwujudan kebudayaan mempunyai ciri-ciri khusus yang sesuai
dengan situasi maupun lokasinya. Sebagaimana diuraikan pada makalah ini
merupakan suatu dwitunggal yang tak dapat dipisahkan. Hal itu mengakibatkan
setiap masyarakat manusia mempunyai kebudayaan atau dengan lain perkataan
kebudayaan bersifat universal atribut
dari setiap masyarakat di dunia ini.
2.
Kebudayaan
bersifat stabil disamping itu juga dinamis dan setiap kebudayaan mengalami
perubahan-perubahan yang kontinu. Setiap kebudayaan pasti mengalami perubahaan
atau perkembangan-perkembangan. Hanya kebudayaan yang mati saja yang bersifat
statis. Sering kali suatu perubahan dalam kebudayaan tidak terasa oleh
anggota-anggota masyarakat.
3.
Kebudayaan
mengisi serta menentukan jalannya kehidupan manusia, walaupun hal itu jarang
disadari oleh manusia itu sendiri. Gejala tersebut secara singkat dapat
diterangkan dengan penjelasan bahwa walaupun kebudayaan merupakan atribut
manusia. Namun, tak mungkin seseorang mengetahui dan meyakini seluruh unsur
kebudayaanya.
G. KEPRIBADIAN
DAN KEBUDAYAAN
Sebenarnya, kepribadian merupakan organisasi
faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosiologis yang mendasari perilaku
individu. Kepribadian mencakup kebiasaan-kebiasaan, sikap dan sifat lain yang
khas dimiliki oleh seseorang yang berkembang apabila orang tadi berhubungan
dengan orang lain.[14]
Seorang sosiolog terutama akan menaruh perhatiannya pada perwujudan perilaku
individu yang nyata pada waktu individu tersebut berhubungan dengan
individu-individu lainnya. Wujud perilaku tersebut dinamakan juga peranan,
yaitu perilaku yang berkisar pada pola-pola interaksi manusia.
Dasar-dasar pokok perilaku seorang sosiolog hanya
menaruh perhatian khusus pada kepribadian yang terwujud baginya karena
faktor-faktor sosiologi dalam perkembangannya berkisar pada faktor-faktor
biologis dan psikologis. Faktor-faktor biologis dapat mengaruhi kepribadian
secara langsung. Misalnya, seorang yang mempunyai badan yang lemah (secara
fisik) dapat mempunyai sifat rendah diri yang besar. Beberapa faktor biologis
yang penting adalahmisalnya sistem saraf, watak seksual, proses pendewasaan dan
juga kelainan-kelainan biologis.
Faktor-faktor psikologis yang dapat memengaruhi
kepribadian adalah unsur temperamen, kemampuan belajar, perasaan, keterampilan,
keinginan dan lain sebagainya. Mungkin bagian tadi dapat digambarkan dengan
istilah kebudayaan khusus atau sub-culture.
Untuk membatasi diri pada hal-hal yang penting, uraian dibawah ini dikaitkan
dengan tipe-tipe kebudayaan khusus yang nyata memengaruhi bentuk kepribadian,
yaitu sebagai berikut:
1.
Kebudayaan-kebudayaan
khusus atas dasar faktor kedaerahan
Disini
dijumpai kepribadian yang saling berbeda anatara individu yang merupakan
anggota suatu masyarakat tertentu karena masing-masing tinggal di daerah yang
tidak sama dan dengan kebudayaan-kebudayaan khusus yang tidak sama pula.
Seperti contohnya adat istiadat melamar mempelai di minang kabau berbeda dengan
adat istiadat melamar di Lampung.
2.
