BAB I
PENDAHULUAN
Acara yasiinan dan tahlilan yang
banyak dijumpai di pedesaan ternyata dijumpai juga di daerah perkotaan. Hanya
saja kalau didaerah perkotaan biasanya acara ini berlangsung agak ringkas, dan
aneka makanannya dihidangkan lebih praktis yaitu dengan cara membagi nasi kotak
plus minuman didalamnya atau semisalnya. Acara ini tidak hanya sekali saja
diadakan, bahkan biasanya akan diadakan dari hari pertama dan atau diteruskan
sampai hari ketiga atau ketujuh dari hari kematian. Acara ini asal-usulnya
adalah nenek moyang yang sudah berabad-abad lamanya dan entah siapa
pencetusnya, yang jelas acara ini dimaksudkan untuk mengirimkan pahala
bacaan-bacaan khusus buat mayit. Acara ini telah menjadi satu keharusan yang
memberatkan dan terpaksa harus diadakan oleh ahli mayit.
Sehingga sulit untuk dihindarkan,
apalagi dihapuskan. Bahkan tidak jarang diantara mereka harus menghutang
kesana-kemari demi hanya untuk mengadakan acara tersebut. Dalam makalah ini
akan kami bahas mengenai yasinan dan tahlilan secara ringkas dan jelas agar
mudah dipahami dan menambah wawasan kita.
BAB II
PEMBAHASAN
YASINAN DAN TAHLILAN
A. SEJARAH
YASINAN DAN TAHLILAN
Kata yasinan
dan tahlilan seakan telah mendarah daging di hati masyarakat luas terutama
ditanah air kita Indonesia, biasanya berkaitan dengan peristiwa kematian,
diungkapkan dalam bentuk seperti suatu acara peringatan terhadap kematian
tersebut.Acara yang diadakan oleh ahli mayit ini dihadiri oleh para kerabat
para tetangga tetangga masyarakat sekitar dan terkadang mengundang orang jauh
yang dianggap penting bagi ahli mayit bahkan para kiyai.
Sebelum
Islam masuk ke Indonesia, telah ada berbagai kepercayaan yang dianut oleh
sebagian besar penduduk tanah air ini diantara keyakinan-keyakinan yang
mendominasi saat itu adlah animisme dan dinamisme.Diantara mereka meyakini
bahwa arwah yang telah dicabut dri jasadnya akan gentayangan disekitar rumah
selama tejuh hari kemudian setelahnya akan meninggalkjan tempat tersebut dan
akan kembali pada hari keempat pulu ,hari keseratus dan hari keseribunya
sehingga masyarakat pada saat itu ketakutan akan gangguan arwah tersebut dan
membacakan mantra-mantra sesuai keyakinan mereka.
Setelah
Islam mulai masuk dibawa oleh para ulama’ yang berdagang ke tanah air ini
,mereka memandang bahwa ini merupakan kebiasaan yang menyelisihi syariat
Islam,lalu mereka berusaha menghapusnya dengan perlahan dengan cara memasukan
kalimat bacaan-bacaaan kalimat-kalimat thoyibah sebagai pengganti mantra-mantra
yang tidak dibenarkan oleh syariat Islam dengan harapan supaya mereka berubah
sedikit demi sedikit dan meninggalkan ajran tersebut menuju ajaran islam yang
murni .Akan tetapi sebelum tujuan akhir ini terwujud ,dan acara pembacaan
kalimat-kalimat Thoyibah ini sudah menggantikan bacaan mantra-mantra yang tidak
sesuai dengan ajaran Islam.
Sebenarnya
secara nash, yasinan dan tahlilan ini sama sekali tidak ada dasarnya dari
sunnah, sepanjang sepengetahuan saya, Nabi dan keluarganya serta para sahabat
tidak pernah berbuat hal yang demikian. Acara yasinan diduga kuat berasal dari
para wali ketika berusaha menyebarkan Islam didaerah-daerah yang masih menganut
paham Hindu maupun animisme. Mereka menyusupkan ajaran-ajaran Islam ditengah
tradisi dan kebiasaan masyarakat yang waktu itu masih sangat kuat mengakar.
