BAB I
PENDAHULUAN

Ilmu kalam biasa disebut dengan beberapa nama, antara lain : ilmu ushuluddin, ilmu tauhid, fiqh al-akbar dan teologi islam. Disebut dengan ilmu ushuluddin karena, ilmu ini membahas pokok-pokok agama dan disebut ilmu tauhid karena, ilmu ini membahas keesaan Allah SWT, juga asma’ dan afal Allah yang wajib, mustahil dan jaiz, juga sifat wajib, mustahil, dan jaiz bagi rasul-Nya.
Secara objektif ilmu kalam sama dengan ilmu tauhid, tetapi argumentasi ilmu kalam lebih dikosentrasikan pada penguasaan logika. Abu Hanifah menyebut ilmu ini fiqh al-akbar. Menurut persepsinya, hokum islam yang kenal dengan istilah fiqih terbagi atas dua bagian. Pertama, fiqh al-akbar, membahas pokok-pokok agama. Kedua, fiqh al-asghar, membahas hal-hal yang berkaitan dengan masalah muamalah, bukan pokok-pokok agama, tetapi hanya cabangnya saja.




BAB II
PEMBAHASAN
DASAR-DASAR QUR’ANI DAN SEJARAH KEMUNCULAN PERSOALAN-PERSOALAN KALAM


A.    PENGERTIAN ILMU KALAM
Ilmu kalam sering juga disebut Ilmu Ushuluddin Menurut beberapa tokoh,pengertian ilmu kalam adalah sebagai berikut:
1.      Musthafa Abdul Raziq“Ilmu Kalam yang berkaitan dengan akidah imam ini sesungguhnya dibangun diatas argumentasi –argumentasi rasional atau ilmu yang berkaitan dengan akidah imam ini bertolak atas bantuan nalar.”
2.      Al Farabi“Ilmu Kalam adalah disiplin ilmu yang membahas tentang dzat dan sifat Allah beserta eksistensi semua yang mungkin, mulai yang berkenaan dengan masalah dunia sampai masalah sesudah mati yang berdasarkan doktrin Islam. Stressing akhirnya adalah memproduksi ilmu Ketuhanan secara filosofis.”
3.      Ibnu Khaldun“Ilmu Kalam adalah disiplin ilmu yang mengandung berbagai argumentasi tentang akidah imami yang diperkuat dalil-dalil nasional.” Dari beberapa keterangan diatas bisa disimpulkan bahwa ilmu kalam yaitu ilmu yang membahas berbagai masalah ketuhanan dengan menggunakan argumentasi logika serta filsafat.

B.     SEJARAH KEMUNCULAN PERSOALAN-PERSOALAN KALAM
Menurut Harun Nasution, kemunculan persoalan kalam dipicu oleh persoalan politik yang menyangkut peristiwa pembunuhan Ustman bin Affan yang beruntut pada persoalan Muawiyah atas kekhalifahan Ali bin Abi Thalib yang mengkristal menjadi perang Siffin yang kemudian menghasilkan keputusan tahkim. Persoalan kalam yang pertama kali muncul adalah persoalan siapa yang kafir dan siapa yang bukan kafir, dalam arti siapa yang keluar dari Islam dan siapa yang tetap Islam. Sehingga persoalan ini menimbulkan beberapa aliran antara lain:
1.      Aliran Khawarij
2.      Aliran Murjiah
3.      Aliran Mu’tazilah
4.      Airan Qodariyah
5.      Aliran Jabariyah
6.      Aliran Asy’ariyah (Abu Al Hasan Al Asy’ari)
7.      Aliran Maturidiyah (Abu Mansur M. Al Maturidi) Aliran Asy’ariyah dan Maturidiyah keduanya sering disebut Ahlussunah wal jamaah.

C.    KERANGKA BERPIKIR ALIRAN-ALIRAN ILMU KALAM
Perbedaan metode berfikir secara garis besar dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu kerangka berfikir rasional dan kerangka berfikir tradisional.
Metode berpikir rasional memiliki prinsip-prinsip, sebagai berikut
:
1.      Hanya terikat pada dogma-dogma yang dengan tegas dan jelas disebut dalam Al Quran dan Hadist, yaitu ayat yang Qoth’i.
2.      Memberikan kebebasan pada manusia dalam berbuat dan berkehendak serta mendirikan daya yang kuat kepada akal Mu’tazilah.
Metode berpikir tradisional memiliki prinsip-prinsip, sebagi berikut:
a)      Terikat pada dogma-dogma dan ayat-ayat yang mengandung aturan untuk seluruh umat.
b)      Tidak memberikan kebebasan kepada manusia dalam berkehendak dan berbuat.
c)      Memberikan daya yang kecil kepada akal.  Asy’ariyah.
Perbedaan kerangka berpikir dalam menyelesaikan persoalan-persoalan kalam diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Aliran Antroposentris
Menganggap bahwa hakikat realitas transenden bersifat intrakosmos dan personal.
2.      Teolog Teosentris
Hakikat realitas transenden bersifat suprakosmos personal dan ketuhanan.
3.      Aliran Konvergensi/Sintesis
Hakikat realitas transenden bersifat supra sekaligus intrakosmos, personal dan impersonal.
4.      Aliran Nihilis
Hakikat realitas transendental hanyalah ilusi.


D.    PERBANDINGAN ANTAR ALIRAN  SIFAT-SIFAT TUHAN
1.      Aliran Mu’tazilah
Aliran Mu’tazilah mengatakan bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat-sifat yang melekat pada dirinya.selanjutnya, Mu’tazilah berpendapat bahwa Tuhan bersifat immateri, dan tidak dapat dilihat dari mata kepala.
2.      Aliran Asy’ariyah
Aliran Asy’ariyah berpendapat bahwa Tuhan mempunyai sifat-sifat yang melekat padanya.
3.      Aliran Maturidiyiyah
Maturidiyah tentang makna sifat Tuhan cendrung mendekati faham Mu’tazilah. Perbedaanya, bahwa Maturidi mengakui adanya sifat-sifat Tuhan.
4.      Aliran Syi’ah Rafidhah
Tokoh Syi’ah Rafidhah menolak bahwa Tuhan senantiasa bersifat tau. Sebagian mereka berpendapat bahwa Tuhan tidak bersifat tahu terhadap sesuatu sebelum ia berkehandak.



BAB III
KESIMPULAN


Berdasarkan pembahasan makalah diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kemunculan persoalan kalam dipicu oleh persoalan politik yang menyangkut peristiwa pembunuhan Ustman bin Affan yang beruntut pada persoalan Muawiyah atas kekhalifahan Ali bin Abi Thalib yang mengkristal menjadi perang Siffin yang kemudian menghasilkan keputusan tahkim.
 Persoalan kalam yang pertama kali muncul adalah persoalan siapa yang kafir dan siapa yang bukan kafir, dalam arti siapa yang keluar dari Islam dan siapa yang tetap Islam.



DAFTAR PUSTAKA



Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme Dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992).

Jamhir, Pengertian Tasawuf, Dikutip Pada Kuliah di Fakultas Syariah Pada Tanggal 14 Maret 2011.

Solihin, Ilmu Tasawuf,  (Bandung: Pustaka Setia, 2008).

0 komentar:

 
Top