Cara
hidup di Kota dan di desa yang berbeda
Contohnya
seperti perbedaan antara seorang anak yang lahir di kota dengan yang lahir di
desa. Anak kota terlihat lebih berani menonjolkan diri diantara teman-temannya
dan sikapnya lebih terbuka untuk menyesuaikan diri dengan perubahan sosial dan
kebudayaan yang tertentu. Hal ini disebabkan kota terdapat aneka macam
pekerjaan yang mempunyai sifat-sifat yang lain. Orang-orang di desa lebih
rukun. Pekerjaan mereka yang rata-rata petani, memerlukan sikap gotong-royong
untuk mengerjakan tanah serta pekerjaan-pekerjaan lain. Sikap tradisionalistis
yang kuat pada orang desa memperkecil kemungkinan untuk menubah
kebiasaan-kebiasaan hidup.
3.
Kebudayaan
khusus kelas sosial
Didalam
setiap masyarakat akan dijumpai lapisan sosial karena setiap masyarakat
mempunyai sikap menghargai yang tertentu terhadap bidang-bidang kehidupan yang
tertentu pula. Dengan demikian, kita mengenal lapisan sosial yang tinggi,
rendah dan menengah.
4.
Kebudayaan
khusus atas dasar agama
Agama
juga mempunyai pengaruh didalam membentuk kepribadian seseorang individu.
Bahkan adanya berbagai mazhab didalam suatu agama pun melahirkan pula
kepribadian yang berbeda-beda di kalangan umatnya.
5.
Kebudayaan
berdasarkan profesi
Pekerjaan
atau keahlian juga memberi pengaruh besar pda kepribadian seseorang.
Kepribadian seorang dokter misanya, berbeda dengan kepribadian seorang
pengacara dan itu semua berpengaruh pda suasana kekeluargaan dan cara-cara
mereka bergaul.
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah diatas, maka
dapat kami simpulkan bahwa Kebudayaan sebenarnya secara khusus dan lebih teliti
dipelajari oleh antropologi budaya. Akan tetapi, walaupun demikian, seseorang
yang memperdalam perhatiannya terhadap sosiologi sehingga memusatkan
perhatiannya terhadap masyarakat, tak dapat menyampaikan kebudayaan dengan
begitu saja karena di dalam kehidupan nyata kebudayaan tak dapat dipisahkan
dengan begitu saja.
Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat
besar bagi manusia dan masyarakat. Bermacam kekuatan yang harus dihadapi
masyarakat dan anggota-anggotanya seperti kekuatan alam, maupun
kekuatan-kekuatan lainnya di dalam masyarakat itu sendiri tidak selalu baik
baginya. Selain itu, manusia dan masyarakat memerlukan pula kepuasa, baik
dibidang spiritual maupun materiil.
|
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2007).
Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia Dalam
Pembangunan, (Jakarta: Djambatan, 1971).
Selo Soemardjan dan Soelaeman
Soemardi, Setangkai Bunga Sosiologi,
(Jakarta: Yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1964).
Soerjono Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2007).
|
[1] Soerjono Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 149.
[2] Ibid.
[3] Ibid, hal. 130.
[4] Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia Dalam
Pembangunan, (Jakarta: Djambatan, 1971), hal 76.
[5] Ibid, hal. 78.
[6] Selo Soemardjan dan
Soelaeman Soemardi, Setangkai Bunga
Sosiologi, (Jakarta: Yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, 1964), hal. 78.
[7] Soerjono Soekanto, Op Cit, hal. 155.
[8] Tujuh unsur tersebut
yaitu: alat-alat produktif, senjata, wadah, makanan dan minuman, pakaian dan
perhiasan, pakaian dan perhiasan, tempat perlindungan dan perumahan dan alat-alat transportasi.
[9] Soerjono Soekanto, Op Cit, hal. 158.
[10] Soerjono Soekanto, Op Cit.
[11] Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Penerbit
Rineka Cipta, 2007), hal. 199.
[12] Ibid, hal. 205-206.
[13] Selo Soemardjan dan
Soelaeman Soemardi, Op Cit, hal. 122-123.
[14] Soerjono Soekanto, Log Cit. hal. 162.
0 komentar:
Post a Comment