Hal yang
sama misalnya dilakukan oleh Sunan Kali Jaga melalui wayangnya, Sunan Gunung
Jati melalui lagu-lagunya dan seterusnya. Apakah perbuatan mereka itu salah ?
jawabnya - ya - dan - tidak- Dalam kondisi tertentu, memang diperlukan
teknik-teknik khusus untuk bisa menarik orang kedalam ajaran Islam, kita harus
ingat bahwa tidaklah mungkin kita bisa merubah kebiasaan suatu kaum secara
drastis, pertentangan akan selalu muncul disana-sini, dan jika tidak bijak
menghadapinya malah bisa terjadi bentrokan fisik yang malah akan merugikan
semua pihak.
Disini
Ijtihad para wali itu mungkin bisa dimaafkan dan diterima. Dari sisi lain,
sekali lagi perbuatan-perbuatan semacam itu tidak ada tuntunannya secara agama.
Firman Allah yang berbunyi sebagai berikut:
* ¨bÎ) y7/u ÞOn=÷èt y7¯Rr& ãPqà)s? 4oT÷r& `ÏB ÄÓs\è=èO È@ø©9$# ¼çmxÿóÁÏRur ¼çmsWè=èOur ×pxÿͬ!$sÛur z`ÏiB tûïÏ%©!$# y7yètB 4 ª!$#ur âÏds)ã @ø©9$# u$pk¨]9$#ur 4 zOÎ=tæ br& `©9 çnqÝÁøtéB z>$tGsù ö/ä3øn=tæ ( (#râätø%$$sù $tB u£us? z`ÏB Èb#uäöà)ø9$# 4 zNÎ=tæ br& ãbqä3uy Oä3ZÏB 4ÓyÌó£D tbrãyz#uäur tbqç/ÎôØt Îû ÇÚöF{$# tbqäótGö6t `ÏB È@ôÒsù «!$# tbrãyz#uäur tbqè=ÏG»s)ã Îû È@Î6y «!$# ( (#râätø%$$sù $tB u£us? çm÷ZÏB 4 (#qãKÏ%r&ur no4qn=¢Á9$# (#qè?#uäur no4qx.¨9$# (#qàÊÌø%r&ur ©!$# $·Êös% $YZ|¡ym 4 $tBur (#qãBÏds)è? /ä3Å¡àÿRL{ ô`ÏiB 9öyz çnrßÅgrB yZÏã «!$# uqèd #Zöyz zNsàôãr&ur #\ô_r& 4 (#rãÏÿøótGó$#ur ©!$# ( ¨bÎ) ©!$# Öqàÿxî 7LìÏm§ ÇËÉÈ
Artinya: “Sesungguhnya
Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga
malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan
dari orang-orang yang bersama kamu. dan Allah menetapkan ukuran malam dan
siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan
batas-batas waktu-waktu itu, Maka dia memberi keringanan kepadamu, Karena itu
Bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. dia mengetahui bahwa akan ada di
antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi
mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di
jalan Allah, Maka Bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan Dirikanlah
sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman
yang baik. dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu
memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang
paling besar pahalanya. dan mohonlah ampunan kepada Allah; Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. AL-Muzammil: 20).[1]
Saat ada
orang meninggal, biasanya juga sibuk saling membagikan yasin didekat jenasah,
malah diatas kepala simayat tadi diletakkan juga al-Qur’an. Untuk apa? Kalau
tujuan membagikan yasin adalah agar orang tidak mempergunjingkan orang yang
meninggal ini tadi, ya boleh-boleh saja, tetapi itupun kenapa harus dikhususkan
Yasin? Masalah mendudukkan al-Qur’an diatas kepala mayat adalah hal yang
percuma … al-Qur’an itu berguna saat manusia itu masih hidup, jika maut sudah
datang, tidak akan ada manfaatnya apa-apa.
Orang yang
sudah meninggal amalannya sudah terputus, dia hanya bersiap untuk menikmati
hasil karyanya selama hidup.Apa hasil karyanya itu ? Nabi menjawab : Anak yang
sholeh, amal jariyah dan ilmu yang bermanfaat.Anak yang sholeh, dia senantiasa
menebarkan kebaikan, menebarkan kedamaian dan ilmu kepada orang lain, berbuat
sesuatu yang berguna ditengah masyarakatnya baik dalam konteks keagamaan
ataupun duniawiyah lainnya. Jika ini tumbuh dari didikan orang tua yang baik
maka itulah hasil karya seorang tua dihadapan Allah, bukan al-Fatihahnya, bukan
pula yasinannya dan bukan pula qurbannya atau hajinya. Tepatnya, semua
kemampuannya untuk bisa membaca al-Fatihah, membaca yasin, melakukan qurban dan
berhaji itulah yang bermanfaat bagi siorang tua sebagai pertanda amanah Tuhan
sudah ditunaikan dengan sebaik-baiknya.
Amal
jariyah, ini tentu saja dilakukan oleh sipelaku sendiri bukan anak cucunya
bukan pula handai taulannya, misalnya dalam cerita Umar bin Khatab saat dia
bertemu dengan seorang kakek yang menanam pohon korma padahal diperkirakan
waktu korma itu berbuah keadaan sikakek kemungkinan sudah tidak lagi hidup,
sikakek menjawab, jika saya memang tidak bisa merasakannya nanti maka biarlah
orang lain yang membutuhkannya yang akan merasakan hasil karyanya.
Ilmu yang
bermanfaat, katakanlah sekarang ini kita berlomba-lomba membuat penulisan
mengenai pencerahan dalam kehidupan beragama, setiap satu orang yang menikmati
pencerahan tersebut apalagi sampai menyebar pada orang-orang diluarnya maka
setiap itu juga amal dari pencerahan yang kita buat itu ikut disalurkan oleh
Allah kepada diri kita, meskipun kita sudah wafat. Intinya, hidup dan mati
jelas ada pemisahan yang tidak bisa ditembus, tidak ada istilah orang mati lalu
menghantui, tidak ada juga istilah arwah penasaran.[2]
B. DEFINISI
YASINAN DAN TAHLILAN
Kata
Tahlilan berasal dari bahasa Arab tahliil (تَهْلِيْلٌ)
dari akar kata:
هَلَّلَ – يُهَلِّلُ – تَهْلِيْلا yang berarti mengucapkan kalimat: لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ . Kata tahlil dengan pengertian ini telah muncul dan ada di masa Rasulullah SAW. sebagaimana dalam sabda beliau:
هَلَّلَ – يُهَلِّلُ – تَهْلِيْلا yang berarti mengucapkan kalimat: لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ . Kata tahlil dengan pengertian ini telah muncul dan ada di masa Rasulullah SAW. sebagaimana dalam sabda beliau:
عَنْ أَبِي ذَرٍّ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى .رواه مسلم
Artinya: “Dari Abu Dzar radliallahu 'anhu, dari Nabi
shalla Allahu alaihi wa sallam, sesungguhnya beliau bersabda: "Bahwasanya
pada setiap tulang sendi kalian ada sedekah. Setiap bacaan tasbih itu adalah
sedekah, setiap bacaan tahmid itu adalah sedekah, setiap bacaan TAHLIL
itu adalah sedekah, setiap bacaan takbir itu adalah sedekah, dan amar ma’ruf
nahi munkar itu adalah sedekah, dan mencukupi semua itu dua rakaat yang
dilakukan seseorang dari sholat Dluha.” (Hadits riwayat: Muslim).
Sedangkan
yasinan adalah acara membaca surat yasin yang biasanya juga dirangkai dengan
tahlilan. Di kalangan masyarakat Indonesia istilah tahlilan dan yasinan populer
digunakan untuk menyebut sebuah acara dzikir bersama, doa bersama, atau majlis
dzikir. Singkatnya, acara tahlilan, dzikir bersama, majlis dzikir, atau doa
bersama adalah ungkapan yang berbeda untuk menyebut suatu kegiatan yang sama,
yaitu: kegiatan individual atau berkelompok untuk berdzikir kepada Allah SWT,
Pada hakikatnya tahlilan/yasinan adalah bagian dari dzikir kepada Allah SWT.
C. DALIL
YASINAN DAN TAHLIL
عَنْ أَبِي
سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ مُعَاوِيَةُ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ عَلَى حَلْقَةٍ مِنْ أَصْحَابِهِ فَقَالَ: مَا
أَجْلَسَكُمْ ؟. قَالُوا: جَلَسْنَا نَذْكُرُ اللَّهَ وَنَحْمَدُهُ عَلَى مَا
هَدَانَا لِلْإِسْلَامِ وَمَنَّ بِهِ عَلَيْنَا. قَالَ: آللَّهِ مَا أَجْلَسَكُمْ إِلَّا ذَاكَ؟ قَالُوا:
وَاللَّهِ مَا أَجْلَسَنَا إِلَّا ذَاكَ. قَالَ أَمَا إِنِّي لَمْ
أَسْتَحْلِفْكُمْ تُهْمَةً لَكُمْ وَلَكِنَّهُ أَتَانِي جِبْرِيلُ فَأَخْبَرَنِي
أَنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُبَاهِي بِكُمُ الْمَلَائِكَةَ . رواه أحمد و مسلم و
الترمذي و النسائي
Artinya: “Dari Abu Sa'id al-Khudriy radliallahu
'anhu, Mu'awiyah berkata: Sesungguhnya Rasulullah shalla Allahu alaihi wa
sallam pernah keluar menuju halaqah (perkumpulan) para sahabatnya, beliau
bertanya: "Kenapa kalian duduk di sini?". Mereka menjawab: "Kami
duduk untuk berdzikir kepada Allah dan memujiNya sebagaimana Islam mengajarkan
kami, dan atas anugerah Allah dengan Islam untuk kami". Nabi bertanya
kemudian: "Demi Allah, kalian tidak duduk kecuali hanya untuk ini?".
Jawab mereka: "Demi Allah, kami tidak duduk kecuali hanya untuk ini".
Nabi bersabda: "Sesungguhnya aku tidak mempunyai prasangka buruk terhadap
kalian, tetapi malaikat Jibril datang kepadaku dan memberi kabar bahwasanya
Allah 'Azza wa Jalla membanggakan tindakan kalian kepada para malaikat".
(Hadits riwayat: Ahmad, Muslim, At-Tirmidziy dan An-Nasa`iy).
Jika
kita perhatikan hadits ini, dzikir bersama yang dilakukan para sahabat tidak
hanya sekedar direstui oleh Nabi Muhammad SAW, tetapi Nabi juga memujinya,
karena pada saat yang sama Malaikat Jibril memberi kabar bahwa Allah 'Azza wa
Jalla membanggakan kreatifitas dzikir bersama yang dilakukan para sahabat ini
kepada para malaikat[3].
D.
DASAR - DASAR BACAAN YANG ADA DALAM
ACARA YASINAN DAN TAHLILAN
Seluruh bacaan dan dzikir yang kita baca
dalam yasinan dan tahlilan semua mengandung ke utamaan – ke utamaan,dan
Rosululloh SAW sendiri menyuruh kita untuk membacanya. Bacaan-bacaan yang selalu dibaca dalam acara
tahlilan yaitu:
1. Membaca Surat Al-Fatihah.
Sabda
Rosululloh SAW. Artinya:
"Dari Abu Sa`id Al-Mu'alla radliallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah
shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda kepadaku: "Maukah aku ajarkan
kepadamu surat yang paling agung dalam Al-Qur'an, sebelum engkau keluar dari
masjid?". Maka Rasulullah memegang tanganku. Dan ketika kami hendak
keluar, aku bertanya: "Wahai Rasulullah! Engkau berkata bahwa engkau akan
mengajarkanku surat yang paling agung dalam Al-Qur'an". Beliau menjawab:
"Al-Hamdu Lillahi Rabbil-Alamiin (Surat Al-Fatihah), ia adalah tujuh surat
yang diulang-ulang (dibaca pada setiap sholat), ia adalah Al-Qur'an yang agung
yang diberikan kepadaku".
(Hadits riwayat: Al-Bukhari).
(Hadits riwayat: Al-Bukhari).
2. Membaca Surat Yasin.
Sabda Rosuululloh SAW “Artinya” Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu., ia berkata:
"Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa
membaca surat Yasin di malam hari, maka paginya ia mendapat pengampunan, dan
barangsiapa membaca surat Hamim yang didalamnya diterangkan masalah Ad-Dukhaan
(Surat Ad-Dukhaan), maka paginya ia mendapat mengampunan". (Hadits
riwayat: Abu Ya'la). Sanadnya baik. (Lihat tafsir Ibnu Katsir dalam tafsir
Surat Yaasiin).
3. Membaca Surat Al-Ikhlash.
Rosululloh SAW
bersabda, Artinya“ Dari Abu Said Al-Khudriy radliallahu
'anhu, ia berkata: Nabi shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda kepada para
sahabatnya: "Apakah kalian tidak mampu membaca sepertiga Al-Qur'an dalam
semalam?". Maka mereka merasa berat dan berkata: "Siapakah di antara
kami yang mampu melakukan itu, wahai Rasulullah?". Jawab beliau:
"Ayat Allahu Al-Waahid Ash-Shamad (Surat Al-Ikhlash maksudnya), adalah
sepertiga Al-Qur'an"
(Hadits riwayat: Al-Bukhari).
(Hadits riwayat: Al-Bukhari).
4.
Membaca
Surat Al-Falaq dan An-Naas
Artinya“
Dari Aisyah radliallahu 'anhaa, "bahwasanya Rasulullah shalla Allahu
alaihi wa sallam bila merasa sakit beliau membaca sendiri Al-Mu`awwidzaat
(Surat Al-Ikhlas, Surat Al-Falaq dan Surat An-Naas), kemudian meniupkannya. Dan
apabila rasa sakitnya bertambah aku yang membacanya kemudian aku usapkan ke
tangannya mengharap keberkahan dari surat-surat tersebut".
(Hadits riwayat: Al-Bukhari).
(Hadits riwayat: Al-Bukhari).
5. Membaca Surat Al-Baqarah ayat 1 sampai 5
6. Membaca Surat Al-Baqarah ayat 163
7. Membaca Surat Al-Baqarah ayat 255 (Ayat
Kursi)
8. Membaca Surat Al-Baqarah ayat 284 sampai
akhir Surat.
Dalil keutamaan ayat-ayat tersebut: Artinya"Dari
Abdullah bin Mas'ud radliallahu 'anhu, ia berkata: "Barangsiapa membaca 10
ayat dari Surat Al-Baqarah pada suatu malam, maka setan tidak masuk rumah itu
pada malam itu sampai pagi, Yaitu 4 ayat pembukaan dari Surat Al-Baqarah, Ayat
Kursi dan 2 ayat sesudahnya, dan 3 ayat terakhir yang dimulai lillahi maa
fis-samaawaati..)" (Hadits riwayat: Ibnu Majah).
9. Membaca Istighfar
Allah
SWT berfirman: "Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan
bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan
memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang
telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai
keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku
takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat". (QS. Huud: 3).
10. Membaca Tahlil : لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ
11. Membaca Takbir : اَللهُ أَكْبَرُ
12. Membaca Tasbih : سُبْحَانَ اللهِ
13. Membaca Tahmid : الْحَمْدُ للهِ
Sabda Rosululloh SAW. Artinya“ Dari Jabir bin Abdullah radliallahu 'anhumaa, ia
berkata: Aku mendengar Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda:
"Sebaik-baik Dzikir adalah ucapan Laa ilaaha illa-Llah, dan sebaik-baik
doa adalah ucapan Al-Hamdi li-Llah". (Hadits riwayat: At-Tirmidzi dan Ibnu
Majah).
Sabda Rosululloh SAW.
Artinya“
Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu, dari Nabi shalla Allahu alaihi wa sallam
bersabda: "Ada dua kalimat yang ringan di lidah, berat dalam timbangan
kebaikan dan disukai oleh Allah Yang Maha Rahman, yaitu Subhaana-Llahi wa
bihamdihi, Subhaana-Llahi Al-'Adzim".( Hadits riwayat: Al-Bukhari, Muslim,
Ahmad dan Ibnu Majah).
Demikianlah dalil-dalil
yang biasa dipakai sebagai dasar dilaksanakanya amal tahlilan dan yasinan oleh
kaum muslimin yang mendukung tahlilan dan yasinan. Tulisan ini bukan bermaksud
untuk mengajak pembaca sekalian harus setuju dengan tahlilan dan yasinan,
tetapi lebih sebagai keprihatinan penulis terhadap kondisi umat Islam khususnya
di Pulau Batam, yang saling menyalahkan, membid’ahkan bahkan sampai
mengkafirkan satu sama lain. Padahal ini hanya disebabkan
perbedaan-perbedaan pendapat para ‘ulama kita, yang para ulama itu sendiri
sebenarnya sangat longgar dalam mensikapinya. Tahlilan dan yasinan adalah salah
satu amalan yang selalu dicecar dengan kata-kata sesat, bid’ah bahkan sampai
kekafiran. Dan bisa dikatakan bahwa di Batam ini, tahlilan dan yasinan menjadi
icon tudingan bid’ah oleh semua pihak yang tidak setuju dengan tahlilan dan
yasinan. Setiap pembicaraan bid’ah, ahli bid’ah, menyalahi sunah, sesat dan
lain sebagainya pasti menjadikan yasinan dan tahlilan sebagai contohnya.
Bahwa menjadikan
tahlilan dan yasinan sebagai icon tudingan bid’ah , telah menyebabkan kaum
muslimin lalai terhadap masalah-masalah yang lebih penting dan prinsipil,
seperti pemikiran aqidah yang jelas-jelas kebid’ahan dan kesesatanya yang juga
berkembang pada hari ini. Kaum muslimin lalai bahwa di negeri ini ajaran syi’ah
dan ahmadiyah terus merangkak maju dan berkembang dengan doktrin dan
komunitasnya yang semakin hari semakin kuat. [4]
BAB
III
ANALISIS
Tahlilan secara etimologi merupakan bentuk masdar dari kata هَلَّل- 1يُهَلِّلُ- تَهْلِيْلاً yang
artinya mengucapkan lafal لاَ إلهَ إلاّ اللهُ. Sedangkan secara
terminologi adalah acara ritual (seremonial) memperingati hari kematian yang
biasa dilakukan oleh umumnya masyarakat Indonesia. Acara tersebut
diselenggarakan ketika salah seorang anggota keluarga telah meninggal
dunia. Secara bersama-sama setelah proses penguburan selesai dilakukan.
Seluruh keluarga, handai taulan serta masyarakat sekitar berkumpul di rumah
keluarga si mayit hendak menyelenggarakan acara pembacaan ayat al-Qur’an,
dzikir dan do’a-do’a yang ditujukan untuk si mayit di alam “sana”. Karena
dari sekian materi bacaannya terdapat kalimat tahlil (لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ) yang
diulang-ulang ratusan kali maka acara tersebut biasa dikenal dengan istilah
“tahlilan”.
Kata yasinan dan tahlilan seakan telah mendarah daging dihati masyarakat
luas, terutama ditanah air kita Indonesia. Secara umum dapat dipahami bahwa dua
kata tersebut biasanya berkaitan dengan peristiwa kematian. Yang mana dua kata
ini diungkapkan dalam bentuk suatu acara peringatan terhadap kematian. Acara
yang diadakan oleh ahli mayit ini dihadiri oleh para kerabat, para tetangga,
masyarakat sekitar dan terkadang dengan mengundang beberapa orang jauh yang
dianggap penting bagi ahli mayit. Bahkan tidak jarang mendatangkan kyai dan
sesepuh yang dianggap berpengaruh didaerah tersebut.
BAB IV
KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah
diatas, maka dapat kami simpulkan bahwa dinamai yasinan karena diantara
bacaannya adalah surat yasin yang menurut mereka ada berbagai keutamaan lebih
dibanding surat-surat yang lain dan dinamai tahlilan karena termasuk yang
dibaca diantara dzikir-dzikirnya adalah kalimat “la ilaha illalloh”. Sudah
menjadi keladziman kalau setiap ada yasinan dan tahlilan pasti ada aneka
hidangan makanan yang biasanya lebih dari sekedarnya. Padahal Nabi Muhammad SAW
menganjurkan supaya para tetangga memberi atau menyediakan makanan kepada
keluarga si mayit. Para tetangga dan Sanak famili supaya datang ikut bela
sungkawa dengan membawa sesuatu untuk menyegerakan si mayit.
Jadi, yang menyediakan makanan
adalah tetangga untuk keluarga si mayit, bukan yang terkena musibah menyediakan
makanan buat orang yang datang. Dan hadits lain menjelaskan bahwa menyediakan
atau menghidangkan makanan dalam upacara kematian adalah termasuk meratap yang
dilarang oleh Agama, sebagaimana sabda Rasulullah SAW.
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin
Nata, Teologi Islam, Modul Penyetaraan
Universitas Terbuka, Departemaen Agama 1997.
Departemen
Agama Islam RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: CV. Thoha Putera,
1989).
Dalil-dalil Yasinan dan Tahlilan, Diakses Melalui Situs dibawah ini pada
tanggal 01 November 2013 Pukul 07.00 wib: http://adityaodit.blogspot.com/2012/06/hukum-tahlilan-dan-yasinan-makalah.html
Sejarah Yasinan dan Tahlilan, Dikutip Melalui Situs: http://denchiel78.blogspot.com/2010/04/yasinan-tahlilan.html
pada tanggal 01 November 2013 pukul 11.00 wib.
[1] Departemen Agama Islam RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya,
(Semarang: CV. Thoha Putera, 1989).
[2] Sejarah
Yasinan dan Tahlilan, Dikutip Melalui
Situs: http://denchiel78.blogspot.com/2010/04/yasinan-tahlilan.html pada
tanggal 01 November 2013 pukul 11.00 wib.
[3]
Dalil-dalil Yasinan dan Tahlilan, Diakses
Melalui Situs dibawah ini pada tanggal 01 November 2013 Pukul 07.00 wib: http://adityaodit.blogspot.com/2012/06/hukum-tahlilan-dan-yasinan-makalah.html
0 komentar:
Post a Comment